GridHEALTH.id - Banyak orang yang beranggap anatara henti jantung dan serangan jantung itu kondisi medis yang sama.
Memang henti jantung dan serangan jantung adalah penyakit yang sama-sama mematikan.
Juga serangan jantung dan henti jantung adalah kondisi serius pada jantung yang tidak boleh diabaikan.
Tapi serangan jantung dan henti jantung adalah kondisi medis yang berbeda, mulai dari pengertian, gejala, hingga cara penanganannya.
Untuk dicamkan, henti jantung maupun serangan jantung keduanya merupakan masalah yang berbeda.
* Apa itu serangan jantung?
Serangan jantung (heart attack) adalah masalah sirkulasi pada jantung yang terjadi karena arteri tersumbat sehingga aliran darah ke bagian otot jantung menjadi terganggu.
Apabila arteri yang tersumbat ini tidak segera dibuka kembali, maka sel-sel dan otot jantung yang seharusnya mendapatkan suplai oksigen dan darah oleh arteri itu akan mulai mati.
Penderita serangan jantung mungkin akan mengalami gejala secara perlahan dan bertahan selama berjam-jam, berhari-hari, atau bahkan berminggu-minggu sebelum serangan jantung terjadi.
Baca Juga: Pengobatan pada Pasien Hepatitis Akut, Kasusnya Sudah Merambah 5 Provinsi
Meskipun terus berdetak, tetapi jantung tidak menerima semua darah dan oksigen yang dibutuhkan karena adanya sumbatan ini.
Jika ini dibiarkan tanpa melakukan pengobatan, maka kerusakan pada jantung akan semakin besar.
* Apa itu henti jantung?
Pada henti jantung (cardiac arrest), jantung berhenti berdetak dan perlu dihidupkan kembali.
Hal ini terjadi karena adanya masalah pada sistem kelistrikan jantung yang dipicu oleh gangguan irama jantung (aritmia).
Tak hanya detak jantung saja yang terhenti, tetapi organ lain seperti otak dan paru-paru juga ikut terhenti karena organ-organ ini tidak memperoleh pasokan darah dan oksigen yang dibutuhkan.
Pada sebagian kasus, henti jantung adalah kondisi yang bersifat sementara selama keadaan darurat medis.
Banyak pasien yang mengalami gejala peringatan sampai sebulan sebelumnya terlebih dahulu meski ia tidak mengalami penyakit jantung.
Tetapi, henti jantung dapat menyebabkan kematian dalam beberapa menit apabila pasien tidak segera ditangani.
Baca Juga: 6 Tanda Tubuh Kekurangan Asupan Lemak dan Dampaknya Bagi Kesehatan
Gejala serangan jantung dan henti jantung
* Serangan jantung
Ketika serangan jantung terjadi, jantung terus berdetak, tetapi penderitanya tetap terjaga.
Serangan jantung memiliki ciri yang khas yaitu nyeri dada yang terjadi di atas 70% kasus.
Gejala serangan jantung paling umum biasa dikenal dengan sebutan ‘angin duduk’.
Berikut ini beberapa gejala serangan jantung:
1. Nyeri dada yang ditandai rasa tidak nyaman di bagian tengah dada atau bagian lain dari tubuh bagian atas
2. Sesak napas atau napas terasa pendek sehingga terengah-engah
3. Berkeringat dingin yang tidak biasa
Baca Juga: Pelajar DKI Jakarta Siap-siap Sekolah Online Kembali, Sudah 21 Kasus Hepatitis Akut Misterius
4. Mual.
5. Nyeri yang menjalar di sekitar bahu, rahang, lengan, dan punggung
6. Pusing
7. Pingsan
* Henti jantung
Karena henti jantung adalah masalah listrik yang menyebabkan jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba dan tidak terduga, maka penderitanya akan mengalami:
1. Jatuh mendadak atau pingsan secara tiba-tiba
2. Tidak ada napas
3. Tidak ada denyut nadi
Baca Juga: Korea Utara Laporkan Kasus Covid-19 Pertama, Varian Omicron Jadi Pemicunya
Gejala lainnya, yaitu pernapasan agonal ketika jantung berhenti sampai 40 persen.
Penderitanya akan mengalami kesulitan bernapas dengan suara seperti terengah-engah atau tersedak.
Penyebab henti jantung dan serangan jantung
Menurut dr. R. Rukma Juslim, Sp.JP(K) FIHA, dilansir dari laman mitrakeluarga.com (5/05/2022), adalah sebagai berikut:
* Serangan jantung
Serangan jantung adalah proses penyempitan di pembuluh darah (aterosklerosis) yang dipicu oleh plak dari kolesterol dan kalsium.
Serangan jantung memiliki keterkaitan dengan penyakit arteri koroner. Jadi sangat disarankan untuk menghindari pemicunya.
Adapun faktor penyebab serangan jantung antara lain:
1. Obesitas
Baca Juga: Healthy Move, Tak Perlu Lompat, Latihan Kardio Ini Bisa Tetap Membakar Kalori
2. Merokok
3. Diabetes
4. Hipertensi
5. Kolesterol tinggi
6. Riwayat keluarga
* Henti jantung
Faktor risiko henti jantung diantaranya:
1. Orang yang mengalami serangan jantung berisiko mengalami henti jantung.
2. Memiliki penyakit jantung bawaan.
Baca Juga: Setelah Jalani Cuci Otak Terawan, Tukul Arwana Bakal Disuntik Vaksin Nusantara
3. Mengalami trauma seperti kecelakaan, tersetrum, aktivitas fisik berlebihan, overdosis akibat obat-obatan, hingga, tenggelam.
Penanganan henti jantung dan serangan jantung
Henti jantung dan serangan jantung merupakan masalah pada jantung yang memerlukan penanganan segera.
Tetapi penanganan keduanya berbeda. Jika terjadi henti jantung, lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Namun, serangan jantung memerlukan kateterisasi atau operasi bypass koroner untuk mengatasi penyumbatan dan memulihkan aliran darah.
Kemudian, dokter juga mungkin akan memberikan obat seperti aspirin, pengencer darah, hingga beta-blocker.
Mengenai henti jantung dan serangan jantung, walau berbeda keduanya saling terkait.
Henti jantung dapat terjadi setelah serangan jantung, atau selama pemulihan. Ini berarti, serangan jantung meningkatkan risiko henti jantung.
Namun, sebagian besar serangan jantung tidak menyebabkan henti jantung. Tetapi ketika henti jantung tiba-tiba terjadi, serangan jantung adalah penyebab umum.
Kondisi jantung lainnya juga dapat mengganggu ritme jantung dan menyebabkan serangan jantung mendadak, termasuk otot jantung yang menebal (kardiomiopati), gagal jantung, aritmia, terutama fibrilasi ventrikel.
Segera hubungi layanan gawat darurat saat terkena henti jantung atau serangan jantung
Sambil menunggu layanan medis datang, lakukan CPR pada pasien henti jantung.(*)
Baca Juga: Pengakuan Bill Gates Saat Positif Covid-19: 'Beruntung Sudah Vaksin Booster'