Find Us On Social Media :

Ditemukan, Penyebab Penyakit Parkinson yang Menyerang Lansia

Parkinson yang sering menyerang lanjut usia kini sudah ditemukan penyebabnya.

GridHEALTH.id - Ilmuwan telah berhasil menemukan penyebab sebenarnya dari penyakit Parkinson setelah melakukan penelitian intensif selama 15 tahun.

Studi bersama yang dilakukan oleh banyak ilmuwan dari berbagai universitas, menunjukkan bahwa penyakit tersebut berkaitan dengan bentuk protein di otak.

Studi yang dilakukan pada tikus mengungkapkan bahwa ketika protein alpha-synuclein terakumulasi di dalam sel otak, itu mengganggu fungsi normal sel dan menyebabkan penyakit Parkinson.

Penulis penelitian mengatakan akumulasi ini terjadi seiring waktu dan memiliki efek berbeda pada jaringan saraf.

Mereka menambahkan bahwa tes darah atau tes cairan tulang belakang yang secara akurat dapat mendiagnosis penyakit Parkinson dapat dikembangkan dalam lima hingga 10 tahun.

Baca Juga: Tangan Gemetar Bisa Jadi Anda Sedang Alami Hal Ini, Tidak Selalu Gejala Penyakit Parkinson

Baca Juga: Pertanyaan Awam, Dapatkah Dehidrasi Mempengaruhi Ginjal ? Ini Jawabnya

Presiden Institut Neurologi Universitas Paris-Saclay, Ronald Melki, mengatakan kepada Le Monde Soir (06/04/2021) bahwa Parkinson adalah penyakit yang tumbuh lambat, itulah sebabnya hampir tidak mungkin untuk mendiagnosisnya lebih awal.

Ilmuwan dan dokter Prancis mengatakan penyakit Parkinson menyebabkan berbagai masalah, termasuk gemetar yang tidak disengaja, gangguan postur dan gangguan bicara, dan mengatakan tidak ada pemulihan karena mereka belum dapat mentransplantasikan saraf ke otak.

 

Baca Juga: 350 Juta Orang di Bumi Alami Depresi, Padahal 'Obatnya' Semudah Ini

Baca Juga: Keguguran Bisa Menandakan Adanya Masalah Kesehatan Lain, Studi

Menekankan pentingnya penelitian tersebut, Melki mengatakan mereka akan mulai mencari obatnya karena mereka akhirnya memahami apa yang menyebabkan penyakit tersebut.

Melki menambahkan bahwa mereka akan bekerja untuk menghasilkan antikorps atau molekul tertentu untuk mengubah bentuk protein yang terakumulasi di sel otak. Hasil studi tersebut dipublikasikan di jurnal medis Neuro Science. (*)