Find Us On Social Media :

Terapi Plasma Konvalesen Berpotensi Berbahaya Bagi Pasien Covid-19, Bisa Sebabkan Cedera Akut Paru

Kandidat doktor dari Medical Science di Universitas Kobe di Jepang yang mendalami Covid-19 Adam Prabata mengatakan terapi plasma konvalesen berpotensi berbahaya bagi pasien Covid-19.

GridHEALTH.id - Sebuah laporan pada April 2020 dari Journal of American Medical Association (JAMA)  menggambarkan lima pasien yang sakit kritis dan berventilasi mekanis di China dengan Covid-19 yang menerima plasma pemulihan.

Perbaikan klinis pasien ini dikaitkan dengan penerimaan plasma tetapi tidak ada kesimpulan yang dapat ditarik mengenai kemanjuran pendekatan tersebut.

Federal Drug Administration (FDA) menekankan masih perlunya uji klinis: "Meskipun menjanjikan, plasma konvalesen belum terbukti efektif dalam setiap penyakit yang diteliti dan setiap pasien Covid-19.

Oleh karena itu, penting untuk menentukan melalui uji klinis, sebelum secara rutin memberikan plasma konvalesen kepada pasien dengan Covid-19, bahwa aman dan efektif untuk melakukannya.”

Instagram dari Dokter Adam Prabata @adamprabata, kandidat dokter dari Medical Science di Universitas Kobe di Jepang yang mendalami Covid-19 belum lama ini mengupas tentang bahaya plasma konvalesen.

Dalam tulisannya, Adam mengatakan terapi plasma konvalesen berpotensi berbahaya bagi pasien Covid-19.

Baca Juga: Ini Saat Paling Tepat Pasien Covid-19 Dapatkan Plasma Konvalesen, Supaya Semua Manfaatnya Didapatkan

Baca Juga: Apa yang Boleh Diminum Para Menyandang Diabetes? Ini Panduannya

Adam menggambarkan diagram peningkatan risiko kejadian yang tidak diharapkan pada pasien Covid-19 penerima plasma konvalesen. 

Pada pasien Covid-19 yang mendapatkan terapi plasma konvalesen terbukti lebih meningkat angka kejadian yang tidak diharapkan dalam kategori berat dan mengancam nyawa dimana terjadi 1,27 kali kategori mengancam nyawa dan 1,19 kali kategori berat.

Kejadian yang sering terjadi padahal tidak diharapkan adalah penurunan kadar oksigen dan gagal napas.

Plasma konvalesen juga tidak menurunkan angka kematian dan penggunaan alat bantu napas.

Adam juga menjelaskan, pada penelitian yang ditulis di instagramnya, kriteria pasien Covid-19 yang dimaksud adalah;

- rata-rata 8 hari (maksimal 12 hari) sejak gejala pernapasan muncul

- Dirawat di rumah sakit

- Membutuhkan oksigen sebagai alat bantu napas

Baca Juga: Penyakit Infeksi Pencernaan, Ini 5 Tips Mengatasi Diare Pada Anak

Baca Juga: Diabetes Pada Anak, Kenali 5 Penyebab Umum yang Sering Muncul

Lalu, potensi 'kejadian tidak diinginkan' yang berbahaya berkurang berkurang seiring meningkatnya titer antibodi.

Kesimpulan yang ditulis Adam di akhir cuitannya di instagram adalah terapi konvalesen berpotensi berbahaya karena dapat meningkatkan kejadian tidak diharapkan yang bisa mengancam nyawa bila diberikan pada 8 hingga 12 hari sejak gejala pernapasan muncul dan pasien sudah mendapatkan oksigen.

Dikutip dari JAMA dalam laporan kasus yang sangat sedikit antara pemberian plasma konvalesen dengan Covid-19, tampaknya terapi plasma paling mungkin berhasil ketika diberikan pada awal penyakit.

Ada kemungkinan bahwa, seiring perkembangan penyakit, respons inflamasi pasien sendiri terhadap virus menyebabkan banyak kerusakan dan penekanan virus oleh antibodi mungkin tidak lagi berguna.

Baca Juga: Studi : Glukosamin Tidak Membantu Pengobatan Osteoarthritis

Baca Juga: 5 Tips Untuk Membantu Menghindarkan Diri dari Penyakit Infeksi Menular

Malah JAMA menekankan pentingnya publik mengetahui bahwa terapi plasma dapat menyebabkan penyakit paru-paru parah yang disebut cedera paru akut terkait transfusi (TRALI/transfusion-related acute lung injury) dan juga dapat dikaitkan dengan penularan patogen melalui darah lainnya. (*)

#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL