Find Us On Social Media :

Kisah Para Penyintas HIV di Indonesia, Berjuang Melawan Diskriminasi Masyarakat

Kisah nyata penyintas HIV/AIDS yang mendapatkan stigma buruk dari masyarakat

GridHEALTH.id - Beginilah beberapa kisah nyata penyintas HIV/AIDS yang memiliki pengalaman jatuh bangun bermasyarakat.

Seseorang dengan HIV/AIDS (ODHA) sering kali mendapatkan stigma yang buruk dari masyarakat.

Banyak yang beranggapan jika penyakit HIV/AIDS ini cukup berbahaya bagi orang disekitarnya.

Bahkan, banyak yang merasa kehilangan harapan dalam berjuang untuk hidupnya.

Inilah beberapa orang yang terus berjuang melawan sakit HIV/AIDS di tengah stigma buruk dari masyarakat.

Andrianus Wijoyo Wijanarko (23)

Dia merupakan seorang pekerja sosial LSM Kuldesak yang didiagnosis HIV sejak tahun 2016.

"Mungkin di luar sana anggapan orang-orang adalah HIV merupakan penyakit yang mematikan dan gampang sekali menular. AIDS itu adalah kalau saya ibaratkan seperti kanker," ujar pria yang sering disapa Koko.

Awal pertama kali terditeksi HIV ini bermula dari kanker paru-paru yang membuat berat badannya semakin menurun.

Selain itu, kulit badannya mulai menghitam hingga akhirnya melakukan pengecekan status HIV.

"Kedua orang tua saya sangat marah, saudara-saudara saya sempat mengucilkan," kata Koko.

Koko pun mengaku sempat menyerah dengan keadaannya.

Baca Juga: Kisah Hidup Memey Rochtriyati Penyintas HIV Mendirikan Smile Plus

Radiaz Hages Trianda (38)

Dia sudah terinfeksi HIV sejak tahun 2006.

"Momok sangat menyeramkan, bahkan dulu ketika awal pertama kali gua didiagnosa HIV itu berfikir hanya satu hingga tiga tahun aja deh kayaknya umur gue," ujar perempuan yang kerap disapa Hages Budiman.

Ia mengaku awal terinfeksi HIV dari almarhum suami yang dulunya merupakan mantan pecandu narkoba.

"Mereka (orang tua dan teman) sangat terpukul, mereka sangat terkejut. Tapi, Alhamdulillahnya mereka sangat suport saya," tambahnya.

Melalui rasa jenuh terhadap diskrimasi pada ODHA, tahun 2011 Hages akhirnya membangun komunitas Kumpulan dengan segala aksi kemanusiaan (Kuldesak).

Komunitas tersebut dibangun dengan maksud untuk menyesetarakan masyarakat yang merupakan seorang penyintas HIV.

Mahdina (34)

Dia sudah didiagnosis HIV sejak tahun 2007.

Sama dengan yang lain, Dina juga merasa sendiri saat harus menerima sakit yang diidapnya sejak 15 tahun lalu.

Sama dengan Hages, Dina tertular dari mendiang suaminya yang pengguna Napza suntik (Penasun).

Dina juga jadi salah satu orang yang mendapatkan diskriminasi dari keluarga sendiri.

Namun, dengan dukungan teman dan berjuang untuk anaklah yang membuat Dina kembali bangkit untuk sembuhkan sakitnya.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Bunga Penyintas HIV, Berhasil Melawan Ganasnya Virus

"Sempat saya dikucilkan, disendirikan gitu di tempat yang berbeda," keterangannya.

Topit (29)

Dia sudah terinfeksi HIV sejak tahun 2017.

"Saya rasa semua orang yang mengalami, yang baru mengetahui status HIV nya positif pasti yang mengalami fase syok," ujar Topit.

Topit mengetahui dirinya terinfeksi HIV ini setelah dokter melihat hasil rotgen paru-parunya yang cukup parah.

Bagi dirinya, Topit meyakini jika pengidap HIV juga memiliki hak yang sama seperti orang lain.

Setelah menjalani pengobatan untuk sembuhkan paru-parunya, Topit juga tetap semangat sembuhkan HIV nya.

Semua orang dengan kisah nyata penyintas HIV/AIDS ini memberikan semangat untuk para pengidap.

Bahkan, mereka tak lupa mengingatkan agar tak putus mengonsumsi obat ARV.(*)

Baca Juga: Kisah Sosok Ayu Oktariani yang Berjuang untuk Menghadapi HIV/AIDS