Untuk itulah pada artikel kali ini GridHEALTH.id mencoba menyarikan mengenai vitamin D, dari sumber kredibel ilmiah, National Institutes of Helath (NIH).
Perlu diketahui, Vitamin D (juga disebut sebagai "kalsiferol") adalah vitamin yang larut dalam lemak yang secara alami ada dalam beberapa makanan, ada juga yang ditambahkan dlaam makanan, tersedia juga dalam bentuk suplemen makanan.
Pastinya vitamin D disediakan juga oleh alam, dari sinar matahari, ketika sinar ultraviolet (UV) dari sinar matahari terken akulit dan memicu sintesis vitamin D.
Perjalanan vitamin D yang didapat dari paparan sinar matahari, makanan, dan suplemen, bisa bermanfaat harus terlebih dahulu menjalani dua hidroksilasi untuk aktivasi.
* Hidroksilasi pertama, yang terjadi di hati, mengubah vitamin D menjadi 25-hidroksivitamin D [25(OH)D], juga dikenal sebagai “kalsidiol.”
Baca Juga: Waspada Keracunan Vitamin D Karena Suplemen Vitamin D Dosis Tinggi
* Hidroksilasi kedua terjadi terutama di ginjal dan membentuk 1,25-dihidroksivitamin D [1,25(OH)2D] yang aktif secara fisiologis, juga dikenal sebagai “kalsitriol”.
Untuk diketahui, dalam makanan dan suplemen makanan, vitamin D memiliki dua bentuk utama, D2 (ergocalciferol) dan D3 (cholecalciferol), yang berbeda secara kimiawi hanya pada struktur rantai sampingnya.
Kedua bentuk tersbeut diserap di usus kecil. Penyerapan terjadi dengan difusi pasif sederhana dan dengan mekanisme yang melibatkan protein pembawa membran usus.
Kehadiran lemak secara bersamaan di usus meningkatkan penyerapan vitamin D, tetapi beberapa vitamin D diserap bahkan tanpa lemak makanan.
Ingat, penuaan maupun obesitas tidak mengubah penyerapan vitamin D dari usus.
Manfaat Vitamin D
Baca Juga: Kekurangan B12 Selama Kehamilan Meningkatkan Risiko Diabetes Pada Anak