Find Us On Social Media :

Perhimpunan Dokter Paru Ingatkan Puncak Omicron di Februari dan Maret, 7 Cara Bisa Menekannya

Kondisi RSDC Wisma atlet yang penuh oleh pasien, pada 2021. Dokter paru ingatkan Omicron puncaknya pada Februari Maret 2022.

GridHEALTH.id - Lonjakan kasus varian Omicron di Indonesia meningkat bahkan melonjak tajam.

Kondisi ini tentu mengkhawatirkan dan tidak bisa dibiarkan.

Mengenai hal ini, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyoroti lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia seiring dengan penyebaran virus Corona varian Omicron.

Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat PDPI, dr. Erlina Burhan mengatakan, para ahli memprediksi puncak kenaikan kasus Covid-19 Omicron di Indonesia akan terjadi pada pertengahan Februari hingga Maret 2022.

"Data juga menunjukkan bahwa lebih dari 20% kasus Covid-19 Omicron di Indonesia saat ini adalah kasus penularan lokal," kata Erlina dalam konferensi pers secara virtual, Senin (24/1/2022).

Erlina mengatakan, jika kasus Covid-19 dan Omicron terus meningkat, fasilitas kesehatan yang ada akan kewalahan menampung pasien.

Karena itu, ia berharap pemerintah dan masyarakat bekerja sama untuk melakukan upaya pencegahan penularan Covid-19 secara umum maupun Omicron di Indonesia.

Rekomendasi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

Nah, untuk menekan lonjakan kasus, sehingga tidak timbul ledakan Omicron juga gelombang 3 pandemi Covid-19 di Indonesia, PDPI menyarankan semua pihak mematuhi tujuh hal ini:

Baca Juga: 4 Tips Memakai Losion Untuk Mencegah Kulit Kering Diabetes, Jangan Salah

1. Masyarakat yang layak divaksin menjalani vaksinasi lengkap atau dua dosis di sentra pelayanan vaksinasi.

2. Seluruh masyarakat harus selalu menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, tidak bepergian jika tidak mendesak (termasuk ke luar negeri).

3. Semua masyarakat waspada dan mengetahui gejala Covid-19 akibat varian Omicron seperti, batuk kering, nyeri tenggorokan, tenggorokan gatal, merasa lelah, hidung tersumbat, demam, nyeri kepala, muntah, mual, diare, dan sesak napas.

4. Jika ada yang mengalami gejala seperti yang disebutkan segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan terdekat, melakukan isolasi mandiri di rumah.

Kemudian, memperketat dan tetap disiplin pada protokol kesehatan, mengonsumsi vitamin, mencukupi kebutuhan gizi, memperbanyak istirahat, dan tidak menunda-nunda untuk memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.

5. Setiap individu masyarakat diharapkan mampu menjadi agen edukasi tentang Covid-19 yang sebabkan virus Corona varian Omicron, gejala dan keluhan, cara pencegahan, dan tata cara isolasi mandiri.

6. Pemerintah agar memaksimalkan aktivitas 3T, segera mengejar target cakupan vaksinasi primer dan booster, serta memetakan dan mempersiapkan tempat-tempat isolasi terpusat.

7. Masyakat diharapkan tetap waspada, namun tidak panik terhadap Covid-19 akibat varian Omicron. Itulah gejala ciri khas Covid-19 Omicron di Indonesia serta rekomendasi dokter paru untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 Omicron di Indonesia.

Gejala Awal Infeksi Omicron

Penting diketahui, berdasarkan data laporan CDC dari 43 kasus infeksi Omicron di Amerika Serikat bulan Desember 2021, gejala Covid-19 Omicron yang paling sering dilaporkan adalah sebagai berikut:

* Batuk, 89%

Baca Juga: Kemenkes Keluarkan Sertifikat Vaksin Internasional, Begini Cara Aksesnya

* Fatigue (kelelahan), 65%

* Hidung tersumbat atau rinore, 59%

* Demam, 38%

* Mual atau muntah, 22%

* Sesak napas, 16%

* Diare, 11%

* Anosmia atau ageusia, 8%

Di Indonesia sendiri gejala Covid-19 Omicron membingungkan.

Sebab gejala awalnya terinfeksi Omicron mirip flu.

Baca Juga: 5 Penyebab Lidah Terasa Pahit dan Cara untuk Menghilangkannya

Tapi ini menurut ahlu paru sangat mungkin terjadi karena varian Omicron lebih menyerang bronkus daripada paru-paru.

Hal itu diungkapkan oleh Erlina, yang mengatakan sebuah studi dari HKUMed Hong Kong membandingkan nilai TCID50 di bronkus dan paru akibat infeksi varian Omicron, Delta, atau virus corona varian awal yang ditemukan pertama kali di Wuhan, China.

Untuk diketahui, TCID50 adalah media tissue culture infectious dose yang menandakan titer atau banyaknya virus di jaringan.

Hasil studi itu menunjukkan, untuk di bronkus, varian Omicron memiliki laju infeksi dan replikasi 70 kali lebih tinggi dari varian Delta dan varian awal.

Omicron Serang Tenggorokan

Akan tetapi di paru, laju infeksi dan replikasi varian Omicron 10 kali lebih rendah dari varian awal.

"Jadi lebih banyak bereplikasi dan berkembangbiaknya dia (Omicron) hingga keterlibatan peradangannya lebih banyak terjadi di bronkus untuk Omicron dibandingkan varian Delta atau varian dari Wuhan," kata Erlina.

Padahal, bronkus adalah cabang batang tenggorokan yang terletak setelah tenggorokan (trachea) sebelum paru-paru.

Bagian ini merupakan saluran udara yang memastikan udara masuk dengan baik dari trakea ke alveolus.

Baca Juga: Cara Mengatasi KIPI Usai Disuntik Vaksin Covid-19, Efek Samping Serius Ditanggung Pemerintah

Selain sebagai jalur masuk dan keluarnya udara, bronkus juga berfungsi untuk mencegah infeksi.

"Inilah kenapa gejala-gejala dari infeksi Omicron itu banyaknya adalah yang berurusan dengan saluran napas," tambah Erlina.

Dalam diskusi daring bertajuk "Super Immunity on Covid-19 : What and How?", Sabtu (22/1/2022), dr. Erlina menginformasikan jika gejala-gejala khas Covid-19 Omicron di Indonesia antara lain: Hidung tersumbat atau rinore Batuk Nyeri tenggorokan Tenggorokan gatal.

"Jadi gejala klinis yang khas dan terbanyak dari infeksi Omicron ini adalah hidung tersumbat atau rinore, dan gejala khas lainnya adalah batuk, nyeri tenggorok, terutama tenggorokan gatal," kata dia.(*)

Baca Juga: Tahu Kah, Seks Memberikan 11 Manfaat Kesehatan, Jika Belum Merasakannya Buktikan di Sini