GridHEALTH.id - Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan pada hari Selasa (12/07/2122) bahwa mereka melacak subvarian baru Omicron, yang menjadi lebih umum di India.
Subvarian, sublineage dari BA.2 yang disebut BA.2.75, dinamakan Centaurus telah dilaporkan di delapan negara dan belum dinyatakan sebagai varian yang menjadi perhatian.“Ada kemunculan subvarian, meski belum disebut secara resmi, tetapi beberapa orang menyebutnya sebagai BA.2.75,” kata Soumya Swaminathan, MD, kepala ilmuwan WHO, dalam sebuah video yang diposting di Twitter.Subvarian tampaknya memiliki mutasi yang mirip dengan strain menular lainnya, katanya, meskipun ada sejumlah urutan yang tersedia untuk dianalisis.
Seberapa menular dan parahnya, dan seberapa baik ia dapat menghindari kekebalan kita, belum diketahui.“Kami harus menunggu dan melihat, dan tentu saja, kami melacaknya,” kata Swaminathan.Komite WHO yang bertanggung jawab untuk menganalisis data virus corona global akan memberi label subvarian secara resmi dan merilis lebih banyak informasi sesuai situasi, katanya.Pakar kesehatan masyarakat di seluruh dunia juga berbicara tentang subvarian, yang dijuluki Centaurus. BA.2.75 pertama kali ditemukan di India pada bulan Mei dan sekarang bersaing dengan BA.5, yang telah menjadi dominan di AS.BA.2.75 memiliki delapan mutasi di luar yang terlihat di BA.5, yang “Bisa membuat kekebalan tubuh lebih buruk daripada yang kita lihat sekarang,” Eric Topol, MD, pendiri dan direktur Scripps Research Translational Institute dan pemimpin redaksi di Medscape, tulis dalam posting Twitter.
Baca Juga: Benarkah Mutasi Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Tak Seganas Delta? Jakarta Catat Kasus Tertinggi
Baca Juga: 4 Manfaat Buah Mengkudu, Membantu Mengatasi Kadar Gula Darah Tinggi
Secara individual, mutasi tambahan tidak terlalu mengkhawatirkan, "Tetapi semua yang muncul bersama sekaligus adalah masalah lain," tulis Tom Peacock, PhD, seorang ahli virus di Imperial College di London, dalam sebuah posting Twitter.“Pertumbuhan pesat yang nyata dan penyebaran geografis yang luas layak untuk dicermati,” katanya.BA.2.75 telah ditemukan dalam beberapa kasus di AS, Australia, Kanada, Jerman, Jepang, Selandia Baru, dan Inggris. Di India, urutannya menyumbang sekitar 23% dari sampel terbaru.“Terlalu dini untuk mengetahui apakah BA.2.75 akan mengambil alih relatif terhadap BA.2 atau bahkan relatif terhadap BA.5,” tulis Ulrich Elling, PhD, seorang peneliti di Institut Bioteknologi Molekuler Australia, dalam sebuah posting Twitter.“Hanya untuk menekankan lagi, sementara distribusi di seluruh wilayah India serta internasional dan kemunculan yang sangat cepat memungkinkan kita berhadapan dengan varian yang menyebar dengan cepat dan sudah menyebar luas, titik data absolutnya sedikit,” katanya.Secara global, kasus virus corona telah meningkat hampir 30% selama 2 minggu terakhir, kata WHO, Rabu (13/07/2022).
Empat dari enam subkawasan WHO melaporkan peningkatan pada minggu lalu, dengan BA.4 dan BA.5 mendorong gelombang di AS dan Eropa.
Sementara itu Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof.Dr.dr Tjandra Yoga Aditama Sp.P(K) mengatakan Indonesia juga amat perlu melakukan pengumpulan data ke arah BA.2 ini dan turunannya, dan hasilnya diumumkan ke publik.Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu, mengatakan sejauh ini belum ada kepastian tentang karakter penularan BA.2.75, pun berat ringannya gejala hingga kemungkinan menghindar dari sistem imun seseorang.
Baca Juga: Gejala Dini Penyakit Jantung, Ini 7 Tanda yang Harus Diwaspadai
Baca Juga: Monkeypox Tidak Bertahan Lama di Udara Seperti Virus Covid-19,CDC
"Hanya sejak dari India, maka kini kasus itu sudah menyebar ke 10 negara, penyebaran yang cukup cepat yang mengingatkan kita seperti varian Delta yang lalu," ujarnya dikutip dari merdeka.com (12/07/2022).Data sementara yang dikumpulkan Tjandra, yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menunjukkan terdapat sedikitnya delapan mutasi tambahan BA.5 pada varian Centaurus."Utamanya di terminal N yang dapat punya pengaruh menghindar dari imunitas yang sekarang sudah ada," katanya.Selain BA.2.75 yang memang sudah dalam monitoring WHO, kata dia, ada juga subvarian lain yang perlu mendapat perhatian, yakni BA.5.3.1 yang disebut sebagai Bad Ned karena ada mutasi pada N:E136D.Dia mengatakan otoritas kesehatan Shanghai menyebut BA.5.2.1 terdeteksi di Pudong, Shanghai pada Minggu (10/07/2022).
Baca Juga: Bikin Tak Nyaman, Hindari Mengonsumsi Berlebihan Makanan Penyebab Gas di Dalam Perut