GridHEALTH.id - Para ilmuwan telah mengidentifikasi antibodi manusia alami terhadap virus yang menyebabkan Sindrom Pernapasan Timur Tengah Virus Corona (Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus/MERS-CoV), sebuah langkah menuju pengembangan pengobatan untuk penyakit yang baru muncul dan seringkali fatal.
Para peneliti menemukan bahwa antibodi 'penetral' ini mencegah bagian penting dari virus, yang dikenal sebagai MERS CoV, menempel pada reseptor protein yang memungkinkan virus menginfeksi sel manusia.
Penelitian ini dipimpin oleh Wayne Marasco, MD, seorang ahli penyakit menular di Dana-Farber Cancer Institute, Boston Institute di Chicago.
Marasco dan rekan menemukan antibodi MERS menggunakan 'perpustakaan' dari sekitar 27 miliar antibodi manusia yang telah mereka buat dan pertahankan dalam freezer di Dana-Farber, ini adalah salah satu perpustakaan terbesar di dunia.
Antibodi adalah protein yang dibuat oleh sistem kekebalan yang mengenali virus dan bakteri asing.
Antibodi penetralisir adalah antibodi yang tidak hanya mengenali virus tertentu tetapi juga mencegahnya menginfeksi sel inang, sehingga akhirnya infeksi 'dibersihkan' dari individu.
Baca Juga: Mengobati MERS-CoV, Penyakit Infeksi Pernapasan Karena Virus Corona
Baca Juga: Healthy Move, 7 Tips Untuk Berjalan di Pantai Agar Manfaatnya Maksimal
Tim peneliti mengambil tujuh antibodi penetral spesifik MERS dari perpustakaan setelah menggunakan sampel virus untuk menyaringnya.
MERS-CoV pada permukaannya memiliki susunan protein berbentuk lonjakan yang mengikat sel inang secara khusus ke protein reseptor yang disebut DPP4 pada permukaan sel yang melapisi saluran udara manusia.
Antibodi penetral yang diidentifikasi dalam penelitian ini mencegah lonjakan virus mengikat reseptor DPP4.
Para peneliti memilih salah satu antibodi, berlabel 3B11, sebagai kandidat 'pemimpin' untuk penelitian lebih lanjut.
Marasco mengatakan antibodi telah diproduksi dalam jumlah yang cukup untuk memulai pengujian pada primata dan tikus non-manusia untuk menentukan apakah mereka melindungi dari virus.
Namun studi ini telah tertunda karena tidak ada model hewan yang baik untuk MERS yang telah dikembangkan, tambah Marasco.
Studi laboratorium telah dilaporkan dalam Prosiding National Academy of Sciences (PNAS).
MERS-CoV merupakan penyakit virus yang pertama kali dilaporkan di Arab Saudi pada tahun 2012.
Baca Juga: Risiko Kelahiran Prematur Lebih Banyak Pada Pasien Covid-19, Studi
Baca Juga: Warna Kuku Jari Ternyata Bisa Menjadi Penanda Diabetes, Seperti Apa?
Ini disebabkan oleh virus pernapasan, varian virus corona yang sebelumnya tidak terlihat. Ini sangat mirip dengan strain coronavirus yang ditemukan pada kelelawar dan tidak sama dengan virus SARS yang beredar pada tahun 2003. (*)