Find Us On Social Media :

Anak-anak di Perkotaan Juga Berisiko Stunting, Makanan Instan Jadi Pemicunya

Pemberian edukasi kepada orangtua terkait pola makan gizi seimbang sebagai langkah pencegahan stunting di perkotaan.

GridHEALTH.id - Bicara tentang stunting, yang terlintas di pikiran adalah anak dengan tubuh pendek yang diakibatkan kekurangan gizi.

Seorang anak berisiko mengalami kondisi gagal tumbuh ini, apabila asupan gizinya tidak terpenuhi, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan.

Data dari Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), pada 2021 ada sekitar 24,4 persen anak dari jumlah populasi yang mengalami stunting.

Permasalahan stunting ditemukan di kota

Gizi kurang yang jadi pemicu anak stunting kerap terjadi di pelosok, karena akses dan kondisi ekonomi membuat orangtua sulit memberikan makanan bergizi seimbang ke anak.

Namun pada kenyataannya, di kota-kota besar pun indikasi anak gizi kurang pun masih banyak ditemukan.

Padahal, di kota dengan mudah orangtua mendapatkan makanan karena banyak restoran ataupun rumah makan yang tersedia.

"Saking mudahnya, banyak makanan instan yang disajikan yang menjadi pilihan ibu-ibu dalam memberikan makanan ke anaknya," kata Pipit Nur Rahma dari Human Initiative DIY sekaligus mitra program Bunda Mengajar di Kelurahan Kricak, Yogyakarta, Rabu (9/11/2022).

"Tidak penting makanannya bergizi atau tidak, yang penting anaknya kenyang," sambungnya.

Selain itu, orangtua di perkotaan yang cenderung sibuk, juga sulit memastikan asupan gizi anak tercukupi dengan baik.

Pengaruh pola asuh pun berpengaruh terhadap risiko anak stunting yang ada di perkotaan. Karena sibuk, orangtua cenderung menitipkan anaknya ke anggota keluarga lain.

Baca Juga: Skrining Anak Stunting Bisa Dilakukan Mulai dari Tingkat Posyandu

"Ada perbedaan antara orangtuanya dan keluarga lain. Mungkin orangtua melarang gadget, tapi neneknya mengizinkan. Terjadilah miskonsep dalam pola asuh," ujar Pipit dalam rangkaian acara 'Perjalanan Aksi Bersama Cegah Stunting' Danone Indonesia.

Pemicu stunting yang lainnya adalah sanitasi dan permasalah ini tidak hanya terjadi di wilayah pedesaan saja, tapi juga di kota.

Terutama, pada wilayah dengan jumlah penduduk yang sangat padat. Kondisi ini cenderung mengakibatkan terjadinya sanitasi yang buruk.

Padahal, sanitasi berperan besar bagi kesehatan karena dapat menyebabkan anak mengalami penyakit infeksi berulang yang dapat meningkatkan risiko stunting.

Dampak stunting pada anak sangat besar dan memengaruhi kehidupannya, seperti tinggi badan yang lebih rendah di bawah rata-rata serta menurunnya kemampuan kognitif.

Tak hanya itu, anak stunting pun juga berisiko mengalami penyakit degeneratif seperti diabetes, penyakit jantung, hingga stroke ketika dewasa.

Apa itu program Bunda Mengajar?

Bunda Mengajar merupakan bagian dari program yang dijalankan oleh Danone Indonesia sebagai upaya pencegahan anak stunting di Indonesia.

Diinisiasi oleh PT Sarihusada Generasi Mahardhika (SGM) bersama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta, program Bunda Mengajar telah diterapkan di beberapa kelurahan, termasuk kelurahan Kricak.

Adapun aktivitas yang dilakukan yakni memberikan edukasi terkait pola asuh dan gizi kepada orangtua balita di perkotaan hingga urban farming.

Urban farming dilakukan dengan cara membuka lorong sayur dan kebun gizi, di mana ditanam sayur, bumbu dapur, hingga ternak yang bisa digunakan secara gratis oleh masyarakat sekitar untuk mendukung pencegahan anak stunting. (*)

Baca Juga: Pedoman Makan Isi Piringku, Penuhi Kebutuhan Gizi Anak dan Tak Menjadi Picky Eater