GridHEALTH.id - Gangguan ginjal akut misterius yang dialami oleh anak-anak, menjadi masalah kesehatan yang harus diperhatikan oleh para orangtua.
Kasus kejadian penyakit ini pertama kali ditemukan pada Januari 2022 dan kemudian mengalami lonjakan pada September.
Berdasarkan laporan yang diterima Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) kasus gangguan ginjal akut misterius dari 26 September-14 Oktober, berjumlah 152 kasus.
Laporan tersebut berasal dari 16 cabang IDAI di yang ada di beberapa provinsi di Indonesia. Paling banyak ditemukan di DKI Jakarta.
"Sejak pertengahan September 2022, IDAI telah berkoordinasi dalam rapat mingguan dengan ketua IDAI cabang dan mendapatkan laporan dari anggota, terjadi peningkatan anak dengan gangguan ginjal akut yang progresif," kata Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI, dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) dalam konfrensi pers daring, Jumat (14/10/2022).
Usia rata-rata anak yang mengalami gangguan ginjal ini berkisar di antara 1-5 tahun, sebanyak 75 kasus.
Tapi, ditemukan juga pada usia 0-1 tahun (35 kasus), 5-10 tahun (24 kasus), dan di atas 10 tahun (18 kasus).
Berkaitan dengan infeksi virus?
Dinas Kesehatan DKI Jakarta melalui akun Instagramnya, menyebutkan beberapa penyakit infeksi yang diduga berkaitan dengan gangguan ginjal pada anak ini.
"Penyebab gangguan ginjal akut misterius ini beberapa yang sudah teridentifikasi adalah infeksi leptospirosis, influenzae, parainfluenzae, MISC/long Covid-19, virus CMV, virus HSV, bocavirus, legionella, shingella, e.coli, dan sebagainya," tulis Dinkes DKI Jakarta, Jumat (14/10/2022).
Menanggapi hal tersebut, dokter Piprim mengatakan bahwa memang ada beberapa teori yang berkaitan dengan kondisi ini. Tapi, penyebab utamanya belum diketahui.
"Tadinya kita duga terkait dengan Covid-19, berupa MIS-C. Tapi, setelah ditatalaksana dengan MIS-C juga ternyata hasilnya berbeda dengan MIS-C yang sebelum-sebelumnya," jelasnya.
Baca Juga: Penyakit Gangguan Ginjal Misterius Pada Anak Melonjak, Ada Hubungannya dengan Covid-19?
Sekertaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI, dr Eka Laksmi Hidayati, SpA(K), juga membuat pernyataan serupa.
Ia mengatakan, penyakit infeksi memang menjadi dugaan awal saat terjadinya lonjakan kasus, karena dapat menular.
"Kita mengirimkan sampel, kita koordinasikan dengan kemkes (Kementerian Kesehatan), kemudian mengirimkan semua sampel-sampel ini di laboratorium," ujarnya.
Hasilnya menunjukkan kalau tidak ada infeksi yang konsisten terkait gangguan ginjal akut misterius.
Dokter Eka mengatakan, "Kalau misalnya ada suatu wabah tertentu kan, artinya temuan virus atau bakterinya akan seragam untuk semua anak. Tapi ini tidak, bahkan sangat beragam."
Jadi kondisi ini dianalogikan dengan penyakit hepatitis misterius yang beberapa waktu lalu, kasusnya melonjak dan perlahan-lahan menurun, tanpa diketahui penyebabnya.
Gejala gangguan ginjal akut misterius
Gangguan ginjal ini dialami oleh anak-anak yang tidak mempunyai kelainan bawaan, sebelumnya dalam kondisi sehat.
Karenanya orangtua diminta untuk selalu mewaspadai gejalanya, agar penanganan tidak terlambat dilakukan.
* Masalah pencernaan seperti diare
* Demam
* Gangguan saluran pernapasan, batuk dan pilek
* Frekuensi buang air kecil menurun
Anak-anak normalnya buang air kecil sebanyak 5-6 kali dalam sehari. Apabila si kecil mengalami gejala-gejala tersebut, segera lakukan pemeriksaan. (*)