Find Us On Social Media :

Balita 17 Bulan Menderita Hidrosefalus Tak Bisa Berobat, Selama Pandemi ada 2 Kasus Seperti Ini

Balita 17 bulan menderita hidrosefalus tidak mendapat pengobatan semestinya di Jember.

GridHEALTH.id - Kabar menyedihkan terjadi pada anak Indonesia satu ini.

Bagaimana tidak, dirinya tidak mendapatkan perawatan medis semistinya padahal menderita penyakit yang cukup berat.

Anak tersebut berdomisili di Kabupaten Jember Jawa Timur, usia 17 bulan, menderita hidrosefalus.

Akibat kedua orangtuanya keterbatasan ekonomi, membuatnya tak pernah tersentuh pengobatan medis.

Balita itu bernama Makrifatul Ainun, dia anak kedua pasangan Muhammad Ali Wafi dan Unariyatul Jazilah, warga Kelurahan Wirolegi Kecamatan Sumbersari.

Kini dirinya hanya bisa terbaring lemah di kasur, karena menderita penumpukan cairan di rongga otak atau hidrosefalus sejak lahir.

Melamsir KompasTV (1/09/2022), dirinya belum mendapatkan pengobatanmedis yang seharsnya didapatkan.

Orang Tuanya pencari pasir di sungai dengan penghasilan pas-pasan.

Atas dorongan warga dan petugas kesehatan, Makrifatul Ainun akhirnya dibawa ke rumah sakit dr Soebandi Jember agar mendapat penanganan khusus.

Makrifatul Ainun kini dirawat dan ditangani oleh tim dokter spesialis bedah saraf RSUD dr Soebandi. Menurut Mayo Clinic hidrosefalus dapat terjadi pada usia berapa pun, tetapi umumnya lebih sering terjadi pada bayi dan orang dewasa yang berusia lanjut (lansia 60 tahun ke atas).

Baca Juga: Peserta PBI BPJS Kesehatan Free Iuran Bulanan, Syarat Urus SIM dan STNK Harus Jadi Anggota

Pengobatan HidrosefalusHidrosefalus dapat merusak otak secara permanen, menyebabkan masalah pada perkembangan fisik dan mental.

Jika tidak diobati, biasanya berakibat fatal.

Dengan pengobatan yang tepat, pasien dapat menjalani kehidupan normal dengan sedikit keterbatasan.

Terapi pada kasus hidrosefalus, melansir artikel yang ditulis oleh dr. I Gde Anom Ananta, Sp.BS, dokter Spesialis Bedah Saraf RS EMC Tangerang, di laman emc.id (8/02/2022), biasanya melibatkan pembedahan untuk memasukkan shunt.

Shunt adalah tabung plastik yang fleksibel namun kokoh. Shunt berfungsi memindahkan cairan serebrospinal ke area lain dari tubuh di mana ia dapat diserap secara permanen.

Terapi lainnya yang bisa dilakukan adalah ventrikulostomi.

Prosedurnya hampir sama dengan shunt, namun tanpa memasang alat permanen, melainkan hanya dengan selang keluar kepala untuk mengalirkan cairan serebrospinal secara sementara.

Atau dengan menggunakan endoscopy untuk menghubungkan rongga-rongga cairan di dalam otak.Penyebab Hidrosefalus

Untuk diketahui, hidrosefalus bisa merupakan kondisi bawaan. Penyebabnya antara lain gangguan genetik dan masalah dalam perkembangan janin akibat malnutrisi atau infeksi selama kehamilan.

Baca Juga: P2PTM Kemenkes Ingatkan Ancaman PPOK Seiring Peningkatan Perokok di Indonesia

Infeksi yang paling sering antara lain cytomegalovirus (CMV), rubella, mumps, sifilis, atau toksoplasma.

Sementara  masalah malnutrisi berupa kekurangan asam folat.

Hidrosefalus juga bisa terjadi setelah lahir atau pada usia dewasa. Hal ini disebut sebagai hidrosefalus yang didapat, penyebabnya bisa termasuk; cedera kepala, stroke, infeksi, tumor.

Adapun gejala hidrosefalus, pada kasus hidrosefalus kongenital sangat khas, yaitu kepala membesar.

Hal ini dapat terjadi pada bayi akibat sutura (sambungan tulang kepala) belum menyatu sebelum usia 18 bulan, sehingga tekanan di kepala yang tinggi menyebabkan kepala dapat membesar.

Namun itu biasanya terjadi pada tahap lanjut, pada tahap awal dapat berupa ubun-ubun kepala cembung.

Sementara pada hidrosefalus yang didapat, gejala meliputi tingginya tekanan di dalam otak, antara lain; sakit kepala, muntah dan mual, penglihatan kabur, masalah keseimbangan, masalah kontrol kandung kemih, masalah berpikir dan memori.

Hidrosefalus Bisa DicegahPencegahan hidrosefalus kongenital dimulai sejak dalam kehamilan.

Ibu hamil harus melakukan kontrol berkala agar bila ada infeksi virus, dapat diketahui dan ditangani segera.

Pastikan bahwa ibu hamil, bayi, dan anak mendapatkan imunisasi yang lengkap sesuai dengan jadwal pemerintah.

Baca Juga: 6 Kombinasi Vaksin Booster Terbaru, Jangan Sampai Tidak Tahu!

Beberapa penyebab hidrosefalus seperti infeksi rubella, radang selaput otak, dan radang otak dapat dicegah dengan imunisasi. Sementara hidrosefalus yang didapat dapat diatasi dengan mengobati penyebab utamanya.

Kasus Lain Hidrosefalus di Masa Pandemi Covid-19Sebelum kasus Makrifatul Ainun mencuat, sebelumnya ada juga balita Indonesia yang mengalami nasib serupa dengannya.

Disaat saat anaknya membutuhkan biaya perawatan dan pengobatan, Agus Supriyanto (29) harus rela diberhentikan bekerja akibat pandemi virus Corona (Covid-19).Agus menganggur setelah pemilik warung nasi goreng tempat ia bekerja tidak lagi kuat membayar gajinya.Padahal anak semata wayangnya menderita penyakit serius hidrosefalus, yakni kondisi yang ditandai oleh ukuran kepala bayi yang membesar secara tidak normal akibat adanya penumpukan cairan di dalam rongga ventrikel otak.“Anak kami memang sejak lahir sudah menderita hidrosefalus. Saat lahir berat badannya 4,6 kg denan kondisi kepala sudah membesar,” ujar Agus.

Kisah anak dari bapak Agus Supriyanto yang menderita hidrosefalus bisa dilihat di SINI.(*)

Baca Juga: Makanan Bayi, Ini Sumber MPASI Dapat DIberikan Untuk Mengusir Kembung