Angka menunjukkan bahwa orang LGBTQ+(Queerr/waria) lebih mungkin terkena infeksi human papillomavirus (HPV).
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of Infectious Diseases pada tahun 2017, gay, biseksual, dan LSL sekitar 20 kali lebih mungkin dibandingkan pria heteroseksual untuk mengembangkan kanker dubur, di mana HPV adalah penyebab yang diketahui.
HPV adalah penyebab utama kanker serviks pada wanita, tetapi juga merupakan faktor risiko kanker ano-genital. Selain itu, ini terkait dengan keganasan kepala dan leher, karena penularan virus melalui seks oral.
Baca Juga: Healthy Move, Ini yang Harus Dilakukan Ketika Timbangan Tetap Datar Agar Berat Badan Turun Lagi
Baca Juga: 7 Penyakit Pernah Menjadi Wabah di Indonesia, Bisa Muncul Lagi Bila Masyarakat Abai
2. Berisiko terlibat dalam penyalahgunaan narkotika dan zat terlarang lainnya
Menurut laporan CDC yang diterbitkan pada tahun 2018 (berdasarkan data dari Survei Wawancara Kesehatan Nasional (NHIS) 2016), 20,5% orang dewasa lesbian, gay, dan biseksual merokok, dibandingkan dengan 15,3% orang dewasa heteroseksual.
Merokok meningkatkan risiko jantung koroner penyakit, stroke dan kanker paru-paru, dan sejumlah kondisi kesehatan lainnya.
Penelitian yang dipublikasikan di LGBT Health pada tahun 2019 menyoroti tingginya tingkat gangguan penyalahgunaan zat di komunitas LGBTQ+.
Orang yang diidentifikasi sebagai lesbian atau gay lebih dari dua kali lebih mungkin dibandingkan orang yang diidentifikasi sebagai heteroseksual untuk kecanduan merokok dan konsumsi alkohol.
Satu studi tahun 2017 yang diterbitkan dalam Journal of School Health menemukan bahwa siswa transgender sekitar 2,5 kali lebih mungkin menggunakan obat-obatan seperti metamfetamin dan kokain daripada rekan mereka yang heteroseksual.
3. Tingkat gangguan mental yang lebih tinggi