GridHEALTH.id – Kasus gangguan ginjal akut pada anak sempat mengkhawatirkan masyarakat dengan adanya tren peningkatan dalam jumlahnya.
Hingga saat ini, setelah melalui penelusuran Kemenkes RI merujuk pada adanya konsumsi obat sirup yang telah tercemar etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG), sebagai faktor risiko kenaikan jumlah kasus AKI di Indonesia.
Meski demikian, kasus gangguan ginjal akut pada anak ini belum bisa dinyatakan selesai, mengingat masih adanya kenaikan kasus meski sedikit dan angka kematian yang masih tinggi.
Orangtua masih terus diingatkan untuk mewaspadai kondisi anak, terlebih jika menunjukkan adanya gejala-gejala AKI (Acute Kidney Injury atau gangguan ginjal akut), karena deteksi dini akan membantu meningkatkan angka harapan hidup anak.
Jumlah Kasus AKI per 31 November 2022
Berdasarkan data kumulatif yang disampaikan oleh Kemenkes RI dalam keterangan persnya sore ini (01/11/2022), tercatat ada 304 kasus anak yang megalami AKI, dengan 46 kasus menjalankan perawatan dan sebanyak 99 anak dinyatakan sembuh, per 31 Oktober 2022.
Hingga per 31 Oktober ini, angka kematian kumulatif masih di atas 50% dengan total ada sebanyak 159 anak yang meninggal akibat AKI.
Rincian pasien AKI ini adalah sebanyak 179 kasus adalah anak laki-laki (59%) dan 125 kasus adalah anak perempuan (41%), dengan total terbanyak tetap ada pada anak balita.
Provinsi yang memiliki kasus AKI terbanyak adalah DKI Jakarta, Aceh, Bali, Banten, dan Jawa Barat.
Perkembangan Pengobatan AKI di Indonesia
Untuk menekan angka kematian, Kemenkes telah menetapkan penggunaan obat jenis antidotum, yaitu fomepizole berupa injeksi pada pasien AKI dan sampai tanggal 31 Oktober 2022 telah didistribusikan kepada 17 RS sebanyak 146 vial, dengan sisa di IFP masih ada sejumlah 100 vial.
Baca Juga: Peredaran Obat Sirup Dihentikan, Menkes; Kasus Gangguan Ginjal Akut Turun Hingga 95 Persen