GridHEALTH.id - Tahap perkembangan anak adalah hal yang sangat diperhatikan oleh setiap orangtua.
Melansir Pathways.org, perkembangan pertumbuhan setiap anak dibagi ke dalam beberapa kategori.
Kemampuan anak berjalan dan merangkak, menjadi salah satu bagian dari tahap pertumbuhan motorik.
Ketika anak sudah mulai bisa berjalan, tentu ini memberikan kebahagiaan bagi para orangtua.
Namun saat berjalan, anak terlihat jalan jinjit atau menggunakan ujung kaki depannya. Kebiasaan ini, terkadang menimbulkan kekhawatiran tersendiri.
Apakah kebiasaan jalan jinjit yang dilakukan oleh anak merupakan tanda adanya kelainan saraf?
Terlebih, sejumlah kondisi tertentu dikaitkan dengan kebiasaan anak yang ketika berjalan sering jinjit. Terutama jika ini masih berlangsung hingga usianya 2 tahun.
Melansir Mayo Clinic, beberapa kondisi medis yang penyebab anak jalan jinjit di antaranya adalah berikut ini.
1. Tendon achilles pendek, sehingga mencegah tumit untuk menyentuh tanah.
2. Cerebral palsy, membuat anak jalan jinjit karena adanya gangguan gerakan, tonus otot atau postur yang disebabkan oleh cedera atau perkembangan abnormal pada bagian otak.
3. Distrofi otot, menyebabkan anak jalan jinjit akibat serat otot yang mengalami kerusakan dan melemah seiring waktu.
Jalan jinjit juga kerap kali dikaitkan ciri anak spektrum autisme, yang memengaruhi kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Neurologi Anak, dr Arifianto, Sp.A(K), mengatakan bahwa orangtua harus memperhatikan kebiasaan jalan jinjit anak.
Dilihat lebih lanjut, apakah jalan jinjit yang dilakukan oleh anak dilakukan secara konsisten atau terus-menerus atau hanya sesekali saja.
"Umumnya hal jalan jinjit yang kadang iya dan kadang nggak itu, terjadi pada anak yang baru mulai bisa jalan," kata dokter Arifianto dalam webinar, Selasa (26/07/2022).
Ia menjelaskan, jalan jinjit sering dilakukan oleh anak-anak yang baru belajar berjalan atau peralihan dari merangkak.
Jalan jinjit yang sering terjadi ketika anak baru belajar berjalan, biasanya akan berkurang intensitasnya saat berusia 18 bulan.
Hal ini karena pada usia tersebut, seorang anak biasanya sudah bisa berjalan secara mandiri.
"Kalau dia sudah lancar jalan kemudian dikaitkan dengan jinjit, kemudian dia nggak, ada kemungkinan anaknya iseng," ujarnya.
Dokter Arifianto menyebutkan, jalan jijit pada anak merupakan salah satu tahap perkembangan anak motorik kasar yang bisa dilihat dengan jelas.
Jika kemampuan motorik yang lain berjalan sesuai dengan usianya, tanpa ada gangguan apapun, maka bisa dibilang aman.
"Tapi kalau jalan jinjit cenderung menetap, bahkan saat sudah jalan lancar pun dia tetap jinjit, harus dipastikan adanya kekakuan di otot tungkai bawahnya," jelas dokter yang berpaktik di RSUD Pasar Rebo tersebut.
Baca Juga: Cara Menghilangkan Daki di Leher Anak, Cepat dan Alami juga Murah
Pasalnya ada beberapa kondisi, seperti tidak samanya ukuran tendon otot bawah, yang membuat anak jalan jinjit.
"Sering kali membutuhkan konsultasi dengan dokter ortopedi atau rehabitasi medik. Tapi secara umum, dokter anak sudah mampu untuk melakukan skrining atau deteksi awal," pungkasnya.
Oleh karena itu, jika orangtua memiliki keraguan dengan kemampuan anak seperti jalan jinjit, diharapkan untuk melaporkan hal tersebut ke dokter anak.
Sehingga dokter anak dapat bisa memastikan apakah jalan jinjit anak merupakan kondisi yang wajar atau tanda kelainan saraf dan lainnya, yang perlu dikonsultasikan lebih lanjut. (*)
Baca Juga: 5 Ciri-ciri Anak Menjadi Korban Bullying, Orangtua Wajib Tahu