Semua ragam jenis zat gizi untuk anak ini memiliki peran penting masing-masing yang tidak bisa saling menggantikan, maka penting untuk memastikan anak mendapatkan ragam jenis zat gizi tersebut sesuai kebutuhannya masing-masing.
Protein Hewani, Salah Satu Sumber Zat Gizi Untuk Anak
Salah satu kesalahan yang masih sering dilakukan orangtua dalam pemenuhan zat gizi untuk anak adalah hanya dominan pada salah satu sumber nutrisi.
Kecukupan rotein hewani pada anak Indonesia menjadi salah satu yang paling rendah, dengan data yang disebutkan Kemenkes menyebutkan konsumsi daging, sebagai salah satu sumber protein hewani masih di bawah 40 gram dan termasuk konsumsi ikan juga telur.
Sedangkan dilihat berdasarkan anatomi tubuh manusia, protein hewani memiliki kandungan yang baik, asam amino esensial yang tinggi sehingga bisa membuat mTORC bekerja sebagai saklar pertumbuhan khususnya pada anak.
Disampaikan dalam Temu Media Kemenkes terkait “Hari Gizi Nasional 2023" pada Jumat (20/01/2023), ada beragam jenis protein hewani yang bisa dimanfaatkan orangtua, tidak melulu harus berasal dari daging, beberapa jenis protein hewani yang direkomendasikan oleh berbagai pakar adalah ikan air tawar, ikan laut, telur, belut, ulat, serangga, dan lainnya.
“Ketika kita memberikan mPASI untuk 6 bulan ke atas, makanan balita, dan remaja, perlu diperhatikan kecukupan protein hewaninya terlebih dahulu, jangan sampai nanti gagal fokus, kemudian anaknya kenyang dengan hal-hal yang di luar protein hewani, jadi protein hewaninya terlebih dahulu yang dipenuhi, baru sisanya yang lain-lain,” imbauan dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) dalam acara yang sama.
Dampak Zat Gizi Untuk Anak yang Tidak Diperhatikan
Zat gizi untuk anak ini penting untuk dipenuhi, jika tidak, berikut ini beberapa dampak yang mungkin dialami oleh anak hingga dewasa:
- Berkurangnya fungsi kognitif anak, yang penting untuk pembelajaran
- Stunting (balita perawakan pendek karena kekurangan gizi kronik)
- Gigi berlubang
- Kekurangan zat besi