GridHEALTH - Bahaya penyakit diabetes dan obesitas, Kemenkes sudah beri himbauan.
Terbuai dengan makanan enak hingga akhirnya lupa dengan kesahatan sendiri.
Sering kali hal itu terjadi dan pada akhirnya berdampak buruk di kemudian hari.
Bahkan, jarangnya melakukan pengecekan kesehatan secara rutin ini yang justru sangat diperingatkan.
Terlebih, saat ini risiko diabetes dan obesitas ini mencapai angka yang perlu diwaspadai.
Diabetes sendiri merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh pankreas tidak mampu memproduksi insulin dengan cukup.
Penyakit diabetes sendiri sering dikaitkan dengan konsumsi gula yang berlebih.
Sama halnya dengan penyakit obesitas ini, karbohidrat dalam bentuk gula lebih berbahaya karena masuk dengan cepat.
Terlalu cepat diserap oleh tubuh dalam jumlah yang berlebih itulah jadi bahaya.
Kelebihan inilah yang akan menyebabkan perut buncit hingga akhirnya kegemukan.
Maka dari itu, Kementerian Kesehatan juga mengimbau masyarakatnya dalam pencegahan diabetes dan obesitas ini.
Baca Juga: Simak Titik Pijat Akupresur untuk Penyandang Diabetes, Benarkah Bermanfaat?
Seperti yang dimuat dalam laman resmi Kemenkes, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan konsumsi gula berlebih, baik dari makanan atau minuman berisiko tinggi menyebabkan masalah kesehatan seperti gula darah tinggi, obesitas, dan adanya risiko diabetes melitus.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), dalam kurun waktu lima tahun saja, terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak menular di indonesia.
Data tahun 2013 menunjukkan prevalensi diabetes sebesar 1,5 permil, meningkat pada tahun 2018 menjadi 2 permil.
Demikian juga gagal ginjal kronis dari 2 permil menjadi 3,8 permil, sementara stroke meningkat dari 7 permil menjadi 10,9 permil.
“Tentunya ini akan meningkatkan beban pembiayaan kesehatan di Indonesia. Terlebih lima penyebab kematian terbanyak di Indonesia didominasi oleh penyakit tidak menular,” jelas dr. Maxi.
Data kemenkes juga menunjukkan bahwa 28,7% masyarakat indonesia mengkonsumsi Gula Garam Lemak (GGL) melebih batas yang dianjurkan.
Sementara sebanyak 61,27% penduduk usia 3 tahun ke atas di Indonesia mengonsumsi minuman manis lebih dari 1 kali per hari, dan 30,22% orang mengonsumsi minuman manis sebanyak 1-6 kali per minggu.
Sementara hanya 8,51% orang mengonsumsi minuman manis kurang dari 3 kali per bulan (Riskesdas, 2018).
Tak heran, hal ini jadi perhatian khusus untuk Kemenkes memberikan peringatan.
Lanjut dr Maxi adalah peningkatan prevalensi berat badan berlebih dan obesitas pada anak muda yang meningkat 2 kali lipat dalam 10 tahun terakhir.
Data tahun 2015 menunjukkan prevalensi berat badan berlebih pada anak-anak usia 5-19 tahun dari 8,6% pada 2006 menjadi 15,4% pada 2016.
Sementara prevalensi obesitas pada anak-anak usia 5-19 tahun dari 2,8% pada 2006 menjadi 6,1% pada 2016.
Lebih lanjut, dr Maxi menyampaikan bahwa pemerintah melakukan berbagai upaya dan strategi dalam mengendalikan GGL mencakup aspek regulasi, reformulasi pangan, penetapan pajak/cukai, studi/riset, dan edukasi.
Salah satunya dengan mencantumkan informasi kandungan yang terdapat dalam makanan atau minuman.
Bukan hanya itu saja, dr.Maxi juga mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan mulai dari diri sendiri.
Lebih bijak dalam memperhatikan asupan makan sesuai dengan isi piringku.
Serta menjaga asupan gula garam dan lemak sesuai dengan rekomendasi maksimum, yaitu gula sebanyak 50 gram per hari (4 sdm), garam sebanyak 2 gram (sdt), dan lemak sebanyak 67 gram (5 sdm).
“Kita minta masyarakat sadar untuk menjaga kesehatan diri dan keluarganya . Pola asuh yang benar akan mencegah anak anak mengidap penyakit diabetes melitus, hipertensi dan kolesterol di usia dewasa nanti” jelas dr. Maxi.
Menjaga kesehatan tubuh dari sekarang tentunya mengurangi risiko diabetes dan obesitas dikemudian hari.(*)
Baca Juga: Menkes: 13 Persen Masyarakat Indonesia Penyandang Diabetes, Efek Minuman Manis?