GridHEALTH.id - Alergi susu sapi (ASS) menjadi salah satu alergi makanan yang sering dialami anak di Indonesia.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat angka kejadian alergi susu sapi mencapai 2-7,5% dengan kasus tertinggi terjadi pada usia awal kehidupan.
Gejala alergi ini umumnya bermanifestasi pada saluran pernapasan, kulit, serta saluran cerna.
Salah satu faktor mengapa kasus alergi susu sapi mesti diwaspadai betul oleh para orangtua, adalah kondisi tersebut ternyata dapat menyebabkan stunting.
Hal itu seperti diungkap Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastro Hepatologidr. Frieda HandayaniSp.A (K), dalam webinar yang diadakan Danone Specialized Nutrition Indonesia, Rabu (13/10/2021).
Menurutnya, saat alergi susu sapi pada anak tidak segera diobati, maka berisiko menyebabkan pertumbuhan bayi terhambat dan lama kelamaan menyebabkan stunting.
Baca Juga: Penyebab Anak Dengan Kelainan Jantung Bawaan Sering Alami Malnutrisi
Alergi protein susu sapi bisa sampai menyebabkan stunting biasanya lebih dulu diikuti dengan gejala berat pada anak.
"Bila anak mengalami alergi susu sapi yang berat sampai menimbulkan anemia, BAB darah yang terus-menerus, signifikan. Kemudian juga ada kebocoran protein dari usus, tentu dapat membuat anak mengalami gangguan tumbuh kembang yang kronik dan jangka panjang hingga bisa menyebabkan stunting," ujar dr. Frieda.
Meski persentase anak yang alergi susu sapi dengan gejala berat sangat sedikit, orangtua baiknya tetap melakukan penanganan sedini mungkin.
"Kebanyakan alergi susu sapi masuk ke dalam gejala ringan, sedang," ungkap dr. Frieda.
Perawatan yang bisa orangtua lakukan saat anaknya diiagnosis alergi susu sapi diantaranya mengganti asupan protein sapi dengan memberikan fermentasi kalsium, vitamin D3, dan fosfor dari makanan lain dengan diukur berdasarkan angka kecukupan gizi masing-masing.
Baca Juga: Dampak Jangka Pendek dan Jangka Panjang Anak Stunting, Hati-hati
Jika anak sudah mendapatkan makanan pendamping asi atau MPASI, orangtua juga bisa memasukkan sumber makanan yang mengandung kalsium, fosfor, magnesium, zat besi, dan vitamin D3 melalui suplemen juga makanan dari buah, sayur, dan daging.
"Jadi masih banyak cara agar anak dapat tetap terpenuhi kebutuhan nutrisi. Yang utama tetap ASI memang yang terbaik, tidak ada yang bisa menggantikan," terang dr. Frieda.
Dia menyarankan selama ibu menyusui juga harus memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsinya.
Sementara bayi harus dipastikan kecukupan nutrisi yang seimbang dengan berkonsultasi kepada dokter anak dan ahli gizi.(*)
Baca Juga: Dapat Sebabkan Stunting, Orangtua Mohon Jangan Sepelekan Cacar Air pada Bayi