Find Us On Social Media :

Vaksinasi Lebih dari 60 Persen Sulit Redam Gelombang 3, Kini 80 Persen Masyarakat Indonesia Masih Rawan, Apalagi Ada Varian Mu

Gelombang Pandemi Covid-19. Desember diprediksi terjadi gelombang 3 di Indonesia.

GridHEALTH.id - Indonesia kini mendapat apresiasi dengan tercapainya penurunan yang terus terjadi pada kasus Covid-19.

Tapi dibalik itu, banyak ahli yang khawatir akan terkadinya gelombang 3 Covid-19 di Indonesia.

Baca Juga: Waspada Gelombang Ketiga Covid-19 Bisa Terjadi Desember, Saat Ini Memang Tengah Melandai

Karenanya, kini banyak ahli yang memikirkan bagaimana untuk mencegah terjadinya gelombang 3.

Pemerintah pun tidak tinggal diam, semakin gencar melaksanakan program vaksinasi, pengetatan pintu masuk ke Indonesia, dan masih memberlakukan pembatasan mobilitas manusia.

Mengenai kekhawatiram munculnya gelombang tiga pandemi Covid-19 di Indonesia, Ahli epidemiologi Universitas Grifftith Australia Dicky Budiman mengimbau, masyarakat tidak terlena karena karena kondisi saat ini.

Sebab menurutnya, potensi gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia hingga saat ini tetap ada.

Menurutnya, mayoritas masyarakat di tanah air belum memiliki imunitas cukup dan baik untuk melawan virus penyebab peyakit Covid-19.

Dengan bahasalain, tingkat vaksinasinya masih rendah.

“Dalam artian imunitas itu dari vaksin, vaksinasi dosis penuh, apapun vaksinnya. Ini kan 80 % (masyarakat) masih rawan karena belum mendapat vaksin,” kata Dicky.

Baca Juga: Penyakit Kulit Rosacea ada 4 Jenis, Ini Perbedaannya dengan Jerawat

“Ini yang harus dipahami dan tidak ada negara yang meskipun vaksinasinya sudah lebih dari 60 % bisa menghindari gelombang ketiga, sulit,” ujarnya lebih lanjut.

Masih menurut Dicky, adanya varian-varian baru Covid-19 juga sangat rawan menjadi penyebab memunculnya gelombang ketiga di dunia juga di Indonesia.

Asal tahu saja, potensi gelombang ketiga infeksi bersifat dinamis.

“Dulu saya memprediksi Oktober, tapi ini berubah lagi, mundur lagi, jadi Desember. Desemberpun gelombangnya menurun juga, merendah, nggak sebesar seperti prediksi sebelumnya,” tutur Dicky, dilansir dari Kompas.com (18/9/2021).

“Prediksi-prediksi ini tidak statis, dinamis banget. Artinya semakin kita konsistem, semakin disiplin dalam memberikan intervensi, termasuk capaian vaksinasi, ini akan membuat potensi (gelombang ketiga) itu semakin jauh atau mengecil tapi tetap ada, jauh mengecil,” tambah dia.

Kalaupun smapai nanti terjadi gelombang ketiga Covid-19 pada Desember 2021, diharapkan tidak akan sebesar gelombang sebelumnya.

Baca Juga: Gejala Rosacea, Penyakit Kulit Maia Estiaty yang Sulit Disembuhkan

“Kecuali kalau ada varian yang jauh lebih hebat atau setidaknya seperti varian Delta, itu bisa sama (gelombang infeksinya),” ucapnya.

Penyebab Munculnya Gelombang 3

Mengenai hal ini, seperti yang telah didampaikan pada artikel sebelumnya di GridHEALTH.id, ilmuan dunia telah menemukan varian baru virus corona, yaitu varian Mu.

Varian Mu ini disebut tahan terhadap vaksin Covid-19 yang saat ini ada. Nama lain Mu adalah B.1.621.

Dalam buletin mingguan WHO disebutkan, "Sejak teridentifikasi pertama kali di Kolombia pada Januari 2021, ada beberapa laporan sporadis kasus varian Mu dan beberapa wabah yang lebih besar telah dilaporkan dari negara Amerika Selatan dan di Eropa". Dikutip dari GridHEALTH.id (2/9/2021).

Disebutkan juga, "Varian Mu memiliki konstelasi mutasi yang menunjukkan sifat potensial untuk lolos dari kekebalan".

