GridHEALTH.id -Asal usul virus corona baru hingga saat ini masih misteri.
Walau sudah ada tim ilmuan WHO yang di utus ke China juga ke Wuhan untuk menyelidiki, hasilnya tetap misteri.
Begitu juga dengan siapa pasien 01 Covid-19 di dunia, beberapa kali peneliti coba mengungkapnnya tetap saja masih misteri hingga saat ini.
Tapi belum lama, tanpa ba bi bu, tetiba saja Dr Peter Embarek, yang memimpin penyelidikan WHO dan penyelidik utama Organisasi Kesehatan Dunia ini mengatakan pasien Covid-19 pertama mungkin adalah pekerja laboratorium dari Wuhan yang berspesialisasi dalam penelitian seputar virus SARS-COV-2, sebelum menyebar ke seluruh dunia.
Apa yang dinyatakannya tentu mengejutkan banyak pihak.
Komentar Embarek ini kebalikan dari yang dia katakan saat masih di China. Saat itu menjadi misi pencarian fakta.
Bagaimana tidak, sebelumnya dirinya selalu mengatakan menolak anggapan bahwa virus itu lolos dari laboratorium. Sebab itu sebagai hal yang sangat tidak mungkin.
Baca Juga: Efektif 11 Agustus, Persyaratan Baru Bagi Calon Penumpang Pesawat Terbang di Masa PPKM
Tapi kini Embarek mengakui bahwa teori kebocoran laboratorium bisa saja terjadi.
Saat itu Embarek meminta para ilmuwan untuk berhenti menyelidiki kemungkinan virus berasal dari laboratorium.
Dia juga awalnya bersikeras tidak ada bukti penularan 'di Wuhan atau di tempat lain' sebelum Desember 2019.
Tetapi seminggu kemudian dia berbalik dan mengatakan timnya telah menemukan setidaknya ada 13 varian Covid di Wuhan pada bulan Desember.
Mengenai pernyataan barunya itu Embarek merujuk pada seorang peneliti China, yang menurutnya bisa saja terinfeksi oleh kelelawar saat mengambil sampel sehubungan dengan penelitian di laboratorium Wuhan.
Embarek mengatakan kepada stasiun televisi Denmark TV2: "Seorang karyawan yang terinfeksi di lapangan dengan mengambil sampel termasuk dalam salah satu hipotesis yang mungkin."
Embarek pun mengatakan, “Di sinilah virus berpindah langsung dari kelelawar ke manusia.”
"Dalam hal ini, itu dialami pekerja laboratorium, bukan penduduk desa acak atau orang lain yang memiliki kontak reguler dengan kelelawar. Jadi itu sebenarnya dalam kategori kemungkinan," papar Embarek seperti dilansir dari Daily Mail.
Ilmuwan Denmark ini menekankan bahwa penyelidik WHO tidak menemukan bukti langsung tentang hal ini.
Untuk diketahui, China telah lama dituduh menutupi wabah awal dan menyembunyikan informasi ketika pertama kali muncul di Wuhan pada Desember 2019.
Embarek menunjukkan virus itu telah berkembang selama beberapa waktu untuk memungkinkan jenis yang berbeda ini berkembang.
Dia juga mengungkapkan bahwa hingga 1.000 orang di Wuhan dapat terinfeksi pada awal Desember, perkiraan berdasarkan data China yang menunjukkan 174 kasus penyakit parah.
Tak hanya itu, saat ini Dr Embarek kini dengan lantang mengungkapkan betapa sulitnya bagi timnya untuk mengakses dokumen.
Bahkan sulit mendiskusikan teori kebocoran laboratorium dengan para ilmuwan dan pejabat China.
Embarek mengatakan kepada jaringan televisi, "Sampai 48 jam sebelum kami menyelesaikan seluruh misi, kami masih belum memiliki kesepakatan bahwa kami akan berbicara tentang bagian laboratorium dari laporan, jadi sampai akhir dibahas apakah itu harus dimasukkan atau tidak.”
Tim mengunjungi Institut Virologi Wuhan, tempat para ilmuwan meneliti virus corona kelelawar, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Wuhan.
Baca Juga: Setelah Divaksin Covid-19 Jangan Langsung Minum Obat, Ini Risikonya
Namun penyidik WHO tidak diperbolehkan melihat dokumen atau buku laboratorium selama kunjungan.
"Kami tidak bisa melihat buku laboratorium atau dokumen langsung dari laboratorium,” kata Dr Embarek.
"Kami dapat melakukan presentasi, membicarakan dan mengajukan pertanyaan yang ingin kami ajukan, tetapi kami tidak dapat melihat dokumentasi apa pun sama sekali,” tambahnya.(*)
Baca Juga: Diabetes Pemicu Penyakit Kardiovaskular, Juga Buat Indonesia Rugi Hingga Triliunan Dolar