Find Us On Social Media :

Tidak Semua Orang Bisa Menjalani Operasi Penurunan Berat Badan, Ini Efek Sampingnya

Berat badan Arya Permana turun drastis setelah Operasi penurunan berat badan (Bariatrik).

GridHEALTH.id - Ada cara mudah dan cepat untuk menurunkan berat badan, yaitu dengan operasi.

Operasi ini dilakukan biasanya untuk mengatasi masalah obesitas pada pasien, yang sulit ditanggulangi dengan cara konvensional, semisal diet, olahraga.

Obesitas adalah akumulasi lemak tubuh yang berlebihan yang dapat memengaruhi kesehatan Anda.

Obesitas adalah penyakit kronis dan progresif yang dapat menyebabkan masalah kesehatan dan dapat mengurangi harapan hidup.

Obesitas adalah faktor risiko utama berkembangnya sindrom metabolik, yang berhubungan dengan peningkatan gula darah (diabetes), peningkatan tekanan darah (hipertensi), peningkatan kolesterol darah dan lipid (dislipidemia), yang dapat menyebabkan penyakit jantung dan stroke.

Tapi tidak semua orang bisa menjalani operasi penurunan berat badan.

Untuk menjalani ada syaratnya;

* Sudah dewasa yang memiliki kelebihan berat badan dengan BMI> 32,5 terutama jika memiliki kondisi medis terkait berat badan, seperti diabetes tipe 2.

* Mengerti risiko dan manfaatnya.

Baca Juga: Pentingnya Kuret Bagi Perempuan dan Perawatannya Pasca Tindakan

* Siap menyesuaikan pola makan setelah operasi.

* Bersedia berkomitmen melakukan perubahan gaya hidup untuk menjaga berat badan.

Dari segi usaia tidak ada patokannya, namun bagi remaja hanya yang berat badannya sangat berlebih atau memiliki kondisi medis parah terkait.

Penting juga diketahui, operasi penurunan berat badan tidak dianjurkan bagi penderita diabetes dengan IMT kurang dari 27 atau mereka yang tidak tergolong overweight.

Operasi penurunan berat badan telah dibuktikan oleh uji klinis dapat memperbaiki diabetes tipe 2, tetapi penelitian ini hanya dilakukan pada pasien diabetes yang juga mengalami obesitas.

Ada beberapa penelitian yang sedang berlangsung tentang kemanjuran operasi pada penderita diabetes dengan IMT rendah, yang akan dapat menjelaskan pengaruh operasi bariatrik pada pasien diabetes non-obesitas di masa mendatang.

Adapun operasi penurunan berat badan yang umum dilakukan di dunia secara medis adalah;

1. Ikat Lambung (Adjustable Gastric Band)

Dokter Spesialis Bedah Bariatrik meletakkan ikat kecil di sekeliling bagian atas lambung pasien.

Baca Juga: Healthy Move, Olahraga Terbaik Untuk Mereka yang Sering Migrain

Ikat ini memiliki balon kecil di dalamnya yang mengontrol seberapa ketat atau longgar ikatan.

Ikatan membatasi banyaknya makanan yang bisa masuk ke dalam lambung kiya.

Operasi ini dilakukan dengan menggunakan laparoskop.

2. Potong Lambung (Gastric Sleeve)

Operasi pengangkatan sebagian besar perut dan hanya menyisakan sedikit lambung bagian atas, yang disebut selongsong lambung.

Operasi juga dapat membatasi hormon ghrelin lapar, sehingga Anda makan lebih sedikit.

3. Bypass Lambung (Gastric Bypass)

Dokter Spesialis Bedah Bariatrik menyebutnya bypass lambung "Roun-en-Y' atau RYGB.

Pada tindakan ini dokter hanya menyisakan sebagian kecil lambung (disebut kantong).

Baca Juga: Waspadai Penyebab Puting Masuk Ke Dalam Ini, Bisa Jadi Pertanda Masalah Medis

Kantong itu tidak bisa menampung banyak makanan, jadi pasien akan makan lebih sedikit.

Makanan yang dimakan memintas lambung, langsung dari kantong menuju ke usus kecil.

Operasi ini sering dapat dilakukan melalui beberapa sayatan kecil menggunakan kamera untuk melihat bagian dalam (laparoskop).

Dokter juga dapat melakukan bypass lambung mini, yang merupakan prosedur serupa yang dilakukan melalui laparoskop.

Pasca Operasi Penurunan Berat BadanSetelah operasi penurunan berat badan, sebagian besar orang menurunkan berat badan selama 18-24 bulan.

Mereka harus kehilangan 50-60% kelebihan berat badan mereka (bukan berat badan total). Jika mereka memiliki kondisi medis terkait obesitas, mereka dapat meningkatkan atau bahkan sembuh dari beberapa kondisi, seperti penyakit gula (diabetes) dan tekanan darah tinggi (hipertensi).

Tapi ingat, tindakan medis operasi penurunan berat badan memiliki efek samping.

Baca Juga: Presiden Jokowi Kapan Indonesia Bisa Lepas Masker? Ini Penjelasannya

Efek samping yang paling umum termasuk kesulitan menelan, muntah, kembung, diare, berkeringat berlebihan, peningkatan gas dan pusing.

Komplikasi serius termasuk pendarahan, infeksi, kebocoran dari tempat jahitan dan pembekuan darah di kaki yang dapat berpindah ke jantung dan paru-paru. Kebanyakan orang tidak mengalaminya. Masalah jangka panjang setelah operasi penurunan berat badan tergantung pada jenis operasi yang dilakukan.

Salah satu masalah paling umum, terutama pada bypass lambung adalah "Dumping Syndrome", di mana makanan bergerak terlalu cepat melalui usus kecil.

Gejala dari efek samping ini, mual, lemas, berkeringat, pingsan, diare setelah makan dan tidak bisa makan yang manis tanpa merasa sangat lemah.

Ini dapat terjadi pada hingga 50% orang yang menjalani operasi penurunan berat badan.

Tetapi menghindari makanan kadar gula tinggi dan menggantinya dengan makanan berserat tinggi dapat membantu mencegahnya.

Batu empedu dapat terbentuk ketika kehilangan banyak berat badan dengan cepat.

Untuk mencegahnya, dokter mungkin menyarankan untuk mengkonsumsi garam empedu tambahan selama 6 bulan pertama setelah operasi.

Baca Juga: 5 Menu Sahur yang Bikin Kenyang Lebih Lama, Cocok Jadi Bekal Saat Mudik

Terpenting kita harus memastikan mendapatkan nutrisi yang cukup juga, terutama jika operasi membuat tubuh sulit menyerap nutrisi dari makanan.

Karena penurunan berat badan cepat dan defisiensi nutrisi dapat membahayakan perkembangan bayi, dokter sering memberikan saran kepada wanita usia subur yang bermaksud menjalani operasi penurunan berat badan untuk menghindari kehamilan sampai berat badan mereka stabil (sekitar 18 bulan). (*)

Baca Juga: Diare Saat Sahur Biasanya Dibarengi dengan Gejala Perut Kram, Mual, Nyeri