Find Us On Social Media :

Kasus Flu Burung Ditemukan di Cimahi dan Cirebon, Pahami Himbauan Penularan Penyakit Berbahaya ini!

Kasus flu burung ditemukan di Cirebon

GridHEALTH.id - Kasus kematian karena flu burung kembali merabak.

Belakangan ini kembali hadir flu burung H5N1 varian baru 2.3.4.4b yang dinilai cukup mengancam.

Bukan hanya mengancam kesehatan unggas saja, tertapi pada tubuh manusia.

Kasus infeksi ke manusia ini telah ditemukan di Eropa, Amerika, dan Kamboja (Asia).

Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jawa Barat mengatakan jika pihaknya belum menemukan kasus flu burung varian baru 2.3.4.4b ini.

Baca Juga: Gejala dan Cara Penanganan Infeksi Flu Burung yang Menginfeksi Manusia

Namun, ada kasus flu burung atau Avian Influenza biasa yang ditemukan di Cimahi dan Cirebon.

Kabarnya, kasus penemuan di Cirebon terditeksi sejak awal Januari 2023.

Sedangkan di Kota Cimahi, terungkap setelah 49 unggah milik peternak mati mendadak sejak 16-21 Februari 2023.

“Avian Influenza yang terdeteksi di Jabar adalah varian H5N1 biasa yang relatif masih belum berbahaya, yakni di Kota Cirebon dan Kota Cimahi."

"Konfirmasi flu burung biasa ini hasil dari laboratorium Balai Veteriner Subang yang kemudian dikirimkan ke Kementerian Kesehatan,” kata Kepala DKPP Jabar Arifin Soedjayana, Kamis 2 Maret 2023.

DKPP Jabar telah mengirimkan surat imbauan peningkatan kewaspadaan terhadap dinas terkait di 27 kabupaten maupun kota di Jabar.

Baca Juga: Hadapi Flu Burung Kemenkes Mengintensifkan Tim Gerak Cepat, Deteksi Sinyal Epidemiologi di Lapangan

Hal itu dilakukan sebagai langkah antisipatif penyebaran flu burung di Jabar hingga berdampak pada kerugian ekonomi.

Himbauan terhadap virus flu burung

DKPP Jabar telah melakukan beberapa langkah untuk mencegah flu burung varian baru 2.3.4.4b.

Pertama, bermula dari meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat dan peternak unggas, agar segera melapor kepada petugas kesehatan hewan terdekat bila menemukan unggas sakit atau mati mendadak.

Kedua, jajaran kesehatan hewan segera merespons laporan masyarakat dengan prinsip '3 Cepat' yakni Deteksi Cepat, Lapor Cepat, dan Respons Cepat, sesuai SOP pengendalian flu burung.Ketiga, meningkatkan pembinaan dan pendampingan peternak untuk menerapkan tindakan biosekuriti guna mencegah masuk kuman penyakit ke peternakan unggas."Peternakan unggas komersial skala kecil dan menengah agar menerapkan Biosekuriti 3 Zona sebagai model percontohan bisekuriti sederhana, hemat, praktis dan efektif," kata Arifin.Keempat, pendampingan peternak untuk melakukan 'Vaksinasi AI 3 Tepat' yakni Tepat Vaksin, Tepat Program Ulangan, dan Tepat Teknik Vaksinasi.

Wajib Vaksin

Vaksinasi AI pada itik dianjurkan menggunakan vaksin AI Subtipe H5N1 clade 2.3..

Pada ayam petelur vaksin clade 2.1.3, atau clade 2.3.2, atau vaksin kombinasi clade 2.1.3 dan clade 2.3.2 produksi nasional.Tak kalah penting, meningkatkan pembinaan penerapan sanitasi pada sepanjang rantai pemasaran unggas guna memutus rantai penyebaran virus.

Baca Juga: Sempat Viral Kasus Flu Burung Mendunia, Bagaimana Cara Mencegahnya?

"Meminimalkan risiko penularan ke masyarakat umum," kata Arifin.

Menghimbau juga untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Langkah ketujuh, pengadaan anak ayam atau DOC ( Day Old Chick) dihimbau berasal dari kompartemen breeding Farm yang telah memiliki sertifikat bebas flu burung.

Selanjutnya, akan ada koordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota jika ditemukan masyarakat yang mengalami gejala seperti flu burung.(*)

Baca Juga: Waspada Kembali Terjadinya KLB Flu Burung, Sejak Kapan Flu Burung Menghantui Indonesia? Simak juga Gejalanya di Sini