Find Us On Social Media :

Pelaku Eksibisionis di Duren Sawit Dihajar Massa, Termasuk Penyimpangan Seksual Perlu Bantuan Ahli Jiwa

Eksibisionis dikategorikan sebagai penyimpangan seksual yang butuh pengobatan.

GridHEALTH.id - Seorang pria berinisial RS (42) yang diduga melakukan tindak asusila eksibisionis dihajar oleh massa saat aksinya ketahuan oleh warga di Jalan Delima Dua, Malaka Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur.

Anggota Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Malaka Sari, Munajat, mengatakan bahwa pelaku dipergoki saat mengeluarkan alat vitalnya oleh korban yang merupakan tiga remaja wanita.

"Ditangkap sekitar bada isya oleh warga karena memang melihat orang tersebut sudah sering ke sini," kata Munajat di Jakarta, Rabu (25/05/2022).

Munajat menambahkan bahwa pelaku yang beraksi seorang diri itu diduga juga dalam pengaruh obat-obatan saat diinterogasi oleh warga.

Ia mengatakan bahwa pelaku sudah sering melakukan aksi tak senonoh tersebut di lingkungannya hingga membuat warga merasa khawatir.

"Jadi, korban sudah hafal. Jadi, langsung melapor dan ditangkap. Diamankan di rumah ketua RW," ucap Munajat.

Dikatakan pula bahwa pelaku RS langsung dibawa ke Polsek Duren Sawit. Kasusnya dalam penyelidikan oleh Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Metro Jakarta Timur.

Menurut dia, kasus tindak asusila eksibisionis di lingkungannya bukan kali ini saja terjadi. Warga pun berinisiatif meningkatkan patroli keamanan di lingkungan permukiman agar aksi serupa tak terjadi.

"Ada beberapa orang yang saya tahu. Ada lima sudah saya pantau. Orangnya berbeda-beda. Kami sedang dalami salah satunya dari CCTV," tutur Munajat.

Baca Juga: Peneliti Bantah Klaim Kaum Homoseksual yang Marak Promosi Kelompoknya, 'Tak Ada Gen Sebabkan Orang Jadi Gay'

Baca Juga: Dorongan Seks Rendah Pada Wanita, Coba Terapi Ayurveda Untuk Mengobati Frigiditas

Para pelaku sengaja memamerkan alat vitalnya kepada korban, mulai dari tempat sepi hingga tempat umum yang relatif ada banyak orang. Eksibisionis berasal dari kata eksibisionisme, yaitu kondisi yang ditandai oleh dorongan, fantasi, dan tindakan untuk memperlihatkan alat kelamin kepada orang asing tanpa persetujuan orang tersebut. Pelaku eksibisionis memiliki keinginan yang kuat untuk diamati oleh orang lain ketika melakukan aktivitas seksual. Celakanya, hal ini bahkan bisa membuat mereka semakin bergairah secara seksual.Kondisi ini termasuk ke dalam gangguan paraphilia atau penyimpangan seksual. Orang eksibisionis merasa senang untuk mengejutkan korbannya.

Namun, eksibisionis umumnya hanya terbatas pada memperlihatkan alat kelamin saja. Kontak seksual secara langsung dengan korban jarang terjadi, tapi pelakunya bisa bermasturbasi sambil mengekspos dirinya sendiri dan memiliki kepuasan seksual terhadap perilakunya tersebut. Timbulnya eksibisionis biasanya dimulai pada masa remaja. Dilansir dari MSD Manuals, sebagian besar pelaku secara mengejutkan sebetulnya sudah menikah, namun pernikahannya seringkali bermasalah. Pelaku kerap menunjukkan alat kelamin pada anak-anak praremaja, dewasa, ataupun keduanya.

Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab seseorang mengalami kelainan eksibisionis. Faktor tersebut meliputi gangguan kepribadian antisosial, penyalahgunaan alkohol, dan kecenderungan pedofilia.Selain itu, faktor-faktor lain yang mungkin terkait, yaitu mengalami pelecehan seksual dan emosional pada masa kanak-kanak, atau kesenangan seksual di masa kecil.  Seseorang mungkin saja mengalami eksibisionis jika memenuhi kriteria berikut:

Baca Juga: Healthy Move, Mengecilkan Perut Lebih Cepat Dengan Jalan Kaki, Ini Triknya

Baca Juga: Manfaat Habbatusauda, Tingkatkan Imunitas Tubuh Hingga Lawan Alzheimer

- Memiliki fantasi, dorongan atau perilaku yang berulang untuk meningkatkan gairah seksual dengan memperlihatkan alat kelamin pada orang asing setidaknya selama 6 bulan.

- Merasa sangat tertekan atas dorongan untuk melakukan perilaku tersebut sehingga tak dapat menjalani kehidupannnya dengan baik (termasuk dalam keluarga, lingkungan, ataupun pekerjaan).Prevalensi eksibisionis tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan terjadi pada sekitar 2-4% populasi pria.

Akan tetapi, perilaku ini dapat berkurang seiring bertambahnya usia. Sementara pada wanita, kondisi ini jarang terjadi. Sebagian besar orang dengan gangguan eksibisionis tidak mencari dan tidak mendapatkan perawatan hingga mereka ditangkap oleh pihak yang berwenang.

Padahal bila diketahui tanda-tandanya dan segera mendapatkan perawatan, maka penyimpangan seksual ini dapat diatasi. Perawatan umumnya melibatkan:

1. PsikoterapiPenelitian menunjukkan bahwa terapi perilaku kognitif efektif dalam mengobati gangguan eksibisionis.

Terapi tersebut dapat membantu individu mengidentifikasi pemicu yang menyebabkan dorongan eksibisionis, dan mengelola dorongan tersebut dengan cara yang lebih sehat sehingga tidak lagi menunjukkan alat kelaminnya pada orang lain.

Baca Juga: Mengenal Bagian Organ Intim Wanita, Reproduksi Hingga Untuk Hubungan Intim

Baca Juga: Healthy Move, Olahraga Aman untuk Wanita yang Sedang Program Kehamilan

Pendekatan psikoterapi lain yang mungkin dilakukan, yaitu pelatihan relaksasi, pelatihan empati, strategi coping (mengatasi dan mengendalikan situasi atau masalah), dan restrukturisasi kognitif (mengidentifikasi dan mengubah pikiran yang mengarah pada eksibisionis).

2. Obat-obatanSelain psikoterapi, obat-obatan juga dapat digunakan untuk membantu mengobati eksibisionis.

Obat-obatan tersebut bisa menghambat hormon seksual yang mengakibatkan penurunan hasrat seksual. Obat-obatan ini dapat berupa leuprolide dan medroxyprogesterone asetat.Pelaku eksibisionis harus mendapat persetujuan dari dokter untuk penggunaan obat-obatan tersebut.

Secara berkala, dokter akan melakukan tes darah untuk memantau efek obat pada fungsi hati. Selain itu, dokter juga akan melakukan tes lain untuk mengukur kadar testosteron.Beberapa obat yang biasa digunakan untuk mengobati depresi dan gangguan suasana hati lainnya, seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), juga dapat mengurangi hasrat seksual sehingga bisa digunakan oleh dokter untuk mengobati penyimpangan seksual ini.

3. Dukungan kelompok

Di samping psikoterapi dan obat-obatan, pelaku eksibisionis juga akan mendapat support group atau konseling kelompok. Konseling ini melibatkan orang-orang yang memiliki masalah yang sama, namun bisa juga melibatkan pekerja kesehatan mental.

Baca Juga: 10 Superfood Untuk Melawan Disfungsi Ereksi dan Meningkatkan Libido Pria

Baca Juga: Orang Berkulit Gelap Cenderung Kekurangan Vitamin D, Ini Penyebabnya

Kelompok ini bertujuan untuk saling mendukung agar segera lepas dari perilaku menyimpang tersebut.

Konseling kelompok bisa sangat membantu para pelaku untuk segera pulih karena dapat mendorongnya untuk berhenti melakukan kebiasaan buruknya, agar dapat diterima oleh masyarakat jika hidupnya telah normal kembali. (*)