GridHEALTH.id – Imunitas masyarakat Indonesia diprediksi akan menurun, sehingga pemberian vaksin booster akan gencar dilakukan.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan tentang program kemenkes dalam upaya pemberian vaksin booster kepada masyarakat.
Ia mengatakan telah menyiapkan strategi akselerasi cakupan vaksin booster hingga 100 juta peserta, pada awal 2023.
“Dugaan saya, kita akan turun imunitasnya di awal tahun depan. Kita harus bersiap, jangan sampai kalau ada gelombang lagi kita kena,” kata Menkes Budi di Opening Ceremony COMSTECH-OIC Fellowship Program dan Peresmian Laboratorium Jejaring OIC COE, dikutip dari ANTARA, Kamis (15/9/2022).
Dalam program kemenkes yang terbaru, dilakukan upaya untuk menggenjot vaksin booster yang saat ini masih sekitar 62,6 juta dari total 236,66 juta jiwa.
Lebih lanjut Budi Gunadi menjelaskan, pemberian vaksin booster akan ditargetkan kepada 100 juta jiwa penduduk, agar imunitasnya terjaga bila nantinya terjadi gelombang Covid-19 baru.
“Kemenkes sedang buat program lagi, sekarang baru 60 jutaan (penerima vaksin booster), kami siapkan sampai 100 juta agar pandemi susulan kita tenang,” jelasnya.
Alasan cakupan vaksin booster rendah
Program kemenkes ini dilakukan karena meski sudah berjalan selama delapan bulan, tapi cakupan vaksin booster atau dosis ketiga masih rendah.
Budi Gunadi memperkirakan, salah satu alasan mengapa hal ini terjadi, karena sejumlah masyarakat merasa bahwa tidak perlu vaksin booster dan cukup hanya vaksin Covid-19 dosis primer.
“Booster kenapa sedikit? Di mana-mana negara lain juga sama. Karena masyarakat mungkin sudah merasa divaksin dua kali itu lebih kuat,” katanya pada (4/7/2022) lalu, di Istana Merdeka.
Baca Juga: Anti Gagal Vaksin Booster, Ini 3 Cara Cepat Turunkan Tekanan Darah Tinggi
Padahal, antibodi terhadap Covid-19 mengalami penurunan enam bulan setelah pemberian dosis pertama. Sehingga vaksin booster dibutuhkan, sebelum imunitas menurun.
Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril, pada Jumat (16/9/2022), dalam konfrensi pers Kemenkes menyebutkan bahwa saat ini hanya ada tiga provinsi di Indonesia yang cakupan vaksin boosternya sudah lebih dari 50% capaian vaksin booster-nya.
Di antaranya yaitu Provinsi Bali dengan persentase 69,8%, DKI Jakarta sekitar 66,0%, dan Kepualaun Riau 52,1%.
Menurutnya, program kemenkes mengejar target pemberian vaksin booster merupakan langkah yang tepat untuk mengejar ketertinggalan wilayah lain.
Kemenkes kejar warga yang belum divaksin
Program kemenkes ini menyasar warga masyarakat yang sudah menerima vaksin Covid-19 dosis pertama dan kedua, tapi belum menjalankan vaksin booster.
Pemberian vaksin booster sudah bisa dilakukan dengan jarak tiga bulan setelah menerima vaksin Covid-19 dosis kedua.
Berbeda dengan pemberian vaksin booster biasanya, dalam program kemenkes yang baru, nantinya petugas vaksinasi akan datang ke masyarakat.
“Jemput bola ini untuk memudahkan sasaran yang kesulitan mengakses layanan vaksinasi Covid-19. Caranya dengan mendatangi rumah-ruamh, pasar, maupun tempat publik lainnya,” ujarnya.
“Jadi kita kejar, tidak menunggu mereka datang ke puskesmas atau pusat-pusat layanan vaksinasi, tapi kita jemput bola,” pungkasnya.
Jenis vaksin Covid-19 yang digunakan untuk vaksin booster akan disesuaikan dengan vaksinasi dosis primer. (*)
Baca Juga: Demam Tinggi Setelah Vaksin Booster, Perlu Langsung Periksa ke Dokter?