Find Us On Social Media :

Healthy Move, Olahraga Aman untuk Wanita yang Sedang Program Kehamilan

Jalan kaki atau lari ringan adalah contoh olahraga yang aman pada ibu hamil.

GridHEALTH.id - Wanita yang sedang program kehamilan, terutama yang sebelumnya pernah keguguran, harus menghindari olahraga yang intensitasnya tinggi.

Sebuah studi baru telah memperingatkan aktivitas ketegangan tinggi dan olahraga dengan intensitas tinggi pada tahap awal kehamilan, atau sekitar waktu mencoba untuk hamil dapat meningkatkan risiko keguguran atau keguguran dini.

Mungkin sulit untuk mendeteksi keguguran subklinis atau sangat dini karena bisa terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dia hamil.

Kehilangan subklinis hanya dapat dideteksi dari pengujian hCG dalam biospesimen. Peningkatan hormon hCG adalah salah satu indikator awal kehamilan.

Wanita yang sangat aktif ditemukan memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi mengalami keguguran dini dibandingkan dengan mereka yang kurang aktif.

Studi yang dilakukan peneliti dari University of Massachusetts di AS ini dimuat dalam The  jurnal Fertility and Sterility.

Partisipan penelitian adalah wanita berusia antara 18 dan 40 tahun dengan satu atau dua kali keguguran yang mencoba untuk hamil lagi. Di antara wanita yang hamil, 23,9% mengalami keguguran, termasuk keguguran subklinis.

Keguguran juga dikenal sebagai aborsi spontan karena merupakan akhir spontan dari kehamilan.

Diperkirakan sekitar 1/3 hingga 1/2 dari semua kehamilan berakhir dengan keguguran bahkan sebelum seorang wanita mengetahui bahwa dia hamil.

Baca Juga: Ini Dia, 6 Kondisi yang Membuat Peluang Kehamilan Jadi Kecil

Baca Juga: Mengenal Bagian Organ Intim Wanita, Reproduksi Hingga Untuk Hubungan Intim

Keguguran sering terjadi dalam 3 bulan pertama kehamilan, sebelum usia kehamilan 20 minggu.

Hanya 1% keguguran yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu, yang disebut sebagai keguguran lanjut.

Faktor risiko keguguran dapat melibatkan ibu, bayi atau keduanya. Usia ibu, kondisi kesehatan tertentu pada ibu, kelainan kromosom pada bayi, dan faktor gaya hidup seperti merokok, stres dikaitkan dengan peningkatan risiko keguguran.

Studi mengatakan risiko keguguran meningkat seiring bertambahnya usia ibu. Sementara risiko keguguran adalah 12% hingga 15% untuk wanita berusia 20-an, itu meningkat menjadi sekitar 25% untuk wanita di usia 40 tahun.

Risiko keguguran terkait usia terkait dengan kelainan kromosom pada wanita yang lebih tua.

Kondisi medis kronis pada ibu, seperti diabetes yang tidak terkontrol dan penyakit tiroid, juga merupakan faktor risiko keguguran atau keguguran.

Baca Juga: 10 Superfood Untuk Melawan Disfungsi Ereksi dan Meningkatkan Libido Pria

Baca Juga: Mantan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto Wafat Karena Kanker Usus, Ini Gejala Dini yang Perlu Diwaspadai

Faktor risiko lain yang mungkin untuk keguguran meliputi kelebihan atau kekurangan berat badan, penyakit kelamin, infeksi virus dan bakteri tertentu selama kehamilan, hamil setelah infertilitas, dan sebagainya.

Olahraga berdampak tinggi juga berisiko sebabkan keguguran terutama di trimester satu. Oleh sebab itu, wanita sebaiknya menghindari olahraga berat pada tiga bulan pertama kehamilannnya.

Pilih olahraga wingan seperti berjalan kaki, taichi, dan berenang santai. Atau untuk lebih amannya tanyakan kepada dokter. Terutamawanita yang mempunyai riwayat keguguran berulang. (*)