Jadi apabila positivity rate suatu wilayah semakin tinggi, maka kondisi pandemi di daerah tersebut memburuk.
Sebaliknya, jika rendah, kondisi pandemi Covid-19 disuatu wilayah membaik.
Nah, mengenai positivity rate Indonesia saat ini beberapa pakar angkat topi juga meragukan.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia membuktikan keraguannya.
Menurut Tri Yunis Miko Wahyono, standarisasi pelacakan kontak dan testing Covid-19 yang sudah digariskan pemerintah, nyatanya tidak berjalan semestinya di lapangan.
"Kota-kota atau kabupaten tidak ada yang melakukan tes secara sempurna, kecuali Jakarta, tapi kalau tracing-nya semuanya 'hancur'," kata Tri Yunis Miko Wahyono, dikutp dari BBC News Indonesia, Senin (14/9/2021).
Makadari itulah, Tri Yunis meminta pemerintah Indonesia supaya memastikan agar data-datanya terkait penurunan kasus Covid-19 itu "dikonfirmasi dengan baik".
"Makanya saya ingatkan kepada pemerintah, kalau datanya tidak bisa dipastikan, saya khawatir akan terjadi lonjakan [kasus]," ujarnya.
"Kalau tidak standar tesnya, kemudian juga kontak tracing-nya tidak standar, maka kemudian angka yang dibacakan bahwa ada penurunan level itu, ya, berarti angkanya semu," tambahnya.
Temuan tiga kasus terkait pelacakan covid-19 di kota Makassar (Sulsel), dan kota Kendari (Sulawesi Tenggara), yang dilaporkan wartawan setempat kepada BBC News Indonesia, juga menguatkan kekhawatiran pakar penyakit menular tersebut.