GridHEALTH.id - Kasus Covid-19 di Indonesia terus mengelami penurunan.
Penurunan kasus konfirmasi harian selama seminggu terakhir sebesar 50,33% dibandingkan penurunan kasus harian minggu sebelumnya.
Penuruan kasus konfirmasi hari ini diikuti pula oleh penurunan keterisian rumah sakit (BOR) yang tercatat di angka 15% dibandingkan kemarin yang tercatat di angka 16%.
Untuk diketahui, hingga 18 Maret 2022 kasus konfirmasi harian kembali turun ke angka 9.528, lebih rendah dari hari sebelumnya (17/3) yang sempat di 11.532.
Padahal kita tahu kini sedang terjadi lonjakan kasus di beberapa negara di Eropa, yang disebabkan oleh distribusi sub-varian Omicron BA.2 yang kini menjadi varian mayoritas di beberapa negara.
Tapi sub-varian Omicron BA.2 yang sudah terdeteksi di Indonesia tidak membuat lonjakan kasus, karena sub-varian Omicron tersebut masih bisa dikendalikan hingga hari ini.
“Meski kita tengah dalam tren penurunan kasus dan indikator penanganan COVID-19 yang semakin membaik, perlu bagi kita untuk mempertahankan tren ini secara konsisten agar pandemi segera kita lalui. Kami imbau masyarakat untuk segera vaksinasi, baik vaksinasi primer maupun booster, untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus seperti yang saat ini terjadi di beberapa negara lain, seperti Jerman, Perancis, Inggris, Kanada,” kata dr. Siti Nadia Tarmizi M.Epid., Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes, dalam rilisnya.
Untuk vaksinasi, hingga saat ini tercatat vaksinasi dosis 1 telah diberikan kepada 194.493.617 (93,39%) penduduk.
Sementara vaksinasi dosis 2 telah diberikan kepada 153.560.859 (73,273%) penduduk.
Baca Juga: 4 Tips Aman Memilih Kosmetik untuk Kulit Sensitif, Hindari Wewangian
Sedangkan vaksinasi dosis 3 telah diberikan kepada 16.074.636 (7.72%) penduduk Indonesia.
Masyarakat Telah Memiliki Antibodi Kuat Terhadap Covid-19
Tidak terjadinya lonjakan kasus meski sub-varian Omicron BA.2 sudha terdeteksi di Indonesia, ini dikarenakan antibodi dari program vaksinasi dan beberapa kali lonjakan kasus yang terjadi telah membentuk antibodi yang kuat di masyarakat.
Hal itu terbukti dari hasil survei serologi antibodi penduduk Indonesia terhadap virus SARS-CoV-2, yang dilakukan Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Dalam Negeri dan Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI.
Hasilnya sebanyak 86,6% populasi Indonesia memiliki antibodi terhadap COVID-19.
Sero survey dilakukan pada November – Desember 2021. Artinya 86,6% penduduk Indonesia memiliki kekebalan terhadap COVID-19 itu pada bulan tersebut.
Namun seiring dengan masih dilakukannya vaksinasi COVID-19 maka jumlah penduduk yang memiliki kekebalan terhadap COVID-19 akan semakin bertambah.
Mengenai hal ini, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan hasil survei serologi akan menunjukkan berapa persen penduduk Indonesia yang sudah memiliki antibodi terhadap virus SARS-CoV- 2.
“Sero survei perlu dilakukan karena ini akan dipakai oleh pemerintah sebagai dasar dalam menentukan kebijakan yang berbasis bukti,” katanya dalam konferensi pers secara virtual terkait hasil sero survei, Jakarta, Jumat (18/3).
Baca Juga: Ini Porsi Ideal Sekali Makan Nasi yang Perlu Diketahui, Supaya Tidak Berdampak Buruk Bagi Tubuh
Dasar Mengendalikan Pandemi
Dasar dari penelitian ini adalah mengukur berapa banyak tingkat penduduk yang sudah mempunyai tingkat kekebalan terhadap SARS-CoV-2.
Tim Pandemi FKM UI yang juga melakukan sero survey Prof. Pandu Riono menjelaskan kekebalan imunitas seseorang menjadi dasar untuk mengendalikan pandemi.
Kekebalan tersebut didapat dari upaya yang sistematik melalui vaksinasi dan didapat secara alami setelah seseorang terinfeksi SARS-CoV-2.
“Sejak Desember 2021 tepat pada penelitian ini berakhir, kita tahu berapa banyak penduduk berdasarkan umur, berdasarkan jenis kelamin, berdasarkan wilayah, yang mempunyai tingkat imunitas terhadap SARS-CoV-2,” kata Prof. Pandu.
Selain mengetahui proporsi penduduk yang memiliki kekebalan imunitas terhadap SARS-CoV-2, sero survey dilakukan untuk mengetahui berapa besar kadar antibodi yang dimiliki penduduk di Indonesia.
Kadar antibodi itu, lanjut Prof. Pandu, menjadi penting dalam menghadapi pandemi COVID-19 dengan berbagai varian virus.
Jika kadar antibodi pada tubuh seseorang cukup tinggi maka bisa menekan risiko yang sangat buruk dari pandemi ini.
Adapun untuk pelaksanaan sero survey dilakukan berdasarkan wilayah aglomerasi sebanyak 9 provinsi 47 kabupaten/kota, dan wilayah non aglomerasi yang terdiri dari 25 provinsi 53 kabupaten/kota.
Baca Juga: Ketahui 7 Cara Mengatasi Pilek Secara Alami, Salah Satunya Minum Banyak Air Putih
Target sampel untuk wilayah aglomerasi ada 514 desa/kelurahan dengan target sampel 10.280 penduduk.
Namun yang terkumpul ada sekitar 92,8% atau 9.541 penduduk.
Kemudian di wilayah non aglomerasi ada 580 desa/kelurahan dengan total target sampel 11.600 penduduk, sementara yang terkumpul 93,6% atau 10.969 penduduk.
Penting diingat, menurut peneliti lainnya, Iwan Ariawan mengatakan meskipun memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2 bukan berarti mereka tidak bisa terinfeksi.
“Mereka masih mungkin terinfeksi tapi risiko terjadinya sakit parah kemudian meninggal akan jauh lebih berkurang,” ucapnya.(*)
Baca Juga: Pesan Jokowi Pada 80 Juta Calon Pemudik Lebaran 2022, Masyarakat Memiliki Imunitas Ganda