Find Us On Social Media :

Korelasi Varian Omicron dan Hepatitis Akut Pada Anak Diungkap Peneliti Jepang, Ini Temuannya

Penelitian ungkap korelasi virus Covid-19 varian Omicron dengan hepatitis akut pada anak.

GridHEALTH.id - Penyakit hepatitis akut misterius pada anak yang belakangan sedang mewabah diduga memiliki keterkaitan dengan infeksi Covid-19 varian Omicron.

Demikian yang diungkap studi terbaru yang dipresentasikan dalam pertemuan panel Kementerian Kesehatan Jepang pada Rabu lalu.

Kepada dewan penasihat kementerian tersebut, Profesor Hiroshi Nishiura dari Universitas Kyoto mengatakan bahwa negara-negara dengan temuan sejumlah besar infeksi Omicron seperti Inggris dan Amerika Serikat (AS) juga telah melaporkan jumlah kasus hepatitis akut pada anak yang relatif menunjukkan angka lebih tinggi.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 348 kemungkinan kasus hepatitis akut pada anak yang tidak dapat diketahui penyebabnya telah dikonfirmasi di seluruh dunia, dengan hanya 6 negara yang melaporkan lebih dari 5 kasus.

Dilansir dari japantimes.co.jp (12/5/2022), Kementerian Kesehatan Jepang sejauh ini telah mengidentifikasi 7 kasus domestik.

Sedangkan menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, saat ini AS sedang menyelidiki 109 kasus hepatitis anak yang tidak diketahui penyebabnya.

Adenovirus, virus umum yang dapat menyebabkan berbagai penyakit termasuk gastroenteritis atau flu perut, diduga sebagai kemungkinan penyebab hepatitis akut pada anak ini.

Di Inggris, yang sejauh ini telah melaporkan 163 kasus, 126 diantaranya telah diuji untuk adenovirus.

Diantara mereka, adenovirus terdeteksi pada 72 % atau 91 kasus.

Baca Juga: Tak Hanya Vaksinasi Covid-19, Vaksinasi Bayi, Balita, dan Anak Masuk PeduliLindungi

Menurut Badan Keamanan Kesehatan Inggris, lebih dari 75 % kasus merupakan anak-anak berusia 5 tahun atau lebih muda.

Gejala pasien sesuai dengan definisi kerja WHO tentang 'kemungkinan kasus' hepatitis akut dan parah.

Karena gejala yang dilaporkan termasuk diantaranya sakit perut, diare, muntah, penyakit kuning dan peningkatan kadar enzim hati.

Kemungkinan kasus tersebut didefinisikan sebagai pasien rawat inap yang mengalami lonjakan kadar enzim hati, namun virus hepatitis A, B, C, D dan E semuanya telah disingkirkan sebagai penyebabnya.

Prof Nishiura mengatakan bahwa karena balita dan bayi saat ini belum memenuhi syarat untuk mendapatkan suntikan vaksin Covid-19, maka mereka mungkin berada pada peningkatan risiko hepatitis akut setelah mengalami infeksi adenovirus.

Ini jika mereka berada di negara-negara di mana infeksi Covid-19 skala besar terjadi.

"Penelitian lebih lanjut pun diperlukan untuk membangun hubungan sebab akibat antara infeksi Omicron dan hepatitis anak," ujarnya dalam presentasi yang disampaikan.

Hal ini mengacu pada keterbatasan penelitiannya, seperti data infeksi Omicron yang mencakup semua usia, dan bukan hanya pada kelompok anak-anak saja.

"Kita tidak dapat memungkiri kemungkinan bahwa infeksi Omicron ada kaitannya dengan terjadinya hepatitis berat pada anak-anak," papar Prof Nishiura.

Baca Juga: Satu Pasien Covid-19 Meninggal di Korut, 187 Ribu Warga Diisolasi

Karena itu, untuk mencegah hepatitis akut pada anak, kata dia, pemerintah harus fokus pada mitigasi penyebaran varian Omicron.

Dalam penelitian yang akan segera diterbitkan pada jurnal akademik, tim Prof Nishiura tidak hanya melihat hubungan antara jumlah kumulatif kasus Omicron di 38 negara OECD dan Rumania antara 1 Desember 2021 hingga 27 April 2022 saja.

Namun juga jumlah kemungkinan kasus anak yang dilaporkan menderita hepatitis akut seperti yang didefinisikan oleh WHO hingga 27 April lalu di 12 negara yang telah melaporkan kasus.

Sebelumnya pada 5 April lalu, WHO menerima laporan pertama dari 10 kasus hepatitis akut yang menyerang anak di bawah usia 10 tahun di Skotlandia.

"Saat ini, hipotesis utama tetap mengacu pada keterlibatan adenovirus, dengan masih mempertimbangkan tentang peran penting Covid juga, baik sebagai koinfeksi maupun infeksi masa lalu," kata Ilmuwan untuk program hepatitis global WHO, Philippa Easterbrook dalam konferensi pers pada Selasa lalu.(*)

Baca Juga: Hepatitis Akut Misterius Berpotensi Jadi Pandemi? Ini Jawaban Ahli