Find Us On Social Media :

Kadar Gula Darah Tinggi Bisa Berujung Kebutaan, Skrining Dini Penglihatan Penting Bagi Penyandang Diabetes

Bagi penyandang diabetes, penting untuk skrining mata setiap tahun untuk menghindari komplikasi pada mata.

GridHEALTH.id - Penyakit diabetes mellitus (DM) atau diabetes bila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak komplikasi. Di antaranya pada mata.

Diabetik Makular Edema (DME) merupakan salah satu komplikasi diabetes yang membahayakan mata, sering terjadi pada populasi usia kerja di bawah 50 tahun dan menyebabkan hilangnya produktivitas dan pendapatan.

Tahun ini dalam peringatan Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day / WSD) 2022, Bayer mendukung IAPB dalam kampanye #LoveYourEyes untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait pentingnya kesehatan organ penglihatan serta penyakit yang dapat menyebabkan kebutaan dan gangguan penglihatan, salah satunya Diabetik Makular Edema (DME).

Jika DME terdiagnosis secara dini dan segera mendapat pengobatan yang tepat, hal ini memungkinkan kondisi kehilangan penglihatan pada pasien dapat diminimalisasi dan berpotensi untuk dipulihkan, sehingga mereka bisa kembali beraktifitas dengan perbaikan penglihatan sampai mendekati normal.

Sebabnya, bila tidak ditangani sejak dini, DME dapat menyebabkan hilangnya 2 baris dari penglihatannya / perburukan penglihatan dalam waktu 2 tahun pertama3sampai akhirnya bisa mengalami kebutaan.

Pasien diabetes melitus, yang berisiko mengalami hal ini, dihimbau untuk selalu melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari DME.

Pasien DME pun dihimbau untuk selalu melakukan kontrol terhadap komplikasi mata sehingga mencegah kebutaan.

DME memang masih menjadi penyakit yang menjadi beban masyarakat. Secara Global, diprediksi sekitar 93 juta orang terdampak diabetik retinopati dan sekitar 21 juta orangdiantaranya menderita DME.

Di Indonesia sendiri, diprediksi terdapat sekitar 28.6 juta penderita diabetes.  Di antara pasien DM di Indonesia tersebut diprediksi sekitar 5.5% akan menderita DME. Hal ini tentu menjelaskan perlunya meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya pasien DME, agar senantiasa memilih pengobatan yang tepat.

Maka dari itu, sangat perlu melakukan skrining DME, apalagi mereka yang sudah memilikiriwayat Diabetes.

"Bagi pasien dengan DM tipe 1 direkomendasikan untuk melakukan skrining 3-5 tahun setelah terdiagnosis DM.

Untuk DM tipe 2 perlu dilakukan skrining segera setelah terdiagnosis DM, lalu kemudian dianjurkan untuk melakukan skrining ulang setiap tahunnya.

Baca Juga: 7 Tips Perawatan Mata Untuk Penyandang Diabetes Agar Terhindar Dari Gangguan Penglihatan

Baca Juga: Mengenal Klasifikasi Hipertensi, Dampak Risikonya Serta Pencegahan

Kemudian diagnosis DME ditegakkan setelah ditemukan adanya penurunan tajam penglihatan, gambaran khas pada makula dengan pemeriksaan funduskopi dan adanya penebalan makula yang disertai dengan ditemukannya gambaran penebalan makula pada Optical Coherence Tomography (OCT),” kata dr. Dr. dr. Gitalisa Andayani, Sp.M(K), Dokter Spesialis MataKonsultan dalam virtual media conference World Sight Day 2022 : Waspadai Risiko Kebutaan pada Pasien Diabetik Makular Edema yang diadakan oleh Bayer di Jakarta (11/10/2022).

Pada kesempatan sama, Dr. dr. Elvioza, Sp.M(K), Dokter Spesialis Mata Konsultan  menyatakan, perlu tatalaksana yang tepat untuk DME.

“Penanganan terapi DME dapat difokuskan menjadi 2, yaitu kontrol faktor sistemik dan memberikan terapi okuler. Kontrol faktor sistemik bertujuan untuk mencegah retinopati dan progresivitas penyakit dengan cara mengontrol gula darah, tekanan darah dan kadar lemak darah.

Sedangkan terapi okuler bertujuan untuk mencegah kehilangan penglihatan dan memperbaiki penglihatan dengan cara terapi anti-VEGF, terapi laser dan steroid,” tutur Dr. Elvioza.

Hanya saja, tambahnya, memang masih banyak tantangan dalam menangani DME selamaini.

Beberapa di antaranya terkait dengan ketiadaan dorongan untuk melakukan skriningsecara dini, biaya terapi yang cukup tinggi, kurang optimalnya komunikasi dari penyedialayanan kesehatan dan pasien tentang biaya dan manfaat obat, serta yang juga masihmenjadi tantangan besar adalah kerap kali pasien tidak patuh untuk melakukan kontrol danpengobatan.

“Saat ini pengobatan untuk DME sudah berkembang dan inovatif. Pada penelitian Protocol Tyang dilakukan oleh DRCR.net (Diabetic Retinopathy Clinical Research Network), menunjukkan bahwa ketiga anti-VEGF (Aflibercept, Ranibizumab dan Bevacizumab) menunjukkan efikasi yang sama baiknya pada pasien dengan penurunan penglihatan tidak  terlalu berat. Namun, pada pasien dengan kondisi berat, Aflibercept menunjukkan efikasi yang lebih baik,” jelas Dr. Elvioza.

Baca Juga: Pria Suka Vagina yang Sehat dan 'Mengigit', Begini Cara Mendapatkannya

Baca Juga: Punya Hipertensi? Coba Obat Alami yang Ampuh Ini Untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi

"Maka dari itu,diharapkan ke depannya masyarakat, khususnya pasien DME, lebih memiliki kesadaran untuk patuh melakukan pengobatan DME,” tutupnya. (*)