Find Us On Social Media :

Kanker Serviks Bisa Dicegah Cara Deteksinya ada 3 Metode, Tapi Penyintasnya Terbanyak ke 2 Setelah Kanker Payudara

Rata-rata kanker serviks terlambat terdeteksi.

Metode skrining tersebut yakni pap smear, IVA, hingga tes DNA-HPV.

Deteksi dini kanker serviks yang pertama adalah pap smear, sudah sejak dulu tapi ternyata kanker serviks di Indonesia tidak turun. Kedua IVA, baru dicanangkan empat tahun yang lalu. Ketiga tes DNA-HPV, tes yang paling sensitif mendeteksi infeksi HPV,” kata dokter Andrijono.

Lebih lanjut, berdasarkan hasil riset HOGI bersama litbangkes, angka perempuan Indonesia yang sudah melakukan skrining kanker serviks masih kecil, di bawah 20 persen.

“Pernah IVA 3,5 persen, yang pernah pap smear 7,7 persen, jadi kira-kira baru 11 persen yang skrining. Sedangkan untuk menurunkan kanker serviks itu, diperlukan cakupan skrinining 70-80 persen,” jelas dokter Andrijono.

Terdapat beragam alasan mengapa masih banyak perempuan yang enggan melakukan pemeriksaan, misalnya saja karena merasa belum perlu, takut, hingga malu.

Agar hasilnya akurat, diusulkan deteksi dini kanker serviks dengan menggabung metode IVA dan tes DNA-HPV.

“DNA-HPV mendeteksi adanya HPV, karena tidak ada lesi pra-kanker atau kanker tanpa HPV. Sedangkan IVA, digunakan untuk melihat letak lesi. Sehingga bisa melakukan terapi dengan tepat,” jelasnya.

Baca Juga: Mengapa Pra-Remaja Penting Mendapatkan Vaksin HPV? Ini Alasannya

Vaksin HPV

Berbeda dengan jenis kanker yang lain, kanker serviks sudah diketahui penyebabnya, sehingga bisa dicegah sebelum terjadi infeksi.

Selain dengan skrining, pencegahan terjadinya kanker serviks juga bisa dilakukan melalui vaksinasi.

Diketahui, kurang dari 50 persen perempuan di Indonesia menikah saat usianya masih di bawah 19 tahun. Ini secara tidak langsung meningkatkan risiko infeksi HPV.