GridHEALTH.id - Sekolah tatap muka di Indonesia yang telah digelar beberapa waktu terakhir rupanya turut menyumbangkan jumlah kasus Covid-19.
Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah (Paud Dikdasmen) Kemendikbudristek, Jumeri, ada 1.296 sekolah yang melaporkan klaster Covid-19 saat pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.
Klaster Covid-19 akibat sekolah tatap muka ini memiliki total ada 11.615 siswa positif Covid-19 di seluruh Indonesia.
Data tersebut didapatkan dari 46.500 sekolah yang telah menggelar PTM terbatas per 20 September 2021.
Melihat hal tersebut, epidemiolog asal Universitas Indonesia Pandu Riono akhirnya angkat bicara.
Pandu mengungkapkan, kebijakan sekolah tatap muka harus dievaluasi.
"Bisa jadi evaluasi bagi setiap daerah, kok bisa terjadi kasus, bagaimana biar tidak terjadi penularan kasus sekolah di tempat lain," jelas Pandu, Jumat (17/9/2021), dikutip dari Detik.
"Kalau tidak seperti itu, kita tidak akan pernah belajar dari pengalaman. Selama tidak ada yang kasus meninggal," sambungnya.
Baca Juga: Kabar Baik Rapid Test Antigen di Stasiun Harganya Turun Jadi Rp 45 Ribu, Mulai 24 September 2021
Sejalan dengan Pandu, epidemiolog dari Griffith University Ausralia Dicky Budiman meminta, pemerintah tanggap dalam mengevaluasi PTM akibat adanya klaster Covid-19.
"Mau itu siswa atau guru, itu harus di-suspend atau tutup dulu, minimal dua kasus, kalau satu kasus ya kelasnya saja yang dikarantina, karena perlu ada desinfeksi, kemudian melakukan testing tracing isolasi dan karantina," ungkapnya.
Di sisi lain, Pandu Riono juga berharap agar usaha kesehatan sekolah (UKS) kembali dihidupkan selama PTM.
"Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) harus dihidupkan kembali dan disempurnakan untuk mewujudkan suasana belajar di sekolah yang aman di era pandemi yang masih mengancam," tutur Pandu dalam akun Twitter-nya, Rabu (22/9/2021).
Menurutnya, sekolah tatap muka yang aman harus terhubung dengan beberapa pihak terkait.
Baca Juga: Diperbolehkan Menginap di Hotel, Anak di Bawah 12 Tahun Dilarang Memasuki 3 Area Ini
"Untuk mewujudkan sekolah yang aman untuk kegiatan tatap muka terbatas harus bersamaan dengan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah."
"Karena perlu terhubung dengan Puskesmas, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, dan orangtua murid," tambahnya.
Baca Juga: Virus Varian Alpha Penularannya Disebut Lebih Banyak di Udara, Benarkah?
Seperti Pandu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan, perlu adanya evaluasi setiap minggunya.
"Keputusan pembukaan sekolah dibuat secara berkala melalui evaluasi mingguan. Sekolahberkoordinasi dengan pemerintah daerah, Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan memutuskanmembuka/menutup sekolah dengan memperhatikan kasus harian," dalam keterangan tertulis di laman resmi, Jumat (10/9/2021).
Sebagai contoh, jika ada satu kasus di sekolah, maka sekolah dengan bantuan dinas kesehatan harus segera melakukan tracing, kelas atau sekolah yang terpapar ditutup sementara untuk memberitahu pihak-pihak terkait dan melakukan mitigasi kasus.
Pertimbangan untuk menghentikan kegiatan tatap muka dan mengganti dengan kegiatan yang sesuai, berdasarkan hasil keputusan oleh berbagai pihak termasuk orangtua, guru, sekolah, pemerintah daerah, dinas kesehatan dan dinas pendidikan.
Kelas atau sekolah dapat dibuka kembali jika sudah dinyatakan aman
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito sudah menegaskan, aktivitas sekolah tatap muka akan dihentikan sementara jika diketahui ada siswa yang positif Covid-19.
"Jika nanti ditemukan adanya siswa yang terinfeksi Covid-19 maka kegiatan PTM di sekolah tersebut akan dihentikan selama tiga hari," kata Wiku, dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (31/8/2021). (*)
#hadapicorona