GridHEALTH.id - Kasus pelecehan seksual pada anak kembali geger di tanah air.
Dimana kali ini tiga bocah di Kabupaten Solok, Sumatera Barat dilaporkan menjadi korban sodomi seorang pengasuh asrama.
Kejadian ini terbongkar setelah salah seorang korban mengalami kesakitan saat buang air besar (BAB).
Keluarga yang khawatir akan kondisinya kemudian bertanya, sampai akhirnya korban mengaku telah menjadi korban sodomi pengasuh asramanya.
Hal itu disampaikan langsung oleh Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Solok Arosuka, Iptu Rifki Yudha Ersanda seperti dilansir dari Kompas.com, Kamis (3/6/2021).
"Salah seorang korban mengalami sakit saat buang air besar sehingga menjadi pertanyaan bagi orangtua korban," ungkapnnya.
Dari keterangan para korban, pelecehan dilakukan sekitar bulan April 2021 di sekitar asrama sekolah.
Total ada 3 pelajar yang membuat laporan.
"Betul kita sudah mendapatkan laporannya. Ada tiga orang korban. Semuanya laki-laki berumur 10-12 tahun," kata Rifki.
Melihat kejadian ini tentu sangat mengkhawatirkan.
Terlebih jika ditilik dari sisi medis, tentu pelecehan seksual dalam bentuk apapun yang dialami anak pasti akan mempengaruhi kesehatan korbannya.
Baik itu secara kesehatan fisik maupun kesehatan mental.
Melansir dari NCBI, sebuah penelitian yang dilakukan oleh akademisi dari University College London (UCL) dan staf spesialis dari rumah sakit King's College NHS mengungkapkan fakta mengejutkan.
Empat dari lima korban pencabulan atau pemerkosaan berisiko menderita kesehatan mental yang melumpuhkan mereka beberapa bulan setelah 'penyerangan'.
Dimana korban akan mengalami kecemasan, depresi, gangguan stres pasca-trauma dan kondisi serius lainnya empat hingga lima bulan setelah 'diserang'.
Baca Juga: Sang Istri Dirawat Karena Covid-19, Mantan Anggota DPRD Ini Malah Nekat Cabuli Anak Kandung di Rumah
Bahkan, para ahli mengatakan bahwa mereka yang menjadi korban pencabulan di masa kanak-kanak bisa menyebabkan masalah kesehatan mental yang dapat bertahan hingga dewasa atau seumur hidupnya.
Begitu pula jika ditilik dari sisi medis, ada bahaya kesehatan yang mengerikan dan mematikan menghantui para korban kejahatan seksual yang dilakukan Reynhard Sinaga.
Melansir dari ncbi.nlm.nih.gov, berhubungan badan dengan sesama jenis terlebih pria dengan pria berisiko tinggi terkena penyakit menular seksual seperti HIV.
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.
Beberapa alasan kenapa hubungan ini memiliki dampak mengerikan yaitu tingginya risiko terserang HIV antara lain adalah risiko penularan HIV melalui seks anal.
Suatu penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Epidemiology mengungkapkan bahwa tingkat risiko penularan HIV lewat seks anal lebih besar 18% dari penetrasi vagina.
Hal itu disebabkan jaringan dan lubrikan alamiah pada anus dan vagina sangat berbeda.
Bila vagina memiliki banyak lapisan penahan infeksi virus, sementara anus hanya memiliki satu lapisan tipis saja.
Selain itu, anus juga tidak memproduksi lubrikan/cairan alami seperti vagina sehingga sangat tinggi kemungkinannya terjadi luka atau lecet saat penetrasi dilakukan.
Luka inilah yang bisa menyebarkan infeksi HIV.
Infeksi ini juga bisa terjadi jika ada kontak dengan cairan rektal pada anus.
Perlu diketahui, cairan rektal sangat kaya akan sel imun, sehingga virus HIV mudah berkembang biak.
Jika infeksi HIV sudah masuk pada kondisi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), maka tubuh orang tersebut akan sangat sulit melawan infeksi, sesederhana virus influenza karena sistem imunnya rusak.
Mereka juga lebih rentan terkena tuberkulosis, radang paru, jamur, dan infeksi lainnya.
Dampak mengerikan ini tentu akan sangat membahayakan apalagi jika hubungan sesama jenis ini merupakan kejahatan seksual seperti kasus tiga bocah di solok.
Pasalnya selain dapat memengaruhi kesehatan mental, pelaku dan korbanya berisiko tinggi terkena hiv/aid yang bisa menyebabkan kematian.(*)
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL