GridHEALTH.id - Penyakit infeksi pada bayi dapat terjadi sejak bayi baru lahir, bahkan bisa diakibatkan oleh hal remeh.
Sebagian besar masyarakat Indonesia masih percaya bahwa bedak dapat membuat sang anak "bau bayi".
Bedak dinilai dapat menjaga kelembapan kulit bayi hingga membantu mengurangi iritasi akibat gesekan.
Namun tahukah, bedak juga dapat menjadi faktor pemicu timbulnya infeksi kelamin pada bayi.
Meski banyak ahli melarang, namun hingga saat ini, tak sedikit orangtua yang menggunakan bedak pada area genital.
Alih-alih mengurangi gesekan akibat penggunaan popok sekali pakai (diapers), bedak dapat membahayakan kelamin bayi.
Dilansir dari laman Raising Children Network (Australia), bedak dapat berkumpul dengan keringat dan zat lain pada area genital bayi.
Lebih parahnya, bedak dapat menyebabkan risiko kanker mengerikan pada bayi perempuan dan dapat berlangsung hingga mereka dewasa nanti.
Berdasarkan studi yang terbit pada International Journal of Cancer menyebutkan, bedak atau talek (talc) dapat meningkatkan risiko kanker ovarium.
Baca Juga: Akibat Varian Delta Pandemi Covid-19 di Asia Tenggara dan Eropa Dihadapi dengan Cara Berbeda
Karena saat penguapan yang terjadi dari bedak itu akan mengendap dan hubungan antara bedak bayi dan kanker rahim mejadi positif.
Melansir laman resmi American Cancer Society, bedak atau talek berbahan dasar asbes, yang termasuk zat karsinogenik.
Untuk itu, Food and Drug Administration (FDA) tidak merekomendasikan penggunaan bedak apapun pada area genital atau kelamin bayi.
Pada bayi perempuan, jika penggunaan bedak dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan vulvitis atau infeksi atau radang pada vulva yang ditandai dengan rasa gatal dan perih di area kemaluan.
Vulva dapat terinfeksi bakteri, virus, atau jamur.
Baca Juga: Sudah Mulai MPASI, Begini Jumlah Air Putih yang Boleh Diminum Bayi Usia 6 Bulan ke Atas
Beberapa contoh penyakit infeksi yang bisa terjadi di vulva adalah herpes genital, kutil kelamin, candidiasis vulvovaginal, kudis, dan lainnya.
Gejala infeksi kelamin pada bayi perempuan dapat berkisar kulit vulva bersisik dan menebal, bengkak dan merah di labia dan vulva, benjolan berisi cairan (blister) pada vulva, hingga rewel akiba rasa gatal di area genital.
Sementara pada bayi laki-laki, gejala infeksi kelamin dapat termasuk nyeri, gatal, kemerahan, dan bengkak, dalam kasus yang parah, bayi sulit untuk buang air kecil.
Untuk itu, orangtua wajib melakukan beberapa cara mencegah terjadinya infeksi kelamin pada bayi.
Cara membersihkan area genital bayi laki-laki
Cuci penis dan buah zakar bayi dengan lembut dengan air hangat dan bola kapas. Lalu, keringkan dengan menepuk-nepuk lembut menggunakan handuk lembut.
Selain itu, perlu membersihkan bagian luar kulup bayi laki-laki.
Orangtua dapat membersihkan bagian dalam kulup, jika kulup mudah ditarik kembali dengan sendirinya, yang biasanya terjadi saat anak laki-laki berusia 2-3 tahun.
Biasanya zat putih susu (disebut smegma) berkumpul di bawah kulup. Ini terbuat dari sel kulit mati dan sekresi alami. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Jika anak sudah disunat, basahi bagian depan popoknya dengan petroleum jelly atau krim pepaya.
Hal ini akan menghentikan penis bayi menempel pada popok sampai sembuh.
Cara membersihkan area genital bayi perempuan
Untuk membersihkan labia bayi perempuan, basahi bola kapas dengan air hangat, pisahkan kedua kaki bayi dan usap di antara labia dengan bola kapas.
Mulai dari depan dan usap perlahan ke belakang. Gunakan bola kapas baru jika perlu menyeka lagi.
Keringkan area genital bayi dengan menepuk-nepuk lembut menggunakan handuk lembut.
Terkadang bayi perempuan mungkin mengeluarkan cairan kental seperti susu, ini tidak perlu dibersihkan.
Namun, jika tidak yakin tentang pelepasan lainnya, temui dokter atau perawat kesehatan anak dan keluarga. (*)
#hadapicorona #berantasstunting