Find Us On Social Media :

Kanker Serviks Bisa Dicegah Cara Deteksinya ada 3 Metode, Tapi Penyintasnya Terbanyak ke 2 Setelah Kanker Payudara

Rata-rata kanker serviks terlambat terdeteksi.

GridHEALTH.idKanker serviks atau leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang berisiko dialami oleh seorang wanita.

Jenis kanker ini disebabkan oleh Human papillomavirus (HPV), yang dapat menular melalui hubungan seksual yang tak sehat.

Meski sudah tidak masuk ke dalam kategori lima jenis kanker dengan kasus terbanyak menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Namun, di Indonesia sendiri jumlah pengidapnya terbilang masih banyak, bahkan berada di peringkat kedua setelah kanker payudara.

Hal tersebut disampaikan oleh Koordinator Subtansi Penyakit Kanker dan Kelainan Darah Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, dr Aldrin Neilwan Pancaputra, Sp.Ak, MARS.

“Di Indonesia kanker serviks masih menempati urutan kedua dengan angka kematian kedua terbanyak,” kata dokter Aldrin dalam Media Briefing Roche Indonesia, Kamis (19/05/2022).

Pada 2020, WHO mencatat terdapat 21.003 wanita yang telah meninggal dunia akibat kanker serviks di Indonesia.

Dia juga menyebutkan, berdasarkan data dari Globocan (Global Cancer Observatory) pada 2020, terdapat 54% kasus baru kanker pada perempuan, di mana hampir 50% merupakan kanker payudara dan serviks.

Dalam kebanyakan kasus, kanker serviks terdiagnosis pada stadium lanjut. Padahal, jika lebih dini terdeteksi, kemungkinan untuk pulih sangat besar.

Baca Juga: 5 Penyebab Darah Haid Berwarna Hitam, Kapan Harus ke Dokter?

Deteksi Dini Kanker Serviks

Ketua Dewan Penasehat Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) Prof. Dr. dr. Andrijono, Sp.OG(K)-Onk menyebutkan bahwa skrining atau deteksi dini kanker serviks bisa dilakukan dengan berbagai metode.

Metode skrining tersebut yakni pap smear, IVA, hingga tes DNA-HPV.

“Deteksi dini kanker serviks yang pertama adalah pap smear, sudah sejak dulu tapi ternyata kanker serviks di Indonesia tidak turun. Kedua IVA, baru dicanangkan empat tahun yang lalu. Ketiga tes DNA-HPV, tes yang paling sensitif mendeteksi infeksi HPV,” kata dokter Andrijono.

Lebih lanjut, berdasarkan hasil riset HOGI bersama litbangkes, angka perempuan Indonesia yang sudah melakukan skrining kanker serviks masih kecil, di bawah 20 persen.

“Pernah IVA 3,5 persen, yang pernah pap smear 7,7 persen, jadi kira-kira baru 11 persen yang skrining. Sedangkan untuk menurunkan kanker serviks itu, diperlukan cakupan skrinining 70-80 persen,” jelas dokter Andrijono.

Terdapat beragam alasan mengapa masih banyak perempuan yang enggan melakukan pemeriksaan, misalnya saja karena merasa belum perlu, takut, hingga malu.

Agar hasilnya akurat, diusulkan deteksi dini kanker serviks dengan menggabung metode IVA dan tes DNA-HPV.

“DNA-HPV mendeteksi adanya HPV, karena tidak ada lesi pra-kanker atau kanker tanpa HPV. Sedangkan IVA, digunakan untuk melihat letak lesi. Sehingga bisa melakukan terapi dengan tepat,” jelasnya.

Baca Juga: Mengapa Pra-Remaja Penting Mendapatkan Vaksin HPV? Ini Alasannya

Vaksin HPV

Berbeda dengan jenis kanker yang lain, kanker serviks sudah diketahui penyebabnya, sehingga bisa dicegah sebelum terjadi infeksi.

Selain dengan skrining, pencegahan terjadinya kanker serviks juga bisa dilakukan melalui vaksinasi.

Diketahui, kurang dari 50 persen perempuan di Indonesia menikah saat usianya masih di bawah 19 tahun. Ini secara tidak langsung meningkatkan risiko infeksi HPV.

“Oleh karena itu, kita mengusulkan program nasional, vaksin HPV dilakukan pada usia 9-13 tahun atau kelas 5 dan 6 SD,” kata dokter Andrijono.

Meskipun vaksin HPV ini, bisa diberikan pada perempuan berusia 14-45 tahun, tapi lebih baik dilakukan saat belum melakukan hubungan seksual.

Pada pertengahan April lalu, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memasukkan vaksin HPV ke dalam kategori imunisasi rutin wajib.

Tahun ini, pemberian vaksinas HPV kepada anak perempuan dilakukan di 8 provinsi, empat di antaranya di pulau Jawa dan sisanya di luar pulau Jawa.

Diharapkan pada 2023 mendatang, program vaksin HPV ini sudah bisa dilakukan di seluruh provinsi di Indonesia.(*)

Baca Juga: Vaksin HPV Masuk Dalam Program Imunisasi Nasional, Anak Perempuan Kelas 5 dan 6 SD Gratis