Find Us On Social Media :

Vaksin Covid-19 Mengandung Graphene Oxide, Buatan Pfizer-BioNtech Paling Dicurigai, Benarkah?

Vaksin Pfizer paling dicurigai mengandung Graphene Oxide (GO), benarkah?

GridHEALTH.id - Setelah ramai prihal obat Covid-19 Molpinuravir yang dijagokan sebagai obat oral Covid-19, kini ada lagi berita yang sedang ramai dibicarakan dan dicari-cari, yaitu vaksin Covid-19 mengandung Graphene Oxide (GO).

Untuk diketahui, melansir LAPAN Risetdikti dan RISETpro, disebutkan jika GO adalah fluorescent, yang membuatnya sangat sesuai untuk berbagai aplikasi medis.

Bio-sensing dan deteksi penyakit, pembawa obat dan bahan antibakteri hanyalah beberapa kemungkinan yang dimiliki GO untuk bidang biomedis.

Tapi apa betul GO digunakan pada vaksin Covid-19?

Mengenai hal ini dr. RA Adaninggar, SpPD di laman Instagramnya @drningz (4/10/2021), mengingatkan masyarakat untuk melakukan cek dan ricek.

Beliau pun mengingatkan, cara membaca jurnal dan mengkritisinya ada caranya, sehingga harus baca lengkap dan ga asal comot-comot.

"Ini namanya pseudosains dan sering sekali digunakan untuk menyesatkan orang-orang yang tidak terbiasa dengan sains," jelasnya.

Baca Juga: 9 Gejala Tetanus, Bisa Berujung Kematian Bila Tak Segera Ditangani

Jadi, tegas dr. Ningz, klaim yang menyatakan pada vaksin Covid-19 ada GO tidak benar.

"Vaksin Covid tidak ada yang mengandung graphene oxide dan tidak berbahaya," tegasnya.

Mengenai GO pada vaksin Covid-19, health-desk.org pun menegaskan jika vaksin mRNA Pfizer/BioNTech dan Moderna COVID-19 yang paling dicurigai mengandung GO, tidak mengandung GO.

Daftar bahan untuk kedua vaksin telah dipublikasikan dan diuji oleh pihak luar. Mereka tidak ditemukan mengandung oksida graphene dalam formula mereka, termasuk nanopartikel lipid mereka.

Mengenal Graphene Oxide

Baca Juga: Merebak, Keengganan Tenaga Medis Untuk Divaksin Di Seluruh Dunia Akibat Misinformasi

Untuk diketahui, Nanopartikel lipid, pada dasarnya adalah bola-bola kecil lemak, digunakan dalam vaksin mRNA untuk melindungi molekul RNA yang halus, sehingga vaksin dapat masuk ke tubuh manusia tanpa dihancurkan.

Nanopartikel lipid ini telah diakui sebagai sistem penghantaran obat potensial (cara memasukkan obat ke dalam sel manusia, terutama obat suntik) sejak 1960-an.

Lipid sendiri adalah lemak, berminyak, atau lilin dan termasuk lemak dan minyak (trigliserida), lilin, dan steroid, antara lain.

Terkadang senyawa yang disebut polietilen glikol (PEG) dapat digunakan untuk membantu menjaga kestabilan nanopartikel lipid, seperti yang digunakan dalam vaksin mRNA COVID-19.

Namun, sekali lagi, tidak ada GO dalam nanopartikel PEG-lipid.

Baca Juga: 3 Tempat Spesifik Penularan Covid-19 Tinggi, Satgas Ungkap Metode Pencegahannya

Intinya tidak ada vaksin resmi WHO yang diproduksi oleh Pfizer, Moderna, AstraZeneca, CanSino, Sinovac, Sputnik V, atau Janssen yang mengandung graphene oxide.

Vaksin Novavax COVID-19 belum menerbitkan daftar bahan-bahannya dalam publikasi peer-review atau akses terbuka.

Sebagai informasi, Graphene Oxide adalah senyawa yang mengandung karbon, oksigen, dan hidrogen.

Ini digunakan dalam banyak aplikasi, mulai dari sensor hingga tekstil hingga aplikasi obat yang potensial.

Baca Juga: Masalah Kulit Bayi dan Penanganannya, Mulai dari Kulit Kasar, Terdapat Benjolan Hingga Bercak Merah

Bahan ini murah, mudah didapat, dan dapat terdispersi dalam air. Jadi larut dalam air, mungkin solusi yang bagus untuk membantu obat diserap. Ini dapat diproduksi sebagai bubuk atau solusi untuk berbagai kegunaan.

Graphene Oxide Beracun Bagi Manusia, Tapi ....

Tapi saat ini diketahui sejumlah oksida graphene bisa menjadi racun bagi manusia. Sebuah studi 2016 pada tikus menunjukkan bahwa bahan dasar graphene (seperti graphene oxide) dapat menyebabkan toksisitas, tergantung dosis, penurunan viabilitas sel, pembentukan granuloma paru, dan apoptosis sel, beracun untuk paru-paru, hati, limpa, dan ginjal.

Tapi kedepannya, tidak menutup kemungkinan Graphene Oxide mungkin menjadi alat yang berguna dalam pengiriman vaksin di masa depan, karena para ilmuwan dan insinyur kimia percaya bahwa itu dapat direkayasa untuk menjadi kendaraan pengiriman yang aman untuk vaksin, dan membantu meningkatkan efektivitasnya.

Baca Juga: Ada 5 Indra Manusia yang Terpengaruh Oleh Infeksi Covid-19, Termasuk Pendengaran

Seperti nanopartikel lipid, graphene oxide juga merupakan nanopartikel dan baru-baru ini digunakan dalam platform vaksin influenza intranasal dengan hasil yang menjanjikan.

Selain itu, nanopartikel ini telah terbukti meningkatkan makrofag dan sel T, yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita dan menghasilkan respons kekebalan yang berpotensi lebih kuat.

Studi terbaru menunjukkan bahwa bahan yang berhubungan dengan GO mungkin memiliki sifat antivirus dan antimikroba, sehingga mengevaluasi mereka untuk digunakan dalam pengobatan dan desain vaksin diperlukan.

Walau demikian itu masih butuh studi, penelitian, riset lebih jauh lagi, dan lama.

Baca Juga: Obesitas Tingkatkan Risiko Masalah Lutut Menahun Seperti Osteoartritis

Adapun yang saat ini harus kita hadapi adalah bagaimana mengatasi pandemi Covid-19 dengan pencegahan. Tidak lain dengan vaksin.

Melansir Kominfo pada informasi dengan judul; '[DISINFORMASI] Vaksin Covid-19 Mengandung Grafena Oksida'm disebutkan Senior Associate of Global Media Relations Pfizer menegaskan, bahwa GO alia sgrafena oksida tidak digunakan dalam pembuatan vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech.

Menurut lembar fakta di situs web Badan Pengawas Obat dan Makanan AS, bahan vaksin Pfizer meliputi: mRNA, lipid, kalium klorida, kalium fosfat monobasa, natrium klorida, natrium fosfat dihidrat dibasa, dan sukrosa.

Dari daftar bahan pembuat vaksin tersebut tidak mencantumkan graphene oxide (GO).

Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa tidak ada vaksin Covid-19 yang tersedia di seluruh dunia, baik yang diproduksi oleh Moderna, Janssen, AstraZeneca, CanSino, Sinovac dan Sputnik V yang mengandung graphene oxide (GO).(*)

Baca Juga: Hasil Investigasi Jurnalis Australia Sharri Markson; Penyebab Pandemi Covid-19 ada di WIV