GridHEALTH.id - Transfusi darah bisa menjadi hal yang biasa jika seorang pasien memiliki kelainan darah yang disebut beta thalassemia.
Penyakit ini menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah yang dimiliki. Transfusi memberi sel darah merah yang sehat dari donor untuk menggantikan yang tidak dimiliki pasien tersebut.
Transfusi teratur dapat membantu mencegah komplikasi talasemia beta seperti tulang lemah, pembesaran limpa, pertumbuhan lambat dan masalah jantung.
Orangtua dari seorang anak dengan beta thalassemia, penting untuk menemukan dukungan untuk emosi yang mungkin dirasakan saat membantu anak mengelola penyakit tersebut.
Jangkau keluarga dan teman untuk mendapatkan dukungan yangkita butuhkan. Jika merasa stres atau cemas, tanyakan kepada dokter bagaimana menemukan profesional kesehatan mental yang dapat membantu.
Mengapa kebanyakan pasien talasemia membutuhkan transfusi darah, karena penyakit ini menurunkan hemoglobin, protein yang membantu sel darah merah membawa oksigen ke organ dan jaringan, dan menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.
Jenis beta thalassemia yang dimiliki pasien akan membantu dokter memutuskan apakah pasien memerlukan transfusi darah.
Jika memiliki bentuk paling ringan, beta thalassemia minor, kita mungkin tidak memerlukan transfusi atau perawatan lain.
Untuk jenis yang disebut beta thalassemia intermedia, kita mungkin memerlukan transfusi pada waktu-waktu tertentu, seperti saat sakit atau sebelum menjalani operasi.
Baca Juga: Mengenal Thalassemia Penyakit Kelainan Darah Bawaan yang Diselematkan Oleh Pasien Covid-19
Baca Juga: 6 Manfaat Melakukan Pemeriksaan Medical Check Up Secara Rutin
Jika memiliki bentuk yang paling parah, beta thalassemia mayor, kita memerlukan transfusi secara teratur.
Dokter akan memutuskan apakah pasien akan memulai transfusi darah berdasarkan gejala dan kadar hemoglobin.
Kita akan sering mendapatkan transfusi ketika kadar hemoglobin darah turun di bawah 7 gram per desiliter (g/dL).
Bayi kemungkinan akan membutuhkan transfusi rutin jika hemoglobinnya rendah dan sangat lelah, tidak tidur nyenyak, atau berkembang lebih lambat dari biasanya.
Bahkan jika anak memiliki kadar hemoglobin yang lebih tinggi, mereka mungkin memerlukan transfusi jika memiliki gejala seperti limpa yang membesar, kelelahan dan kesulitan bernapas karena anemi, patah tulang, pertumbuhan tulang di wajah atau area lain dan pertumbuhan melambat.
Darah yang didapatkan dari transfusi harus cocok atau bisa bereaksi berbahaya. Darah datang dalam beberapa jenis: A, B, AB, atau O, yang positif atau negatif. Golongan darah mendapatkan namanya berdasarkan protein yang ada di permukaan sel darah.
Jika mendapatkan jenis darah yang salah, sistem kekebalan yang merupakan pertahanan terhadap kuman,dapat melihatnya sebagai berbahaya dan menyerangnya.
Beberapa reaksi kekebalan bisa serius. Itu sebabnya sebelum transfusi terjadi, tim medis akan mencocokkan darah donor dengan darah pasien dengan golongan darah yang tepat.
Tes lain memeriksa darah untuk antibodi lain yang dapat membuat sistem kekebalan bereaksi terhadap darah yang disumbangkan.
Baca Juga: Diet Telur Rebus Berat Badan Berkurang Cepat, Waspadai 3 Risiko Ini
Baca Juga: Sama-sama Bikin Gatal di Rambut, Ini Cara Membedakan Ketombe dan Kutu
Tim medis akan dengan hati-hati mencocokkan pasien dengan darah donor berdasarkan antibodi ini.
Apa yang terjadi selama tranfusi? Pedonor dan pasien akan mendapatkan transfusi darah setiap 2 hingga 4 minggu sekali. Pasien akan mengunjungi rumah sakit atau kantor dokter untuk transfusi.
Seorang dokter atau perawat akan memasukkan infus ke pembuluh darah di lengan dengan jarum. Mereka akan mengawasi detak jantung, tekanan darah, dan tanda-tanda vital lainnya selama transfusi.
Mereka juga akan memeriksa untuk memastikan tidak ada reaksi negatif saat terjadi transfusi. Seluruh transfusi memakan waktu antara 1 dan 4 jam. (*)