GridHEALTH.id - Osteoporosis adalah masalah kesehatan tulang yang paling ditakutkan.
Bila sudah terdiagnosis mengalami kondisi ini, seseorang mungkin mengalami berbagai masalah lainnya.
Misalnya merasakan nyeri yang muncul setiap kali melakukan gerakan.
Osteoporosis Tak Bergejala
Penyakit ini menyebabkan hilangnya kepadatan tulang, sehingga menjadi keropos dan mudah patah.
Kondisi ini bisa dialami oleh siapa saja, pria maupun wanita. Osteoporosis sering disebut sebagai silent disease alias penyakit senyap.
Baca Juga: Kenali Inilah 3 Makanan Penyebab Asam Urat, Hindari Sekarang!
Dokter Spesialis Bedah Ortopedi Konsultan Foot and Ankle dr. Astuti Pitarini, Sp.OT (K), menjelaskan alasan pemberian julukan tersebut.
"Bahayanya osteoporosis itu sering disebut silent disease atau tidak bergejala," kata dokter Astuti, Rabu (22/2/2023) kepada GridHEALTH.id.
Lebih lanjut, dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah-Pondok Indah ini menyebutkan, bahwa kebanyakan orang baru mengetahui kondisinya setelah terjatuh.
"Osteoporosis ditemukan saat seseorang terjatuh atau terpeleset ringan di kamar mandi atau pada orang yang lebih tua melihat badannya lebih bungkuk," ujarnya.
"Mengeluhkan tinggi badannya berkurang," sambungnya.
Faktor Risiko Osteoporosis
Umumnya osteoporosis terjadi saat seseorang sudah berusia di atas 50 tahun, masuk kategori lanjut usia.
Baca Juga: Nyeri Sendi dan Tulang Belakang Jangan Dibiarkan, Ini Cara Mengatasinya
Namun, ada beberapa kondisi yang mengakibatkan seseorang mengalami pengeroposan tulang lebih awal dari seharusnya.
Umumnya berkaitan dengan penyakit komorbid yang mengharuskan mengonsumsi obat jangka panjang.
Misalnya, pada orang yang mengidap penyakit diabetes dan harus mengonsumsi obat kortikosteroid.
"Kortikosteroid itu bisa memengaruhi metabolisme tulang, sehingga tulangnya lebih mudah keropos," ujarnya.
Selain itu, pengeroposan tulang berisiko dialami oleh orang yang malas berolahraga, konsumsi alkohol, dan mempunyai penyakit ginjal.
"Punya penyakit ginjal, itu juga memengaruhi, karena biasanya kalau sakit ginjal bisa memengaruhi metabolisme kalium, fosfor di dalam tubuh," katanya.
Orang-orang dengan faktor risiko tersebut, dapat mengalami pengeroposan tulang sebelum usia 50 tahun.
"Tapi kalau tidak punya kondisi-kondisi seperti itu, umumnya pengeroposan tulang akan berjalan natural di atas 40 tahun," jelasnya.
Meski begitu, pemeriksaan mineral kepadatan tulang atau bone mineral density disarankan dilakukan.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui secara pasti level kepadatan tulang, apakah masih aman atau justru sudah berisiko osteoporosis.
Terlebih karena saat memasuki usia 30 tahun, kepadatan tulang mulai mengalami penurunan. (*)