Find Us On Social Media :

Diduga Malpraktik Oleh Keluarga Pasien, Direktur RSUD Layangkan Surat, Dibalas Oleh Dokter yang Bersangkutan Jauh Lebih Panjang

RSUD Bajawa

GridHEALTH.id - Seorang dokter dari RSUD Bajawa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, diduga melakukan mal praktek.

Hal ini diketahui dari keluhan keluarag pasien yang disampaikan ke pihak RSUD Bajawa.

Kronologis permasalahannya, pada 11 April 2022 lalu, pasien atas nama Yeremias Fongo menjalani operasi usus buntu yang dipimpin oleh dr. M.E Shanti Fernandez, Spl di RSUD Bajawa. Naasnya.

Setelah operasi selesai, didapati luka robek dan luka berbentuk lubang pada betis pasien.

Menurut pengakuan Jhoni, adik kandung Yeremias Fongo, awalnya kakaknya didiagnosa dokter mengalami usus buntu sehingga harus dioperasi.“Tapi yang sangat kami sayangkan adalah tindakan dokter (Shanti) dan tim dalam melakukan operasi telah terjadi insiden yang fatal sehingga membahayakan dan mencelakakan pasien"

"Dokter melakukan insiden yang mengakibatkan kaki saudara saya cedera sehingga mengalami luka dengan jahitan 6 kali dan 3 (luka) bolong yang mengerikan. Sulit dibayangkan bagaimana mungkin sakit usus buntu tetapi mencelakakan pada kaki pasien."

"Bisa kami katakan bahwa ini adalah kelalaian dan malapraktik yang dilakukan dokter entah dengan sengaja atau tidak sengaja sehingga mengakibatkan kecelakaan bagi saudara saya."

"Apalagi kondisi pasien dalam keadaan kehilangan kesadaran karena tengah dibius sehingga pasien sendiripun tidak tahu mengenai apa yang terjadi pada dirinya”, beber Jhoni via WhasApp kepada pihak RSUD Bajawa, dilansir dari Sergap.id (12/05/2022).

Baca Juga: Kanker Tulang Bisa Disembuhkan, Ini 3 Metode yang Bisa Digunakan

Menurut dia, kakaknya mendapatkan pelayanan dan perlakuan yang kurang ramah dari dr Shanti.“Saya berterima kasih kepada dokter (Shanti) yang telah menyampaikan permohonan maaf kepada isteri dari saudara saya. Tapi ada hal yang lain yang sangat disayangkan. Kami menyayangkan arogansi sikap dokter ketika ponakan dan saudara saya Eusabius menghadapi dokter untuk meminta konfirmasi lanjutan."

"Kami sebagai keluarga merasa berhak untuk memperoleh informasi yang sejelas-jelasnya dan sejujur-jujurnya mengenai kejadian yang telah menimpa saudara saya. Sikap dokter yang arogan dan seolah-olah tidak mau disalahkan, maka dengan ini saya mengecam dan kecewa."

"Kami anggap permohonan maaf dokter beberapa waktu lalu adalah permohonan maaf yang tidak ikhlas dan tulus dan hanya sekedar formalitas tanpa ada pertanggung jawaban yang baik secara moral kepada keluarga pasien yang merasa dirugikan,” bebernya.“Apakah dokter bersedia bertanggung jawab jika saudara saya tidak bisa berjalan normal lagi akibat cedera di pergelangan kakinya? Apakah dokter bersedia bertanggung jawab apabila pasien dikemudian hari lukanya mengalami infeksi akibat kelalaian dokter?” tanyanya.