Find Us On Social Media :

Penjelasan Pemerintah dan Ahli Mengenai BPA yang Dinilai Sebabkan Infertilitas

Benarkah BPA sebabkan infertilitas? Berikut keterangan dari pemerintah dan pakar.

Baca Juga: Waspada, Menkes Sudah Sebut ada 15 Kasus Hepatitis Akut Ditemukan di Indonesia

Zat ini faktanya terdapat pada kacang-kacangan seperti kacang kedelai. Masyarakat Indonesia cukup akrab dengan kacang kedelai yang menjadi bahan pembuatan tahu dan tempe.“Jadi harus bisa membedakan, jangan-jangan infertilitas bukan karena air mineral, tapi karena konsumsi makanan yang mengandung phytoestrogen,” ucap dokter ahli kebidanan dan kandungan ini.Ketiga, Hasto melanjutkan, pada sebagian kelompok manusia mengidap kelainan yang disebut polikistik over.

“Ciri khasnya itu yang rambutnya gede, kulitnya kasar, banyak jerawat. Kemudian ada juga perempuan yang obese atau kegemukan. Ternyata, ditemukan bahwa kadar BPA pada golongan tersebut lebih tinggi dibanding orang normal,” paparnya.

Jadi penelitian terhadap dampak BPA pada infertilitas masih belum memenuhi kaidah ilmiah. Dalam ilmu kedokteran, ucap Hasto, terbagi menjadi lima level.Pada level 1 atau yang tertinggi berarti telah diakui oleh seluruh ilmuwan karena memang terbukti. Inilah yang disebut kaidah ilmiah. Untuk level ini sah saja menjadi rekomendasi kesehatan, contohnya tentang dampak merokok pada kesehatan.

Seluruh penelitian di mana pun akan menemukan hasil yang sama. Sementara di level terbawah, level 5, merupakan perkataan para ahli. Misalnya dokter Hasto sudah diakui sebagai ahli kandungan, kebidanan, dan ahli bayi tabung, maka pendapatnya akan diakui oleh grupnya, sesama ahli.“Nah, masalah BPA itu masuk ke level 5 saja belum, masih jauh. Kalau di mata ilmuwan, artinya tidak bisa memberikan rekomendasi untuk melarang atau menganjurkan,” ucap alumni Universitas Gajah Mada tersebut.

Baca Juga: Cuaca Panas Membawa Dampak Kesehatan, Bisa Menyebabkan Gangguan Mental

“Jadi level tadi itu kalau di Islam bisa diibaratkan dengan hadis. Ada hadis yang sahih itu di level 1, ada pula hadis yang lemah.”

Isu BPA lainnya pun diluruskan oleh Hasto, yaitu BPA memicu kenaikan gula darah.

Jika terbukti memicu kenaikan gula darah maka dapat menyebabkan infertilitas. “Tapi tidak terbukti. Jadi, orang yang terpapar BPA tidak ada hubungannya dengan infertilitas karena berbagai faktor tadi,” kata Hasto.

Hal senada siutarakan oleh Dokter Anak, Tubagus Rachmat Sentika Hasan. Menurutnya, selama bertahun-tahun praktik belum pernah menemui kasus anak yang keracunan BPA dari botol minuman atau sumber makanan.

“Sampai hari ini saya belum dapat pasien yang disebabkan oleh efek Bisphenol yang tinggi,” ujarnya.Justru yang kerap dijumpai karena keracunan dari oli, bensin, atau minyak pelumas lainnya. Keracunan pada anak kerap terjadi lantaran orang tua lalai menaruh barang-barang berbahaya di rumah.Sementara mengenai kandungan BPA pada AMDK, dokter Rachmat menyatakan kalau masih di bawah ambang batas dan para ahli kesehatan telah menyebutkan masih aman maka bisa diikuti.

“Apalagi BPOM sudah me-launching kalau masih di bawah 0,1 ya bagus dong. Berarti yang diperiksa pada air mineral itu tidak jadi masalah,” ucapnya.

Hasto pun mengimbau media menjalankan peran untuk memberi informasi sekaligus edukasi sehingga masyarakat dapat menilai sebuah sumber berita berasal dari hasil keilmuwan yang dapat dipertanggungjawabkan atau tidak.

“Isu publik itu banyak sekali yang jadi isu populer tapi tidak ada dasar yang kuat. Media harus selektif,” ujarnya.(*)

Baca Juga: 4 Olahraga Ringan Bisa Kecilkan Perut dan 3 Penyebab Tetap Saja Buncit