Find Us On Social Media :

Dr Tifa: 'Hepatitis Akut Kejahatan yang Disembunyikan', Hubungan Hepatitis Akut dengan Vaksin Covid-19

dr Tifauzia Tyassuma bersuara perihal penyakit hepatitis akut yang tengah banyak menyerang anak-anak.

GridHEALTH.id - Nama dr Tifauzia Tyassuma yang dikenal sebagai ahli epidemiologi klinis dan aktivis sosial kembali mendapat sorotan.

Hal ini terjadi setelah wanita yang akrab disapa dr Tifa itu mengutarakan pendapatnya mengenai penyakit hepatitis akut misterius.

Dalam cuitan di akun Twitter-nya (15/5/2022), ia mengaku gusar akan informasi yang beredar mengenai penyakit tersebut. 

Dr Tifa mengatakan kasus hepatitis akut yang ramai diperbincangkan belakangan ini merupakan kejahatan yang disembunyikan.

Sebab penyakit hepatitis akut tersebut sebenarnya telah ditemukan sejak 2021 dan tidak tepat jika disebut misterius.

"Sebuah kejahatan yang disembunyikan, karena kasus ini dilaporkan pada Oktober 2021, sebagai Autoimmune Hepatitis atau ADE," ungkap dr Tifa.

"Allah membukanya dengan kasus pada anak-anak. Pak Dokter, jadilah pahlawan bagi umat manusia!" lanjutnya.

Lebih lanjut, dokter Tifa juga mengatakan bahwa riset yang mengungkap hubungan antara Hepatitis Akut dengan Vaksin Covid-19 kini hilang di internet secara misterius.

"Semua Riset terpublikasi yg menunjukkan hubungan antara Hepatitis akut dg Vaksin lgs hilang dr internet," tulisnya.

Baca Juga: Ada 4 Wabah Penyakit Selain Covid-19 yang Dituding Konspirasi, Padahal Nyata Adanya

Menurutnya hanya tersisa satu riset yang mengungkap hubungan hepatitis akut dengan vaksin Covid-19.

"Hanya ini yang tersisa," tulis dr Tifa mengutip cuitan sebuah riset.

Setelah ditelisik lebih lanjut, ini ternyata ternyata sebuah laporan pada Journal Hepatology yang terbit pada 21 April 2022 lalu.

Laporan tersebut diberi judul "Vaksinasi SARS-CoV-2 dapat menimbulkan Hepatitis dominan sel T CD8,".

Ini merupakan merupakan analisa yang diterbitkan oleh peneliti Jerman awal 2022 lalu, meneliti seorang laki-laki berusia 52 tahun, dengan gejala hepatitis akut bimodal, yang terjadi 2-3 minggu setelah vaksinasi mRNA BNT162b2 (Pfizer) dan berusaha mengidentifikasi korelasi imun yang mendasarinya.

Hasilnya laporan itu menyimpulkan Vaksinasi Covid-19 dapat menimbulkan hepatitis yang dimediasi imun dominan sel T yang berbeda dengan patomekanisme unik yang terkait dengan vaksinasi yang menginduksi imunitas residen jaringan spesifik antigen yang memerlukan imunosupresi sistemik.

Disisi lain, laporan tersebut juga ternyata mendapat kritikan dari banyak ahli kesehatan.

Salah satunya datang dari Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19 RS UNS Surakarta, dr Tonang Dwi Ardyanto.

Menurutnya jurnal tersebut tidak secara spesifik membahas mengenai kasus hepatitis akut pada anak yang ditetapkan sebagai KLB oleh WHO.

Baca Juga: Inikah Hepatitis Autoimune yang Dimaksud Dokter Tifa? Peningkatan CD8 Akibat Vaksin Covid-19?

Tonang menjelaskan, laporan jurnal itu membahas tentang suatu kondisi hepatitis yang dikaitkan dengan autoimun hepatitis setelah pemberian vaksinasi.

"Yang sedang jadi ramai itu diduga kuat karena virus. Sedangkan yang dalam laporan yang fotonya terlampir itu diduga karena autoimun," ujarnya dilansir dari Kompas.com (9/5/2022).

Vaksinasi memang salah satunya bertujuan membentuk sel T yang spesifik untuk virus Covid-19.

Tonang mengibaratkan, sel T sebagai tentara untuk sistem imun yang bertugas mengenali, menangkap, dan menghancurkan "musuh" yang masuk ke dalam tubuh.

Kasus seperti yang terjadi pada jurnal, perlu ditelusuri riwayat autoimun pada pasien.

Tercatat sejak 2020, telah dilaporkan adanya kemipiran antara susunan protein pada bagian S (Spike) dari virus covid dengan suatu susunan protein pada orang-orang tertentu.

Ini sering disebut Molecular Mimicry.

Akibat adanya susunan protein mirip tersebut, seseorang bisa mengalami autoimun pada kasus tertentu. Kendati demikian, Tonang menyatakan, kejadian ini sangat jarang.

"Karena dalam tubuh orang-orang tertentu itu ada protein yang mirip bagian S nya virus Covid, maka antibodi S-RBD itu bereaksi terhadap protein orang itu sendiri," terang Tonang.

Baca Juga: Luar Biasa, Ditemukan Hampir 2000 Bahan Kimia Pada Vape dan Pod!

Maka, apabila ditemukan kasus seperti pada jurnal tersebut, maka yang perlu dipertimbangkan, yakni:

1. Riwayat autoimun pasien dan keluarganya. Skrinning riwayat penyakit autoimun ini berlaku tidak hanya untuk vaksin Covid-19 tetapi juga vaksin lainnya.

2. Kewajaran tubuh saat bereaksi setelah vaksinasi, termasuk hati atau liver karena organ ini berfungsi mendeteksi masuknya zat asing.

"Liver akan merespon, angka-angka lab untuk liver bisa meningkat. Contohnya SGOT dan SGPT," ucap Tonang.

Ia mengatakan, selama peningkatannya ringan, maka kondisi tersebut masih wajar. Biasanya hal ini diikuti sedikit demam yang segera pulih.

Namun, bila demam signifikan, tidak segera pulih, maka jika dites lab, bisa saja parameter liver akan meningkat lebih signifikan.

"Jadi jangan gegabah segera tes setelah divaksinasi, kemudian meyakini sudah terkena hepatitis," tutur Tonang.

"Vaksin itu banyak gunanya. Jauh lebih banyak daripada risikonya. Dalam jurnal yang disebut-sebut sebagai bukti efek vaksin terhadap hepatitis itu pun ada dinyatakan demikian," kata dia.(*)

Baca Juga: Wajib Tahu, Ini Beda Jaundice dan Hepatitis Akut Misterius Pada Anak