Find Us On Social Media :

Virus Ebola yang Baru Ditemukan Mungkin Tidak Menyebabkan Penyakit Parah pada Manusia, Studi

Ebola banyak ditemukan di benua Afrika. Beberapa gejala ebola di antaranya demam, nyeri kepala berat, menggigil, lemah, mual dan muntah.

GridHEALTH.id - Para peneliti dari Fakultas Biosains Universitas Kent telah memberikan bukti bahwa virus Ebola yang baru ditemukan mungkin tidak mematikan seperti spesies lain bagi manusia, dikutip dari Siaran Pers Universitas Kent di Inggris pada 25 April 2019.

Virus Bombali baru ditemukan pada kelelawar di Sierra Leone, Afrika dan sekarang juga telah dilaporkan pada kelelawar di Kenya. Sampai saat ini, tidak jelas apakah virus Bombali mungkin patogen bagi manusia.

Dr Mark Wass dan profesor Martin Michaelis mengembangkan pendekatan komputasi untuk membandingkan urutan asam amino protein virus untuk mengidentifikasi posisi yang menentukan apakah virus menyebabkan penyakit pada manusia.

Temuan mereka menunjukkan bahwa posisi tertentu dalam protein VP24 dari virus Bombali identik dengan virus Reston, anggota lain dari keluarga Ebolavirus yang tidak patogen pada manusia.

Hal ini sesuai dengan asal muasal virus Bombali yang diisolasi dari kelelawar buah yang hidup bersama manusia di dalam rumah dan daerah berpenduduk lainnya.

Meskipun ini membuat kontak manusia sangat mungkin terjadi, tidak ada wabah penyakit yang dilaporkan.

Baca Juga: Di Masa Pandemi Covid-19 WHO Tak Berkedip Fokus Pada Penyebaran Virus Ebola, Mulai Meluas

Baca Juga: Manfaat Kunyit Atasi Penyakit Ginjal Kronis, Aman Tanpa Efek Samping

Wass berkata, "Berdasarkan temuan kami, sepertinya virus Bombali tidak menyebabkan penyakit parah pada manusia. Namun, kami perlu berhati-hati karena kami tahu bahwa beberapa mutasi dapat mengubah ini dan menghasilkan Ebolavirus lain yang menjadi ancaman. ke manusia. Oleh karena itu, evolusi virus Bombali harus dipantau dengan cermat.

Ebola adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dan dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani.

Penyakit ini pertama kali ditemukan di Afrika pada 1976. Virus Ebola sendiri awalnya hidup pada tubuh hewan, kemudian menjangkiti manusia melalui darah hewan yang sudah terkontaminasi virus.Gejala yang ditimbulkan virus Ebola umumnya dirasakan pengidap dalam 5-10 hari setelah terinfeksi.

Beberapa gejalanya antara lain demam, nyeri kepala berat, menggigil, lemah, mual dan muntah, diare yang dapat disertai darah, mata merah dan perdarahan dari mata, telinga, hidung dan anus.Penyakit ini disebabkan oleh virus Ebola yang awalnya ditemukan pada hewan, seperti monyet, simpanse, dan primata lainnya.

Virus Ebola disebarkan melalui kontak langsung darah atau cairan tubuh pengidap seperti urine, tinja, air liur, serta air mani, dengan hidung, mata, mulut, atau luka terbuka pada orang sehat.

Baca Juga: Luka Diabetes, Ini Pentingnya Pemeriksaan Kaki Setiap Hari

Baca Juga: 5 Tanda Kadar Kolesterol Sudah Lampu Merah, Bahayanya Ke Jantung!

Ebola lebih sulit didiagnosis karena tanda dan gejala awalnya terkadang menyerupai malaria atau tifoid.

Dokter akan mendiagnosis Ebola dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang di laboratorium untuk mengidentifikasi virus, seperti     Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA), IgM ELISA dan Polymerase Chain Reaction (PCR).Hingga saat ini, belum ditemukan pengobatan untuk menyembuhkan Ebola. Pengobatan yang diberikan hanya bertujuan untuk mendukung kekebalan tubuh pengidap dalam memerangi virus.

Beberapa langkah penanganan Ebola, antara lain:

- Pengidap Ebola wajib dirawat di ruang rawat intensif yang terisolasi.

- Terapi oksigen untuk mempertahankan kadar oksigen darah yang optimal.

- Terapi cairan infus dan elektrolit untuk mencegah dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit.

Baca Juga: Anak Tanpa Saudara Kandung Memiliki Risiko Mengalami Obesitas, Studi

Baca Juga: Penyebab Radang Tenggorokan, dari Infeksi Virus Hingga Bronkitis

- Terapi untuk mengatasi infeksi sekunder yang dapat terjadi.

- Transfusi darah jika terdapat perdarahan. (*)