Find Us On Social Media :

4 Herbal Tingkatkan Imunitas Diakui Farmasi dan Fakta Ilmiahnya, Cocok untuk Pasien Covid-19

4 herbal yang diakui farmasi bisa tingkatkanimunitas. cocok untuk pasien Covid-19.

GridHEALTH.id - Menjaga imunitas tubuh penting dan harus selalu dilakukan oleh semua orang.

Terlebih saat ini kita masih ada dalam kondisi Pandemi Covid-19.

Menjaga imunitas tubuh tetap optimal menjadi teramat sangat penting.

Cara menjaga imunitas tubuh tetap fit banyak sekali, mulai dari makanan, olahraga, kualitas tidur, juga vaksinasi.

Selain itu, upaya lain yang bisa kita tempuh untuk melengkapi upaya kita meningkatkan dan menjaga imunitas tetap fit adalah dengan mengosumsi herbal.

Namun ingat, tidak semua herbal bisa meningkatkan dan menjaga imunitas tubuh, walau dalam promosinya bisa.

Lain dengan 4 herbal berikut ini yang sudah diakui orang-orang farmasi bisa tingkatkan imunitas, seperti dilansir dari farmasi.ugm.ac.id (16/08/2020):

Herbal EchinaceaSecara tradisional, tumbuhan genus Echinacea sudah digunakan masyarakat Amerika Utara jauh sebelum sampai ke Eropa dan benua lain.

Baca Juga: Penelitian di RS Jerman; Pasien Covid-19 Sembuh Antibodinya Hilang dalam Waktu 2-3 Bulan, Meniran Jadi Solusi

Tumbuhan ini secara tradisional digunakan untuk pengobatan dan pencegahan terhadap berbagai penyakit, termasuk infeksi saluran pernapasan, flu, bronchitis, sakit gigi, radang tenggorokan, infeksi virus herpes, dan beberapa gangguan kulit (kulit gatal-gatal, luka, digigit serangga, alergi dan infeksi lain). Yang paling banyak digunakan adalah Echinacea purpurea.

Bahan yang digunakan untuk pengobatan tradisional maupun studi ilmiah berupa “jus perasan” berair atau ekstrak etanol dari bagian diatas tanah tanaman kering atau akarnya.

Produk yang mengandung ekstrak Echinacea ini juga ada di Indonesia dengan klaim peningkat sistem imun (imunostimulan).Banyak hasil uji praklinik yang menunjukkan bahwa Echinacea memiliki aktivitas immunostimulan pada level praklinik.

Namun hasil uji klinik Echinacea sebagai imunostimulan masih menunjukkan hasil yang beragam. Beberapa uji klinik menunjukkan efektivitas ekstrak EP pada pasien dewasa dengan gejala pilek akibat influenza.Adanya perbedaan hasil uji dapat dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya adalah karena perbedaan metode preparasi produk, dan perbedaan sumber tumbuhan Echinacea yang digunakan sebagai bahan baku produk.

Untuk itu penggunaan produk suplemen atau obat yang berbasis Echinacea perlu melihat efikasi hasil uji klinik produk. Kandungan kimia aktif dalam Echinacea yang diduga memiliki aktivitas imunostimulan diataranya adalah senyawa polisakarida seperti frauktan, senyawa alkilamin dan senyawa fenolik seperti asam kafeat dan asam khorikat.

Kandungan senyawa-senyawa tersebut dan juga senyawa-senyawa lain bisa berbeda antar produk akibat perbedaan metode pembuatan ekstrak dan perbedaan bahan baku.

Hal inilah yang menyulitkan interpretasi klinik menjadi semakin sulit.

Baca Juga: Mendadak Merasakan 7 Hal Ini, Artinya Sistim Imun Tubuh Sedang Menurun

Tapi kita harus tahu, ada banyak mekanisme imunostimulan yang diaktivasi dengan pemberian Echinacea. Salah satu yang berkaitan dengan penyakit Covid-19 adalah kemampuan menurunkan sitokin IL-6. IL-6 merupakan salah satu sitokin yang merugikan dalam patogenisitas infeksi virus SARS-Cov-2.

Walaupun efeknya spesifik pada infeksi virus tersebut belum jelas, namun dari penelitian-penelitian sebelumnya secara umum Echinacea mampu menekan ekspresi IL-6 dalam beberapa model Penelitian.

Walaupun ada juga penelitian yang menunjukkan Echinacea menginduksi IL-6 (18), namun penelitian yang menunjukkan Echinacea menurunkan level IL-6 jauh lebih dominan.

Hal ini menunjukkan potensi Echinacea dalam mencegah infeksi SARS-Cov-2. Efektivitas tersebut perlu dipastikan dengan uji klinik pada kasus Covid-19.PropolisPropolis merupakan produk herbal dari lebah madu yang sering disebut sebagai lem lebah karena digunakan oleh lebah dalam pembuatan sarang.

