Lebih Berisiko BPA dalam Kaleng atau Galon Air Minum? Bagaimana dengan PET?

Galon air minum mengandung BPA, bagaimana dengan kemasan kaleng dan galon PET?

Galon air minum mengandung BPA, bagaimana dengan kemasan kaleng dan galon PET?

 

GridHEALTH.id - Pelebalan dalam kemasan makanan telah diumumkan pemerintah, dalam hal ini BPOM.

Isu yang paling hangat dalam kebijakan pelebalan ini adalah isu BPA alias BPA adalah bisphenol A, bahan kimia yang menurut NHS banyak ditemukan dalam produk-produk rumah tangga.

BPA banyak digunakan dalam pembuatan plastik transparan, kaku, dan dapat digunakan dalam waktu lama. Salah satunya adalah galon air mineral."Kalau dalam penggolongan jenis plastik kan umumnya ada 7: PET, HDPE, PVC, LDPE, PP, PS dan lainnya. Lainnya ini antara lain ada PC (polycarbonate). Nah BPA ini biasanya digunakan dalam PC," papar Ahli Kimia Makromolekuler dari Pusat Penilitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Muhammad Ghozali.

BPA benar mempunyai risiko kesehatan. Tapi ingat, menurut Ghozali semua risiko penyakit itu bisa terjadi dengan catatan apabila zat BPA masuk ke dalam tubuh manusia.NHS menyebutkan, BPA dapat bermigrasi dalam jumlah kecil ke dalam makanan dan minuman yang disimpan di dalam bahan yang mengandung zat tersebut."Kalau bermigrasi bisa mencampuri, tapi harus dalam kondisi tertentu," ujar Ghozali, dilansir dari Kompas.com (16/11/2020).

Sementara itu, menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran UI yang juga Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Aru Wisaksono Sudoy, air kemasan galon berbahan polikarbon dinilai terbukti aman dikonsumsi masyarakat.

Dirinya pun mengatakan tidak ada bukti bahwa mengkonsumsi air galon pakai ulang memicu penyakit kanker.

Baca Juga: Healthy Move, 8 Latihan yang Dapat Dilakukan di Tempat Kerja

Menurutnya, sekitar 90%-95% kanker berasal dari lingkungan. “Kebanyakan karena paparan-paparan gaya hidup seperti kurang olahraga dan makan makanan yang salah, merokok, dan lain sebagainya. Jadi belum ada penelitian air galon itu menyebabkan kanker,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Kontan.co.id, Senin (11/10/2021).Dalam pemebritaan yang sama, Anggota Yayasan Kanker Indonesia Nadia A Mulansari menambahkan kanker itu multifactorial. Dimana sekitar 10%-15% sifatnya genetik dan sisanya sekitar 90%-95% sporadik atau lebih ke lingkungan.Jelasnya papar Nadia,  penyebab utama kanker yang sudah terbukti dari berbagai penelitian itu adalah rokok.

Jadi Nadia menepis isu yang menyatakan bahwa air galon bisa memicu kanker. Menurutnya, air galon justru merupakan air putih yang paling sehat.

Narasi negatif dan serangan terhadap air kemasan galon pakai ulang berbahan polikarbonat terjadi dalam dua tahun terakhir. Hal ini bersamaan dengan munculnya air kemasan galon sekali pakai yang dikritik para aktifis lingkungan karena berpotensi menambah sampah plastik di lingkungan.“Intinya, penyebab kanker itu multifactorial. Jadi, banyak faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap suatu sel sehingga membuat sel itu berubah menjadi sel kanker,” tukas Nadia lebih lanjut.

Adapun bahan pembuatan botol galon air minum lainnya, yaitu PET alias Polietilena tereftalat adalah resin polimer plastik termoplast dari kelompok poliester.

Organisasi Petresin menyebut bahan plastik jenis yang satu ini memiliki ciri-ciri bening, kuat, dan ringan.Sehingga banyak digunakan untuk mengemas produk minuman dengan botol transparan, dan tidak bisa diguna ulang.

Baca Juga: Epilepsi Pada Anak Bikin Tubuh Lemas, Gejalanya Bukan Cuma Kejang

Jadi hanya digunakan satu kali untuk air minum, setelah isinya habis galon atau botolnya dibuang. Sebab tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai wadah air minum.

Nah, meski disebut aman namun PET ini juga ternyata tetap menyimpan risiko tersendiri.Jenis plastik yang terbuat dari zat ini mengandung antimon trioksida yang dianggap bersifat karsinogen.Kandungan itu bisa menyebabkan tejadinya kanker pada sel-sel tubuh.Botol atau kemasan makanan berbahan plastik PET yang disimpan dalam temperatur hangat, dalam waktu yang lama, misalnya di dalam mobil dan ruang penyimpanan tertutup lain, disebut dapat meningkatkan pelepasan bahan berbahaya.

Jadi prihal pelebalan BPA, menurut Direktur Indonesia Food Watch, Pri Menix Dey, apabila hendak mengimplementasikan pelabelan BPA secara mandatori, seharusnya berlaku pada seluruh produk makanan dan minuman (mamin).

Sebab, risiko migrasi BPA paling tinggi justru makanan atau minuman kemasan kaleng, bukan pada kemasan air minum guna ulang berbahan polikarbonat.

"Karena galon polikarbonat bisa menahan risiko migrasi itu. Yang paling tinggi risiko migrasi BPA justru ada pada produk konsumsi kemasan kaleng," kata dia kepada wartawan, Jumat (10/6/2022).

Adapun galon sekali pakai, melansir Republika (11/06/2022), menggunakan bahan Polietilena Tereftalat (PET) yang sama-sama berpotensi tercemar bahan kimia asetaldehida dan etilen glikol dan mikroplastik.

Baca Juga: Baikkah Mengonsumsi Makanan yang Sama Setiap Hari Seperti Victoria Beckham?

Menurut Menix, rencana pelabelan BPA hanya pada air minum dalam kemasan galon berbahan polikarbonat menguatkan kecurigaan banyak pihak perihal kuatnya tekanan politik dalam perumusan kebijakan ini.(*)

Baca Juga: Baikkah Mengonsumsi Makanan yang Sama Setiap Hari Seperti Victoria Beckham?