Find Us On Social Media :

Anak Remajanya Terlibat Dalam Pergaulan Seks Bebas, Ini 5 Hal yang Dapat Dilakukan Orangtua

Orangtua perlu kompak dalam menghadapi anak untuk membicarakan seks bebas di kalangan remaja.

GridHEALTH.id - Beberapa contoh dari pergaulan bebas di usia remaja adalah seperti merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, tawuran, mengonsumsi obat-obatan terlarang, hingga melakukan seks bebas.

Tindakan-tindakan tersebut muncul bukan tanpa alasan. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab pergaulan bebas di kalangan remaja.

Dilansir dari situs BKKBN, penyebab seks bebas di kalangan remaja adalah tingkat pendidikan keluarga yang minim, broken home, ekonomi keluarga, pengaruh teman dan kondisi lingkungan, dan penyalahgunaan internet juga dampak media massa.

Agar anak remaja tidak semakin terjerumus dalam seks bebas, ada beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua, yaitu;

1. Meredakan jarak emosional dan situasi

Sebelum berbicara dengan anak, luangkan waktu untuk menenangkan diri dan menjauh secara emosional dari situasi tersebut.

Tidak apa-apa untuk menunggu sekitar satu hari jika itu yang diperlukan. Sebanyak apa pun orangtua ingin merespons saat mengetahuinya, itu bukan pendekatan terbaik karena kita tidak akan cukup tenang untuk menangani situasi dengan baik.

Memang, ketika orangtua pertama kali mengetahuinya, orangtua mungkin ketakutan, dan tidak ada yang melakukannya dengan baik dalam keadaan seperti itu.

Pahami bahwa pendekatan yang tenang dan bijaksana akan paling efektif dalam menangani dan mengubah perilaku anak,  dan untuk mencapainya, orangtua perlu menciptakan jarak emosional.

Baca Juga: Justin Bieber Kapok Lakukan Seks Sebelum Menikah, Ini Dampak Psikologis Lakukan Seks Bebas

Baca Juga: World Albinism Day, Kelainan Pigmentasi Kulit Albino yang Masih Menghadapi Diskriminasi

2. Perjelas dulu prinsip orangtua

Akan jauh lebih mudah untuk menjadi jelas dengan anak jika orangtua jelas dengan diri sendiri terlebih dahulu.

Orangtua mungkin perlu mencari ke dalam untuk memahami dan mendefinisikan nilai-nilai sendiri sebelum duduk dan mendiskusikannya dengan anak.

Hubungan seks anak remaja  mungkin benar-benar mengejutkan orangtua dalam hal ini, mungkin tidak pernah terpikir oleh orangtua untuk mengetahui nilai-nilai itu. Lagi pula, bagi kebanyakan orangtua, rasanya baru kemarin mereka masih memakai popok.

3. Kompak dengan pasangan dalam menghadapi anak

Tujuannya supaya remaja tidak mendapatkan pesan yang bertentangan. Jika orangtua terbagi, anak-anak tidak yakin dengan aturan, apa yang penting dan apa yang tidak.

Atau, anak-anak belajar melepaskan diri dari masalah perilaku dengan mempermainkan salah satu orangtua.

Anak-anak juga dengan cepat mengetahui bahwa fokusnya tidak lagi pada mereka ketika orangtua atau berselisih pendapat dalam menanggapi seks bebas yang dilakukan anak.

4. Diskusikan nilai dan harapan orangtua dengan anak

Baca Juga: Persalinan Normal Setelah Caesar Bisa Dilakukan dengan Syarat Ini

Baca Juga: Pengobatan Alami Penyakit Kulit Kudis dengan Minyak Pohon Teh

Langkah selanjutnya adalah duduk bersama anak dan jelaskan keyakinan, nilai, dan harapan orangtua terkait aktivitas seksual.

Fokus percakapan ini lebih pada membahas nilai-nilai keluarga  dan bagaimana nilai-nilai itu berhubungan dengan pilihan anak. Misalnya, kita dapat mengatakan kepada anak:

“Dalam keluarga, kami percaya jenis keintiman ini bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng. Pilihan ini memiliki konsekuensi serius. Kami peduli dengan kamu dan ingin memastikan kamu membuat keputusan yang baik.”

Pada titik ini, arah pembicaraan akan bergantung pada nilai-nilai keluarga.  Beberapa keluarga merasa sangat kuat bahwa seks pranikah tidak boleh dilakukan.

Bagi yang lain, ini lebih tentang memastikan konsekuensi yang mungkin terjadi jelas, dan keputusan seputar keintiman dipikirkan secara bertanggung jawab.

5. Buat aturannya jelas termasuk konsekuensi tanggungjawab yang akan diemban anak

Jelaskan aturan rumah kepada anak, dan ketika anak melanggar aturan, minta pertanggungjawabannya.

Tekankan bahwa orangtua tetap menyayangi anak sampai kapanpun, tetapi orangtua tidak bertanggung jawab atas perilaku anak.

Tetapi orangtua bertanggung jawab untuk membuat aturan, mengomunikasikan aturan, dan memberikan konsekuensi yang efektif ketika anak melanggar aturan.

Baca Juga: Healthy Move, Naik Turun Tangga Kuatkan Sendi Hingga Bakar Kalori

Baca Juga: 6 Jenis Kanker Pada Anak, Ketahui Gejalanya Sebagai Deteksi Dini

Jadi,  orangtua dapat memberi tahu anak remaja bahwa orangtua tidak ingin mereka berhubungan seks sampai menikah.

Atau orangtua dapat mendiskusikan beberapa konsekuensi dari seks (seperti kehamilan atau penyakit menular seksual, dan apa yang dapat dilakukan anak remaja  untuk melindungi diri mereka sendiri.

Kemudian, tetapkan batasan tentang seberapa banyak pengawasan yang diperlukan saat menghabiskan waktu dengan lawan jenis.

Penting untuk diingat bahwa orangtua tidak dapat mengontrol semua pilihan yang dibuat anak mengenai aktivitas seksual atau aktivitas lainnya, dalam hal ini.

Sebaliknya, fokuslah pada apa yang dapat dikendalikan orangtua, yaitu respons, reaksi, batasan.

Baca Juga: Luka Diabetes, Komplikasi Serius Berisiko Dihadapi Penyandang Diabetes

Baca Juga: 5 Latihan Sederhana Untuk Mengencangkan Lengan Agar Tak Bergelambir

Bantu anak agar mempunyai keterampilan yang dibutuhkan untuk membuat pilihan yang lebih baik. (*)