Propolis merupakan kombinasi lilin lebah dan air liur yang merupakan sistem pertahan yang dibangun oleh lebah.

Hingga saat ini, propolis telah banyak diteliti manfaatnya untuk kesehatan, salah satunya untuk meningkatkan kekebalan tubuh (immunostimulan).

Banyak senyawa bioaktif yang berhasil diidentifikasi dari propolis. Umumnya, senyawa yang ada dalam propolis berupa senyawa asam fenolik, flavonoid, terpenoid, lignan, senyawa aromatic, asam amino, asam lemak, vitamin dan mineral.

Namun diantara banyak senyawa tersebut, penelitian tentang aktivitas biologis dari propolis lebih mengarah kepada kandungan senyawa flavonoid dan fenolik yang cukup tinggi.

Baca Juga: Anak SD Trauma Gegara Guru Asal Potong Rambut Tanpa Izin Orangtua, Tak MaauSekolah Lagi

Senyawa flavonoid dan fenolik yang umumnya ada dalam propolis berupa krisin, galangin, pinostrobin, pinobanksin, dan pinocembrin (kandungan utama).

Kandungan utama senyawa dalam propolis sangat bervariasi karena dipengaruhi faktor asal sarang lebah, lokasi, dan musim.

Propolis yang bersal dari daerah yang berbeda memiliki kandungan kimia yang berbeda yang salahsatunya terlihat dari warnanya yang berbeda antara satu dengan yang lain (hijau, merah atau coklat).

Variasi inilah yang menyebabkan sulitnya mengekstrapolasikan klaim manfaat kesehatan dari propolis.Berkaitan dengan potensi propolis dalam mencegah infeksi SARS-Cov-2, maka propolis memiliki beberapa aktivitas yang relavan.

* Pertama, adalah aktivitas imunostimulan. Aktivitas imunostimulan dari propolis sudah banyak diteliti dan dipublikasikan di banyak jurnal.

Aktivasi sistem imun oleh propolis diharapkan mampu melindungi seseorang dari infeksi virus atau meningkatkan sistem kekebalan tubuh seseorang sehingga tidak mudah sakit atau menderita keparahan ketika infeksi datang.

* Kedua, propolis juga memiliki aktivitas antivirus dengan mencegah replikasi beberapa virus, termasuk virus tipe korona seperti virus influenza.

Bahkan propolis memiliki aktivitas virusidal dengan merusak “amplop” virus HSV dan VSV.

Baca Juga: Healthy Move, Melakukan Tricep Kickback dengan Benar Agar Lengan Kuat dan Kencang

* Ketiga, aktivitas propolis sebagai agen antiiflamasi. Walaupun ada penelitian yang menunjukkan bahwa propolis ada kecenderungan meningkatkan ekspresi mediator inflamasi IL-6, namun mayoritas hasil penelitian menunjukkan bahwa propolis memiliki efek antiinflamasi dengan menurunkan ekspresi sitokin IL-6 dan sitokin proinflamasi yang lain.

Ketahuilah, IL-6 merupakan sitokin yang terlibat dalam badai sitokin pada infeksi SARS-Cov-2, sehingga hasil penelitian ini menunjukkan bahwa propolis memiliki potensi untuk digunakan dalam pencegahan infeksi SARS-Covid-2. 

Selain itu, uji klinik dari propolis yang dikombinasikan dengan Echinacea dan vitamin C mampu mempercepat kesembuhan pada anak-anak yang mengalami infeksi saluran pernapasan.

Namun demikian, efektivitasnya sebagai immunostimulan masih perlu dibuktikan pada uji klinik dengan pasien Covid-19.Herbal Empon-empon (Kurkumin)Indonesia kaya akan tumbuhan obat, terutama empon-empon (tumbuhan keluarga Zingiberaceae) yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kekebalan tubuh.

Beberapa empon-empon yang paling umum digunakan dalam pengobatan tradisional di Indonesia dan mudah untuk diperoleh yaitu Kunyit, Temulawak, dan Jahe.

Kunyit (Curcuma longa) dan Temulawak (Curcuma zanthorrhiza) merupakan contoh empon-empon yang sudah banyak diteliti sebagai imunostimulan.

Secara empiris, kunyit dan temulawak sudah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk berbagai penyakit baik di Indonesia maupun di negara lain.

