GridHEALTH.id - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendeklarasikan 23 Juni sebagai Hari Janda Internasional sejak tahun 2011.
Beberapa wanita di seluruh dunia setelah kehilangan pasangan hidupnya menghadapi tantangan dan perjuangan jangka panjang untuk kebutuhan dasar, hak dan martabat mereka.
Pandemi memperburuk situasi tersebut. Banyak wanita yang menjanda setelah ditinggal suaminya yang meninggal karena Covid-19.
Mengutip Republic World, 22 Juni 2020, Hari Janda Internasional bertujuan untuk mengatasi kemiskinan dan ketidakadilan yang dihadapi oleh jutaan janda dan tanggungan mereka di banyak negara.
Hari Janda Internasional diprakarsai oleh The Loomba Foundation, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berbasis di London, Inggris Raya, dan diluncurkan di House of Lords di London pada 26 Mei 2005.
Loomba Foundation kemudian memimpin program kampanye global untuk pengakuan PBB selama lima tahun.
Mereka berhasil ketika pada 2010, PBB dalam keputusan bulat, mengadopsi Hari Janda Internasional sebagai hari aksi global tahunan oleh Majelis Umum PBB.
Melansir One India, 23 Juni 2020, pada 23 Juni 1954 Shrimati Pushpa Wati Loomba, ibu dari pendiri yayasan, Rajinder Paul Loomba, menjadi janda pada usia 37 tahun. Hal itu setelah Jagiri Lal Loomba, suami Pushpa Wati meninggal karena tuberkulosis.
Pushpa Wati lalu harus menghidupi tujuh anak dari keluarga itu Menurut Raj, ibunya Pushpa Wati Loomba adalah wanita yang kuat, bertekad untuk memastikan prospek anak-anaknya tidak dirugikan oleh tragedi ini.
Baca Juga: 7 Tips Bagi Wanita Untuk Mencegah Masalah Seksual Dan Reproduksi
Baca Juga: 5 Mitos Daging Merah Perlu Diluruskan, Bukan Penyebab Kanker dan Gangguan Jantung
Untuk memberi anak-anaknya kesempatan terbaik dalam hidup, Pushpa Wati memutuskan untuk mencurahkan seluruh sumber daya mereka untuk memastikan bahwa semua anak, termasuk anak perempuan, menerima pendidikan terbaik, sampai ke universitas.