GridHEALTH.id - Angka penyandang diabetes di Indonesia berada di urutan kelima di dunia.
Berdasarkan data International Diabetes Federation pada 2021, jumlah orang yang terkena penyakit ini mencapai 19,5 juta dan masih akan terus bertambah.
Kondisi ini perlu mendapat perhatian lebih, karena diabetes dapat berujung pada komplikasi serius seperti gangguan penglihatan retinopati diabetik (DR).
Dokter Spesialis Mata Konsultan dari RSCM, Dr. dr. Gitalisa Andayani, Sp.M(K), mengatakan sekitar 43% penyandang diabetes berisiko mengalami gangguan mata tersebut.
"Indonesia saat ini menempati peringkat 5 dunia dengan penderita diabetes terbanyak. 43% pasien diabetes ini memiliki risiko untuk menderita diabetik retinopati dan 26% di antaranya juga memiliki risiko kehilangan penglihatan," ujarnya dalam virtual media briefing Bayer, Selasa (11/10/2022).
Apa itu diabetik retinopati diabetik?
Ini merupakan komplikasi diabetes yang terjadi akibat tingginya kadar gula darah dalam tubuh, sehingga pembuluh yang mengalirkan darah ke retina menjadi lemah.
Kondisi ini paling sering dialami oleh usia produktif, sehingga tentu saja kehidupan sehari-hari akan terganggu.
“Kehilangan penglihatan mengurangi kemandirian produktivitas, serta melakukan fungsi sehari-hari, dan dapat berdampak drastis pada kehidupan mereka,” kata Dr. dr. Elvioza, Sp.M(K), Dokter Spesialis Mata Konsultan JEC.
Orang-orang yang mengalami diabetes dan juga terkena renopati diabetik, bisa kehilangan pekerjaannya akibat penglihatan yang terganggu.
Tak hanya fisik, kesehatan mental pun juga akan terdampak. Mereka seringkali mengalami depresi, akibat kekhawatiran kehilangan penglihatan dan harus bergantung pada orang lain.
Baca Juga: Pencegahan Kebutaan Pada Penyandang Diabetes, Begini Caranya
Lebih lanjut, dokter Gita juga menjelaskan ada dua faktor yang menjadi pemicu renopati diabetik, yakni komitmen dan non-komitmen.
Faktor komitmen terdiri dari seberapa lama penyakit diabetes berlangsung, kadar gula darah terutama HB1C (hiperglikemia), hipertensi (tekanan darah tinggi), kehamilan, dan penyakit ginjal.
Sedangkan yang non-komitmen meliputi gaya hidup misalnya merokok, obesitas, konsumsi alkohol, kurang aktif secara fisik, tidur ngorok, penyakit hati berlemak non-alkohol, dan kadar prolaktin serum tinggi.
Mencegah gangguan mata
Orang dengan diabetes disarankan rutin melakukan pemeriksaan mata, sebelum kondisi ini terjadi. Pasalnya bila sudah kejadian, maka penglihatan akan kabur, warna pudar, dan bahkan ada titik-titik hitam.
“Ini semua bisa mengarah ke kebutaan. Bisa dihindari kalau kita deteksi dini dan pengobatan dini,” tutur dokter Gita.
Untuk diabetes tipe 1, disarankan pemeriksaan mata dilakukan setiap 3-5 tahun setelah diagnosis dilakukan.
Sedangkan pada penyandang diabetes tipe 2, skrining kesehatan mata perlu segera dilakukan usai dokter memberikan diagnosis.
Dokter spesialis nantinya akan menentukan, seberapa sering pemeriskaan harus dilakukan. Apakah cukup setiap setahun sekali atau lebih sering.
“Pada wanita penderita diabetes melitus yang ingin hamil, sebaiknya periksa mata dulu sebelum hamil atau pada awal trimester pertama,” jelasnya.
Orang dengan diabetes juga disarankan untuk rutin mengontrol tekanan darah, kadar kolesterol, dan modifikasi gaya hidup untuk menurunkan risiko gangguan mata ini. (*)
Baca Juga: Jangan Disepelekan, Sederet Komplikasi Asam Urat Berbahaya dan Harus Diwaspadai