GridHEALTH.id - Sebelum meninggal dunia, Dorce Gamalama juga idap penyakit alzheimer yang muncul setelah pengobatan diabetes.
Kabar kurang sedap sempat datang dari dunia hiburan Tanah Air pada Februari silam.
Presenter senior, Dorce Gamalama meninggal dunia pada Rabu (16/2/2022).
Dorce Gamalama meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Simprung setelah dirawat karena Covid-19.
Kendati demikian, kesehatan Dorce memang sempat menurun beberapa tahun silam.
Bahkan, Dorce hanya bisa menggunakan kursi roda untuk melakukan aktivitasnya.
Kabarnya, Dorce memiliki riwayat panjang dengan diabetes.
Pada tahun 2021 silam, Dorce sempat dilarikan ke rumah sakit dan dirawat di ICU karena tak sadarkan diri.
Hanya selang beberapa hari pulang, kondisi tubuhnya sempat menurun lagi dan kembali dilarikan ke rumah sakit.
Rupanya, Dorce saat itu memiliki kadar gula darah yang terlampau tinggi.
Ternyata bukan hanya diabetes, Dorce Gamalama juga didiagnosa mengidap Demensia Alzheimer.
Kondisi ini sempat disampaikan oleh sahabat Dorce, Ira Safira yang mengungkapkan sakit alzheimer sang presenter sering kambuh.
"Seperti saya bilang, beliau itu dapat Demensia Alzheimer. Itu kan recovery-nya lama. Jadi, daya ingatnya kadang on, kadang off," kata Ira, Kamis (20/1/2022), dikutip dari Kompas.com.
Gejala Penyakit Alzheimer
Belajar dari sakit yang diidap Dorce Gamalama, beginilah penyakit alzheimer jika bisa terjadi pada seseorang.
Alzheimer adalah penyakit neurologis yang bisa menyebabkan pengidapnya mengalami gangguan memori parah.
Alzheimer adalah penyakit yang umum terjadi di kalangan orang-orang yang lanjut usia (lansia).
Penyakit otak ini dikenal dengan gejalanya yang khas, yaitu membuat pengidapnya menjadi mudah lupa atau pikun.
Pada awalnya, gejala tersebut mungkin tidak terlalu menyebabkan masalah.
Namun, seiring perkembangan penyakit, orang yang mengidap Alzheimer akan mengalami gangguan memori yang parah hingga tidak mampu melakukan tugas sehari-hari.
Alzheimer Bisa Disembuhkan?
Sampai saat ini, alzheimer belum dapat disembuhkan secara total.
Pengobatan yang dilakukan pun biasanya bertujuan untuk memperlambat perkembangan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup pengidap agar bisa hidup semandiri mungkin.
Sampai saat ini, belum ditemukan obat yang bisa menyembuhkan Alzheimer.
Namun, obat-obatan Alzheimer yang ada saat ini bisa membantu mengurangi gejala memori dan perubahan kognitif lainnya untuk sementara waktu.
Selain dengan obat-obatan, bisa memperbaiki gaya hidup untuk meminimalisir risiko alzheimer tersebut.
1. Rutin berolahraga
Olahraga tidak hanya menjaga agar tubuh tetap bugar, tapi juga otak lebih sehat dan aktif.
Durasi dan frekuensi olahraga yang disarankan adalah 150 menit per minggu dengan intensitas olahraga sedang (medium).
2. Jaga asupan makan
Pola makan sehat dengan perbanyak konsumsi sayur dan buah segar, kacang-kacangan, dan gandum dapat mengurangi risiko terjadinya alzheimer sekaligus melindungi kesehatan otak.
3. Pastikan otak senantiasa aktif
Otak yang aktif bekerja akan menurunkan risiko alzheimer.
Bisa melakukan aktivitas yang membuat otak senantiasa aktif serta menunjang stimulasi mental, contohnya mempelajari bahasa baru, bermain game yang mengasah otak seperti puzzle, dan membaca buku.
4. Tidur cukup
Rata-rata durasi tidur yang baik bagi orang dewasa adalah 7-8 jam per hari.
Tidur cukup sangat berguna untuk mendukung kesehatan otak.
Hal ini dikarenakan selama tidur, tubuh melakukan pembuangan racun termasuk yang ada di otak.
5. Rajin bersosialisasi & kelola stres
Tidak hanya secara fisik, kesehatan mental juga berpengaruh pada kesehatan otak.
Maka itu, penting bagi seseorang untuk mengembangkan kehidupan sosial dengan aktif bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang-orang sekitar, serta mengelola stres yang dimiliki dengan meditasi atau ikut yoga.
Alzheimer bisa jadi disebut penyakit lansia, tetapi bukan berarti menganggap alzheimer wajar dialami.
Sebagai penyakit yang rentan dialami lansia, justru alzheimer butuh dicegah sejak usia muda.