GridHEALTH.id - Perhatian lebih terhadap penyakit kanker payudara memang sangat dibutuhkan.
Pasalnya menurut riset The International Agency for Research on Cancer yang melandasi GLOBOCAN, pada 2020 ada sekitar 2,3 juta kasus kanker payudara baru di seluruh dunia.
Sementara itu di Indonesia, kasus barunya pada 2020 ada sekitar 66 ribu dan menyebabkan kematian pada 22 ribu jiwa.
Kanker Payudara dapat Diwariskan
Tingkat kewaspadaan perlu ditingkatkan, apalagi bagi seseorang yang mempunyai anggota keluarga dengan penyakit ini.
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP, mengatakan, ada sekitar 10% kanker payudara herediter.
"Kejadian kanker payudara pada perempuan di Indonesia perlu disikapi secara serius, melalui peningkatan pengetahuan tentang faktor risiko dan pencegahannya," ujarnya dalam siaran pers yang diterima GridHEALTH, Senin (20/3/2023).
Dokter Aru melanjutkan, "Kanker payudara herediter terjadi pada sekitar 10% kasus, dan hal tersebut perlu diwaspadai dan dicermati pasien, anak, keluarga secara menyeluruh, dan masyarakat."
Dokter spesialis penyakit dalam, Dr. dr. Nadia Ayu Mulansari, SpPD-KHOM, menjelaskan, risiko paling tinggi ada apabila penyakit ini dialami oleh kerabat pertama seperti ibu, saudara perempuan, atau anak perempuan.
Sebagai informasi, risikonya bisa menjadi dua kali lipat dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat kanker payudara dalam keluarga.
"Risiko kanker payudara herediter dapat meningkat jika terdapat kerabat tingkat pertama seperti ibu, saudara atau anak yang terkena kanker payudara pada usia muda," kata dokter Nadia.
Ia menambahkan, "Mempunyai riwayat keluarga dengan kanker payudara pada kerabat dekat menjadi alasan tepat untuk segera berkonsultasi dengan dokter."
Baca Juga: Deteksi Dini Kanker Payudara, Peluang Sembuh Lebih Tinggi Hingga Cegah Kekambuhan
Mengapa Kanker Payudara Herediter Terjadi?
Dijelaskan bahwa terjadinya kanker payudara keturunan berkaitan dengan mutasi yang terjadi pada gen BRCA1 atau BRCA2.
Pada kondisi yang normal, gen tersebut berperan membantu membuat protein untuk memperbaiki DNA yang mengalami kerusakan.
Akan tetapi apabila bermutasi, maka dapat terjadi pertumbuhan sel yang tidak normal dan menjadi akar penyebab kanker.
Dokter Nadia mengatakan, kejadian kanker payudara herediter akibat mutasi BRCA1 rata-rata ditemukan pada rentang usia 41-50 tahun, sedangkan mutasi BRCA2 pada usia 51 hingga 60 tahun.
Untuk bisa mengetahui apakah ada gen kanker payudara herediter dalam tubuh, perlu dilakukan tes gen BRCA, yakni tes darah menggunakan analisis DNA.
Bisakah Kanker Payudara Keturunan Dicegah?
Sayangnya, mencegah kanker payudara herediter tak bisa dilakukan, karena berkaitan dengan gen yang ada dalam tubuh.
Namun sebagai langkah preventif, sangat disarankan untuk melakukan skrining secara berkala.
"Kami sangat senang dapat mendukung Yayasan kanker Indonesia dalam meningkatkan pengetahuan tentang kanker payudara herediter, sebagai bagian dari pilar 'asah' dari program ASA DARA Pfizer Indonesia," kata Medical Director Pfizer Indonesia, dr Richard Santoso.
"Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi masyarakat untuk meningkatkan pemahaman lebih jauh tentang kanker payudara herediter, memahami faktor risiko dan meningkatkan kesadaran untuk melakukan proses screening berkala sehingga hal ini akan membantu untuk menurunkan angka kejadian di stadium lanjut," sambungnya.
Selain melakukan screening berkala untuk menghindari deteksi kanker payudara pada stadium lanjut, dokter Nadia juga menyarankan untuk terus menerapkan pola hidup sehat.
Misalnya dengan tidak merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, rutin berolahraga, hingga menjaga berat badan tetap ideal. (*)
Baca Juga: Apakah Benar Kanker Payudara Selalu Ditandai Adanya Benjolan?