Baca Juga: Menkes Sebut Vaksinasi Booster Dapat Mencegah Lansia dari Kematian, Cakupan di Jawa Masih Rendah

Kandungan kimia utama kedua tanaman tersebut adalah kurkuminoid (kurkumin sebagai senyawa mayor) yang juga merupakan salah satu senyawa yang paling banyak diteliti di dunia.Beberapa data praklinis dan klinis menunjukkan efektivitas kurkumin dalam pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit termasuk kanker, kardiovaskular, inflamasi, metabolisme, neurologis, dan penyakit kulit.

Kemampuan imunomodulator dari kurkumin timbul dari interaksinya dengan berbagai mekanisme yang terlibat dalam modulasi sistem imun, bukan hanya  komponen seluler (seperti sel dendritik, makrofag, dan limfosit B maupun T), tetapi juga komponen molekuler yang terlibat dalam proses inflamasi, seperti sitokin dan berbagai faktor transkripsi.

Hal ini menunjukkan besarnya potensi kurkumin sebagai immunostimulan.

Namun, yang paling menonjol dan paling banyak dipelajari dari kurkumin adalah profil aktivitas antiinflamasinya. Efektivitas kurkumin sebagai agen antiinflamasi sudah banyak dilakukan hingga uji klinik pada manusia.

Salahsatu mediator inflamasi penting dalam Covid-19 adalah IL-6. Kurkumin merupakan senyawa yang mampu menghambat ekspresi IL-6, sehingga menjadikan kurkumin sebagai agen yang perlu dipertimbangkan dalam modulasi sitokin proinflamasi dalam Covid-19 dimana terjadi badai sitokin proinflamasi di alveoli.

Kurkumin juga mampu menghambat infeksi virus influenza secara in vitro. Walaupun belum ada uji klinik efek kurkumin pada kassus Covid-19, namun penggunaan tradisional (kunyit dan temulawak) dan banyaknya hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan aktivitas imunomodulator dan mediator sitokin proinflamasi dari kurkumin, menjadikan kurkumin sebagai suplemen atau adjuvant untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi Covid-19. 

Salahsatu hal penting yang perlu diperhatikan dalam penggunaan kurkumin pada manusia adalah ketersediaan hayatinya yang rendah, sehingga perlu studi penyesuaian dosis untuk mencapai dosis yang tepat.Herbal Meniran

Baca Juga: Traditional Chinese Medicine, Pengobatan Alami yang Semakin Banyak Penggemarnya

Meniran (Phyllantus niruri) merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia dan sudah lama dimanfaatkan dalam pongobatan tradisional di Indonesia (Jamu), maupun di negara lain, seperti India (Ayurveda).

Secara empiris, meniran digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk membantu pengobatan penyakit hati (hepatoprotektor), sedangkan di Malaysia digunakan untuk pengobatan diare, penyakit ginjal, dan batuk.

Tanaman ini banyak tumbuh liar di kebun, pekarangan, ladang, dan hutan, umumnya ditempat yang relatif lembab.

Kandungan kimia meniran adalah korilagin, geraniin, asam galat, filantin, hipofilantin, asam elagat, filtetralin, niranthin, katekin, kuersetin, astragalin, dan asam sebulagat.

Adapun kandungan senyawa utamanya adalah filantin. Di Indonesia, ada beberapa produk yang menggunakan meniran sebagai bahan baku obat tradisional dengan klaim imunostimulan.Beberapa penelitian menunjukkan efek imunostimulan dari meniran baik spesifik maupun non spesifik.

Selain meningkatkan respon imun humoral dan seluler, ekstrak dan senyawa filantin dalam meniran mampu menghambat migrasi leukosit yang penting untuk meredakan proses inflamasi.

Efikasi meniran sebagai imunostimulan juga sudah dibuktikan pada uji klinis dalam konteks penyakit hepatitis B kronis, TBC paru-paru, vaginitis, dan juga pada cacar air.

Bagaimanapun efikasi dan mekanisme terkait efek immunostimulan dari meniran masih memerlukan penelitian lebih lanjut, terutama pada level klinik dalam konteks Covid-19.

Baca Juga: 6 Makanan Ini Untuk Meningkatkan Kualitas Seperma, Cocok untuk Program Hamil

Senyawa utama dalam meniran (Filantin dan hipofilantin) mampu menurunkan ekspresi beberapa sitokin pro-inflamasi, seperti IL-6, IL-1β, dan IL-4, serta faktor transkripsi inflamasi seperti TNF-α.

Hal ini menunjang pengembangan meniran sebagai agen imunostimulan sekaligus antiinflamasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen adjuvant dalam terapi Covid-19.

Selain aktivitas immunostimulan dan antiinflamasi, Meniran juga memiliki aktivitas antivirus pada virus hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), HIV, dan virus Herpes simplex (HSV).(*)

Baca Juga: Flash Warning di Film Pengabdi Setan 2 Communion, Berguna Bagi Pengidap Epilepsi?