Find Us On Social Media :

98 Persen Virus Covid-19 Indonesia Didominasi Varian Delta, Telah Menginfeksi 80 Persen Masyarakat

Varian dleta dominasi Indonesia, dan 80 persen masyarakat sudah terpapar.

GridHEALTH.id - Virus corona di masa pandemi Covid-19 di Indonesia didominasi varian delta.

Hal ini telah disebutkan langsung oleh Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi dalam dialog FMB yang diadakan Selasa (14/9/2021).

Melansir tribunnews.com (15/9/2021), Nadia mengatakan saat ini varian delta memang mendominasi virus corona di tanah air hingga 98 persen.

Baca Juga: Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY), Bentuk Diabetes Genetik

Malah Nadia pun sempat mengatakan ada 22 mutasi varian delta di Indonesia yang telah ditemukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Hal itu diungkapkan langsung oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemkes) Siti Nadia Tarmizi dalam Dialog Produktif Kamis, Kamis (4/11/2021).

Menurutnya Covid-19 varian delta di Indonesia telah banyak melakukan mutasi.

"Ada kurang lebih dari B.16.17:2 yang kita kenal sebagai varian Delta sudah punya turunannya 22 yang sudah kita identifikasi di Indonesia," ujarnya.

Varian delta di Indonesia banyak ditemukan di kota-kota besar khususnya DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur melaporkan adanya varian Delta.

Baca Juga: Karena Ini WHO Sangat Cemas Dengan Kasus Covid-19 di Eropa: '500 Ribu Orang Bisa Meninggal Pada Maret Tahun Depan'

DKI Jakarta menjadi provinsi dengan temuan varian Delta terbanyak.

Apa yang dipaparkan Kemenkes ternyata sejalan dengan pendapat Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Citra Indriani.

Menurutnya kemungkinan besar saat ini sekitar 80 persen penduduk Indonesia sudah terinfeksi oleh varian Delta.

"Infeksi covid lebih dari 50 persen adalah asimtomatis, mungkin 80 persen penduduk kita telah terinfeksi (varian) Delta," kata Citra, dilansir dari laman UGM.

Namun, kalau sudah terinfeksi sedemikian banyak apakah sudah memiliki imunitas kelompok dan tidak ada ancaman gelombang ketiga?

Baca Juga: Pecahkan Rekor MURI, 1.271 Anak Ikuti Lomba Menggambar Secara Daring

Sebagian besar infeksi natural membentuk antibodi yang spesifik untuk virus atau strain virus yang menginfeksi, tidak untuk strain yang lain.

"Sehingga imunitas alamiah yang terbentuk saat ini mungkin tidak bisa kita andalkan apabila kita kedatangan strain yang baru," jelasnya.

Meski ada varian delta, jumlah kasus positif Covid-19 mengalami penurunan secara drastis. Penyebabnya, terbentuknya imunitas kelompok secara alamiah dimana tubuh memiliki antibodi yang spesifik untuk strain virus tertentu.

Baca Juga: Penyesalan Penolak Vaksinasi Usai Alami Henti Jantung Karena Covid-19

Gencarnya program vaksinasi Covid-19 saat ini di Indonesia bisa meminimalkan tingkat keparahan apabila terinfeksi kembali.

Selain faktor imunitas alamiah pasca terinfeksi terbentuk, program vaksinasi sekarang ini sudah menyentuh di 208 juta yang sudah divaksinasi dan 88 juta diantaranya sudah mendapat dosis vaksin lengkap.

"Saya kira vaksinasi mempunyai peran besar untuk mencegah bentuk parah sakit karena meskipun sudah divaksin masih punya potensi terinfeksi dan menjadi sakit. Melihat beberapa rekaman data yang terinfeksi di gelombang Januari, juga kemudian kembali terinfeksi delta di Juni-Juli, dan kasus-kasus meninggal memiliki riwayat belum mendapatkan vaksinasi," paparnya.

Baca Juga: Pecahkan Rekor MURI, 1.271 Anak Ikuti Lomba Menggambar Secara Daring

"Kalaupun gelombang 3 terjadi, sistem kesehatan kita tidak lagi menghadapi kasus-kasus berat yang jumlahnya ribuan setiap harinya,” bebernya.

Meski angka kasus positif baru setiap hari rata-rata kurang dari 400 kasus, kebijakan pembatasan mobilitas dengan penerapan PPKM level 3 saat jelang Natal dan tahun baru menurutnya sudah tepat dilakukan.

Citra pun mengingatkan, “Kita masih akan menghadapi kasus Covid-19 selama angka vaksinasi dunia juga belum mencapai target. Sehingga yang diperlukan saat ini adalah mengubah mindset dan menerima bahwa kita akan hidup berdampingan dengan pembatasan mobilitas ini, naik level turun level PPKM harus dijalani, dan beradaptasi dengan situasi ini karena tidak ada kepastian untuk menjawab sampai kapan,” pungkasnya, dikutip dari Kompas.com (21/11/2021).(*)

Baca Juga: Melahirkan Teknik Waterbirth Cepat dan Minim Rasa Sakit, Tapi Dokter Kandungan Punya Pandangan Lain