GridHEALTH.id - Ternyata tidak hanya DKI Jakarta yang mengalami kenaikan kasus Covid-19.
Walaupun tidak setinggi di Jakarta, Bandung mengami lonjalan kasus Covid-19 cukup drastis dan mengagetkan.
Apalagi transmisi Omicron di Bandung pun semakin merebak.
Sedihnya lagi saat kasus Covid-19 naik, kasus DBD di Bandung pun ikut naik.
Hal ini tentu menjadi perhatian penting pemerintah daerah.
Kasus Covid-19 Melonjak di Bandung
Untuk diketahui, hingga Selasa 25 Januari 2022, terdapat 183 kasus. Padahal sebelumnya sempat berada di angka 100 kasus.
Untuk varian Omicron, diketahui kini Bandung mendeteksi ada enam warga Kota Bandung terkonfirmasi positif Covid-19 varian Omicron.
Keenam orang tersebut tersebar di berbagai kecamatan di Kota Bandung.
Baca Juga: Hati-hati Cabut Uban Bisa Sebabkan Kebotakan, Lebih Baik Lakukan Ini
"1 di Kecamatan Regol, 1 di Kecamatan Buah Batu, 1 di Kecamatan Sukajadi dan 3 lainnya di Kecamatan Rancasari semua sudah ditangani sekarang sedang dilakukan tracing oleh dinas kesehatan," ujar Ketua Harian Gugus Tugas penanganan Covid-19 Kota Bandung, Asep Gufron, Jumat (21/1/2022).Asep menuturkan, dikutip dari RepJabar (21/1/2022), dari keenam warga yang terpapar Omicron satu orang di antaranya sudah dites PCR dan telah dinyatakan negatif Covid-19. Sedangkan lima orang lainnya menjalani perawatan. "Kita konsen terus fokus bagaimana menyikapi terhadap bagaiamana terjadinya kepada yang 6 orang itu sekarang sedang dilakukan tracing dan testing treatment," katanya.Asep melanjutkan, para warga yang terpapar varian Omicron terkena virus melalui transmisi lokal.
Terhadap enam kasus Omicron yang ditemukan di Bandung, sebanyak 80 orang menjalani pengetesan Covid-19 berbasis PCR usai diduga kontak erat dengan enam pasien yang positif Covid-19 varian Omicron di Kota Bandung.
Pengetesan tersebut dilaksanakan Dinas Kesehatan Kota Bandung bekerja sama dengan Laboratorium Kesehatan Daerah Jawa Barat.
80 Orang Kontak Erat Omicron Ditest
Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengatakan jumlah orang yang dites tersebut cukup banyak mengingat varian Omicron disebut lebih cepat menyebar ketimbang varian Delta. Meski dampak pada orang yang terpapar tidak akan terlalu parah.
"Pokoknya ini semua mereka yang sudah kontak erat dengan enam pasien tersebut (dites), tapi hasilnya belum keluar," ujarnya di Bandung, Senin (24/1).
Baca Juga: Bantuan Pendidikan Untuk Mempersiapkan SDM Unggul Untuk Indonesia
Lebih jauh Yana menuturkan, , dikutip dari CNNIndonesia (25/1/2022), kondisi enam pasien yang mendapat perawatan dan melakukan isolasi di gedung BPSDM Kota Cimahi saat ini sudah lebih baik. Mayoritas gejala yang terjadi pada pasien adalah batuk."Jadi, relatif memang tidak bergejala parah. Bahkan ada satu orang juga yang melakukan isolasi mandiri," ujarnya.Berdasarkan data yang dihimpun Pemkot Bandung, Yana mengatakan enam orang terkonfirmasi Covid-19 varian Omicron tersebut tidak melakukan perjalanan ke luar kota atau luar negeri.
Mereka juga tidak melakukan kontak dengan orang yang pulang dari luar negeri."Jadi, ini dari transmisi lokal," ucapnya.
Kasus DBD Melonjak di Bandung
Sementara itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mengungkapkan kasus demam berdarah dengue (DBD) belakangan sedang meningkat di wilayah Bandung.
Kepala Dinkes Kota Bandung Ahyani Raksanagara menuturkan, peningkatan kasu DBD sudah meningkat sejak awal musim hujan, pada bulan Agustus 2021.
Menurutnya, musim hujan memang menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus DBD di Bandung.
Baca Juga: Rambut Uban Muncul Prematur, Waspadai Gangguan Kesehatan Ini
Pasalnya, nyamuk pembawa penyakit DBD lebih cepat berkembang biak dengan banyaknya genangan air.
"Untuk Desember kasusnya ada 695, angkanya naik dari November sekitar 475 kasus. Tetapi kalau dibandingkan tahun lalu, masih sama sekitar itu," ucap Ahyani dihubungi, Rabu (26/1).
Ahyani mengatakan, melansir JPNN (26/1/2022), pihaknya sudah melakukan upaya pencegahan dalam meminimalisir penyebaran nyamuk Aedes Aegypti.
Salah satunya adalah dengan fogging di beberapa daerah yang masyarakatnya ada terjangkit penyakit tersebut.
Selain itu, pihaknya pun memiliki kader jumantik (juru pemantau jentik) di sejumlah kawasan.Mereka nantinya akan memberikan sosialisasi kepada warga untuk lebih siaga mengantisipasi penyebaran nyamuk selama musim hujan.
"Informasi diberikan agar masyarakat secara serentak bisa melakukan pembersihan supaya rumah mereka tidak kotor dan tidak ada genangan. air. Kalau ada penampungan air bisa diberi abate dan itu bisa minta ke Puskesmas," jelasnya.
Lebih lanjut, Ahyani mengajak masyarakat untuk melakukan pengecekan secara berkala agar tidak ada air yang menggenang baik itu di dalam atau sekitar rumah.
Pasalnya, nyamuk berkembang biak di banyak tempat dan jentiknya hidup menjadi nyamuk hanya dalam hitungan hari.
Baca Juga: Varian Omicron Ini Dianggap Versi Siluman, Sudah Muncul di 40 Negara
"Siklusnya ini tujuh hari sampai 11 hari jentik nyamuk itu bisa tumbuh menjadi dewasa. Makanya harus sering bersih-bersih," pesannya.(*)