GridHEALTH.id - Human immunodeficiency virus atau yang biasa dikenal dengan HIV adalah infeksi yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus tersebut menyebabkan seseorang jadi rentan mengalami infeksi dan penyakit lainnya.
HIV ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh dari orang dengan HIV atau ODHA. Melansir laman HIV.gov, Rabu (24/11/2021), HIV paling sering ditularkan saat seseorang melakukan hubungan seksual tanpa alat pengaman atau melalui jarum suntik yang tidak steril.
Baca Juga: 8 Gejala Meningitis Akibat Infeksi Virus Yang Perlu Diketahui
Human immunodeficiency virus yang dibiarkan begitu saja, bisa menyebabkan seseorang mengalami AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). AIDS merupakan tahap terakhir infeksi HIV yang terjadi saat kekebalan tubuh rusak parah.
Melansir Kompas.com, di Indonesia menurut Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi, M.Epid kasus HIV pada 2020 berjumlah sekitar 543.100 orang. Sedangkan di dunia menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat 37,7 juta orang yang hidup dengan infeksi ini.
Baca Juga: Kenali 9 Gejala Abses Peritonsil, Bikin Orang Sulit Membuka Mulut
Orang yang terinfeksi HIV atau human immunodeficiency virus umumnya tidak merasakan gejala apapun pada awalnya, sehingga mereka tidak tahu bahwa dirinya telah terinfeksi. Sedangkan beberapa orang lainnya memiliki gejala yang mirip dengan flu dan muncul sekitar 2 hingga 4 minggu setelah terinfeksi.
Dilansir dari CDC, Rabu (24/11/2021) berikut ini adalah gejala HIV yang mungkin berhatan selama beberapa hari atau minggu.
1. Demam dan meriang
2. Munculnya ruam di tubuh
3. Berkeringat saat malam hari
4. Otot-otot yang ada di tubuh terasa sakit
5. Sakit tenggorokan dan mudah lelah
6. Kelenjar getah bening bengkak
7. Luka di mulut
Baca Juga: Penyebab Paling Umum dan Kurang Umum Batuk Berdarah, Salah Satunya Penyakit Infeksi
Jika mengalami salah satu dari gejala tersebut, belum tentu juga menandakan seseorang mengalami HIV. Pasalnya terdapat penyakit lain yang memiliki gejala serupa.
Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah terinfeksi HIV atau tidak, adalah dengan melakukan tes. Tes ini bisa dilakukan oleh orang-orang berusia antara 13 sampai 64 tahun.
Indikasi HIV atau human immunodeficiency virus di dalam tubuh, bisa melalui tes antibodi, tes PCR. dan tes kombinasi antibodi-antigen.
Baca Juga: Mengenal Ensefalitis, Peradangan Pada Otak Akibat Infeksi Virus
Pengobatan HIV melibatkan konsumsi obat untuk mengurangi jumlah virus di dalam tubuh. Pengobatan infeksi ini disebut terapi antiretroviral (ART), sehingga penyandang bisa hidup sehat dan mencegah penularan terhadap pasangan.
Baca Juga: Alasan Kenapa Vaksin Influenza Setahun Sekali, Cegah Infeksi Berat Virus Baru, Musiman dan Harian
Perawatan HIV harus dilakukan sesegera mungkin ketika pertama kali didiagnosis. Jika menunda-nunda pengobatan, maka human immunodeficiency virus yang ada di dalam tubuh akan terus merusak sistem kekebalan.
Sehingga membuat seseorang rentan terinfeksi AIDS. Pengobatan yang telat juga bisa meningkatkan risiko menularkan infeksi ini ke pasangan.
Baca Juga: 3 Penyakit Infeksi yang Ditandai dengan Munculnya Sakit Kepala
Obat HIV yakni ART, memang dapat menimbulkan efek samping pada beberapa orang, seperti mual dan muntah, diare, sulit tidur, mulut kering, sakit kepala, hingga nyeri.
Namun tidak perlu khawatir, karena efek samping tersebut hanya dialami oleh sejumlah orang saja. Jika mengalami efek samping, maka segera lakukan konsultasi dengan dokter agar diberikan resep untuk mengatasinya atau mengganti rencan penanganan HIV. (*)