Baca Juga: Usai Disumpahi Anaknya Terlahir Cacat, Aurel Hermansyah Menangis saat Bertemu Sang Pelaku: 'Saya Bolak-balik ke Psokolog, Hati Saya Sakit'

WHO pun menetapkan strain virus corona baru ‘Mu’ ini sebagai variant of interest (VOI).

Menurut The Guardian, Rabu (1/9/2021), Mu pertama kali diidentifikasi di Kolombia, tapi kasus pertama di dunia tercatat di Amerika Serikat dan Eropa.

Disebutkan juga, WHO mengakui jika varian Mu memiliki kemampuan yang menunjukkan dirinya bisa lebih tahan terhadap vaksin, seperti halnya varian Beta.

Meski varian Mu masih dalam penyelidikan ahli dan WHO, untuk diketahui, mutasi tertentu dapat mempengaruhi sifat virus dan seberapa mudahnya virus itu menyebar, tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya, dan ketahanannya terhadap vaksin, obat-obatan, dan tindakan pencegahan lainnya.

Memang prevalensi global varian Mu di antara kasus berurutan telah menurun. Saat ini di bawah 0,1 persen prevalensinya di Kolombia (39 persen), dan Ekuador (13 persen).

Sementara itu Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, ada 3 varian baru Covid-19 yang masuk di dalam pengamatan pemerintah.

Baca Juga: 3 Makanan Sehari-hari Yang Dapat Meningkatkan Kolagen Di KulitAntara lain varian Lambda atau C37, varian Mu atau B.6121, dan varian C.1.2.

Antisipasi Varian MuBaru-baru ini, seorang dokter spesialis penyakit dalam sekaligus vaksinolog, dr Dirga Sakti Rambe, SpPD mengatakan bahwa varian Mu sudah terdeteksi di Malaysia, selain di 49 negara di berbagai belahan dunia."Yang jelas semua negara berhati-hati akhir-akhir ini. Kemarin sudah dilaporkan ada di Malaysia, artinya sudah sampai di Asia Tenggara," ujar dr Dirga dalam dialog FMB9 yang digelar virtual, Rabu (15/9/2021), dikutip dari Tribunnews.com.Masuknya varian ini ke kawasan Asia Tenggara menjadi alarm bagi pemerintah untuk mengetatkan pintu masuk jalur laut, udara, maupun darat.

Baca Juga: Kiano Anak Baim Wong Muntah 8 Kali dalam Sehari, Sang Dokter Minta Paula Verhoeven untuk Berhati-hati, Ada Apa?

Akibat hal tersebut, Menkes Budi menegaskan, pemerintah akan memperketat seluruh pintu masuk negara Indonesia."Oleh karena itu pemerintah memutuskan untuk memperkuat seluruh pintu masuk negara dengan melengkapi dan memperketat proses karantina baik masuk melalui udara, laut, maupun darat," tuturnya dalam konferensi pers melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, pada Senin (14/9/2021).Sementara itu, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan agar masyarakat dan pemerintah saling bekerjasama mengantisipasi kemungkinan datangnya varian baru yang dapat menyebabkan gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia.Mneurut Dicky selain memperketat pintu-pintu masuk ke Indonesia, harus dilakukan karantina yang memadai, setidaknya selama 7 hari bagi pendatang yang telah divaksinasi secara penuh dan PCR negatif.

Sedangkan dilakukan karantina selama 14 hari bagi pendatang yang belum divaksinasi dengan PCR negatif.

Sementara antisipasi di dalam negeri dapat dilakukan dengan 3T (testing, tracing, tracking, menerapkan protokol kesehatan (5M), percepatan vaksinasi, dan pembatasan kegiatan masyarakat.

Baca Juga: Sakit Kepala Migrain Sering Kambuh, 5 Makanan Ini Bisa Jadi Penangkalnya

“PPKM berlevel tetap dilakukan. Harapannya PPKM yang diterapkan level 1 dan level 2. Artinya semua berupaya agar level pandemi kita terkendali atau membaik. (Tentunya) dengan peran semua pihak,” papar Dicky.

Dicky menambahkan, untuk mencegah varian baru harus ditingkatkan pengawasan terhadap genom-genom virus.

Hal ini sangat penting untuk mendeteksi keberadaan varian baru dan potensi, tren, atau progres penyebaran dari jenis virus baru.

Adapun kasus-kasus orang yang telah divaksinasi tapi terpapar virus juga harus menjadi perhatian, dengan dilakukan pemeriksaan genom.(*)

Baca Juga: Mengenal Diabetes Sekunder, Diabetes Tipe 3C yang Muncul Akibat Kerusakan Pankreas